Kisah Slamet Gundul, Perampok Legendaris Jadi Bos di LP Cipinang

Sebuah kisah di LP Cipinang tentang Slamet Gundul, perampok legendaris spesialis nasabah bank. Ia sangat dihormati di penjara.
Ilustrasi penjara (Foto: Cleveland.com)

Hari mulai beranjak gelap. Seperti biasanya, voorman (pemuka blok) menggiring para penghuni Blok 3E untuk segera masuk sel.

Ada yang berbeda malam ini, Pak Mochtar Pakpahan (napol/Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) dan Victor da Costa (anggota SMID Jabotabek) bergabung ke kamar sel kami. Mereka berdua mendiami kamar nomor 4, sementara aku, Ken Ndaru (Pengurus Cabang SMID Jabotabek), dan Putut Ariontoko (anggota SMID Cabang Purwokerto) mendiami kamar nomor 3.

Slamet Gundul adalah napi paling kuat dan paling disegani oleh para napi bahkan sipir penjara.

Hari ini tanggal 25 Desember 1996, hari besar keagamaan, biasanya ada kebebasan para penghuni sel bisa bergabung ke kamar lainnya.

Kesempatan yang langka ini tidak kami sia-siakan. Kami ingin mengadakan kebaktian dan perayaan Natal bersama dalam satu sel.

Pak Mochtar Pakpahan yang bertugas memimpin kebaktian dan berkotbah, sedangkan aku memegang gitar dan memimpin pujian. Kebaktian yang hanya diikuti 5 orang ini berjalan dengan hikmat. Kami terharu, walau ada dalam penjara masih bisa merayakan Natal dengan cara sederhana.

Sehabis kebaktian kami ngobrol semalam suntuk. Yang paling menyenangkan menenggak bir kaleng sepuasnya. Bir kaleng sebanyak satu kerat tersebut pemberian salah seorang yang mengunjungi kami pagi tadi. Karena perayaan Natal pihak LP membuka jadwal besukan untuk para napol.

Kami sangat terharu karena dikunjungi ratusan pembesuk. Kebanyakan pembesuk adalah aktivis penentang Soeharto. Ada juga yang tidak kami kenal, mereka dari kelompok paroki salah satu gereja Katolik di Jakarta. Mereka datang karena bersimpati atas nasib kami yang harus meringkuk di penjara pasca-“Peristiwa 27 Juli”.

Sayang, pagi harinya terjadi operasi dadakan. Sejumlah sipir penjara merazia seluruh kamar sel yang ada di blok 3E. Kata para napi operasi seperti ini rutin digelar untuk mencari barang-barang yang tidak boleh dibawa napi seperti narkoba, senjata tajam, telepon genggam, dan lainnya.

Bir satu kerat dalam kamar nomor 3 langsung diangkut karena dianggap barang terlarang, dikategorikan minuman keras. Kata sipir, jika minuman keras bebas beredar di dalam penjara akan menjadi biang keributan.

Tak hanya bir yang diangkut, para sipir penjara juga menemukan senjata tajam di kamar lain. Ada sendok yang dijadikan pisau, bahkan ada pedang panjang. Aku heran bagaimana caranya sang napi membuat pedang tersebut? Kalau diselundupkan dari luar rasanya tak mungkin karena barangnya begitu menyolok dan penjagaan gerbang masuk LP sangatlah ketat.

Baca juga: LP Cipinang, Surganya Penjara dan Cara Melarikan Diri

Senjata tajam adalah barang sangat vital bagi napi yang menjadi anggota kelompok geng di dalam penjara. Para napol pernah mengatakan ke aku kalau di penjara sering terjadi keributan antar blok. Perkelahian massal dengan senjata tajam sering terjadi dan biasanya jatuh korban luka bahkan sampai meninggal.

Ada berbagai faksi geng di penjara. Masing- masing menguasai blok. Pertengkaran akan terus terjadi karena mereka saling berebut pengaruh, siapa kuat dialah yang akan memperoleh aset ekonomi lebih banyak.

Faksi terbesar adalah “Arek”. Walau namanya berbau Jawa Timuran, anggota kelompok ini berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur (orang Jawa). Pimpinan kelompok ini dipegang Slamet Gundul, perampok nasabah bank yang sangat kesohor.

Kelompok berdasarkan kesukuan lain disebut “Korea”, napi suku batak. Kekuatannya lebih kecil dari Arek.

Ada juga kelompok “Palembang”, walau jumlah sedikit, mereka terkenal dengan kenekatan dan keganasannya. Para napi lain memberi cap kelompok ini tak segan berkelahi dengan senjata badik.

Yang ditokohkan dan menjadi panutan kelompok ini bernama Pak Rahman. Pak Rahman sempat melarikan diri bertahun-tahun setelah dijatuhi vonis hukuman 20 Tahun. Akhirnya tertangkap langsung dijebloskan ke penjara. Dan menjadi napi senior dengan karakter kebapakan.

Kelompok yang satu ini namanya “Priok”. Anggotanya napi yang melakukan kasus di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Daerah tersebut terkenal sebagai daerah rawan tindak kejahatan. Kelompok ini nomor dua kekuatannya di LP Cipinang.

Ada juga kelompok yang sangat berpengaruh tapi tidak dengan cara kekerasan. Mereka adalah bandar, pengedar, pemakai narkoba. Walau mereka bergerak secara klandestin, tapi mereka terkenal dengan nama “Famili 23”. Mereka yang masuk penjara karena terkena UU Kesehatan Nomor 23 yang mengatur larangan psikotropika dan narkotika.

Kekuatannya ada pada uang. Mereka mampu menyogok siapa saja yang ada di penjara. Voorman kami adalah pengedar, ketika mau digulingkan dari kekuasaannya mampu mengerahkan brengos (napi jagoan) untuk memberi perlindungan. Para napi yang ingin menggulingan mendapat ancaman dari para brengos. Nyali mereka langsung menciut, mengurungkan niatnya mengganti sang voorman.

Sang Legenda

Tak lama setelah operasi yang pertama, hari ini, para sipir kembali melakukan razia ke kamar-kamar napi. Ada kabar para sipir masih melakukan penggeledahan di blok 3F (satu lingkungan). Informasi itu segera diketahui para napi karena sang voorman yang membocorkannya.

Mungkin ia mendapat informasi dari salah satu vaste yang satu jaringan dengan famili 23. Walau waktu tak banyak, kesempatan itu dipergunakan sebaik-baiknya para napi yang mempunyai barang terlarang untuk segera menyembunyikannya.

LP CipinangLP Cipinanag tahun 1990-an (Foto: Dok. Petrus Hariyanto)

Kalau senjata tajam biasanya disimpan di lubang septic tank. Sedangkan narkoba paling aman dibungkus lalu disembunyikan dalam tubuh. Caranya dengan membungkus narkoba tersebut dalam balon karet yang kualitasnya bagus lalu memakannya. Mereka menyebutnya pelor. Pelor tersebut akan keluar kembali saat BAB. Bahayanya, kalau pecah di dalam bisa membahayakan nyawa sang napi.

Mas Slamet Gundul orangnya tidak pelit berbagi cerita. Ia akan terbuka bercerita bagaimana dia merampok para nasabah, bang.

Kami sendiri hanya santai menunggu kedatangan rombongan petugas LP yang akan melakukan razia. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan kedatangan napi yang langsung masuk ke sel dan melempar barang ke tempat rendaman pakaian yang akan dicuci.

“Hai bang, jangan dilempar ke situ, dong. Nanti kami yang kena. Mohon diambil lagi, bang,” ujar Ken Ndaru sambil melangkah ke tempat rendaman cucian.

Ndaru langsung mengambil bungkusan kecil itu dan menyerahkan kepada sang napi tersebut.

Rese lu, awas kamu,” ujar sang napi dengan nada mengancam.

Peristiwa itu berbutut panjang. Sang napi tak terima dengan perlakuan Ken Ndaru. Ia mengadu kepada pemimpinnya. Esok harinya terjadi keributan. Penghuni blok lain yang terkenal sebagai brengos berteriak-teriak dengan nada mengancam di blok kami.

Sang brengos berbadan kekar dan tinggi. Kulitnya hitam dan hampir sekujur tubuhnya ditato. Wajahnya terlihat sadis. Menyerupai tokoh pemeran film silat Indonesia yang bernama Advent Bangun.

Baca juga: Di LP Cipinang, Dia Mengaku Membunuh Mayjen MT Haryono

“Siapa yang kurang ajar kepada saudaraku. Sekali lagi kamu lakukan, matilah kau,” teriaknya berulang-ulang sambil mondar-madir di depan sel kami.

Kami paham sang brengos tersebut mengancam siapa? Kami hanya diam di dalam sel. Suasana mereda setelah voorman dan vaste membujuk brengos tersebut untuk pergi meninggalkan blok 3E.

Malam harinya kami bertiga melakukan diskusi membicarakan ancaman sang brengos. Aku mengusulkan untuk menemui Slamet Gundul, pimpinan kelompok Arek.

Aku sudah kenal dengan Slamet Gundul. Dua kali aku jumpa dengannya karena dikenalkan Fauzi dan Mas Darsono (keduanya napol kasus Talangsari Lampung).

Kemarin, sebelum besukan Natal dibuka aku bersama Mas Darsono dan Fauzi menemuinya. Saat itu, kami bertiga mau membantu Pak Amim mempersiapkan ruangan besukan di hari Natal.

Petrus HariyantoPetrus Hariyanto (nomor dua kiri), Budiman Sudjatmiko (nomor tiga kiri) bersama aktivis PRD saat ditahan di LP Cipinang. Mereka juga berfoto bersama bendera PRD. (Foto: Petrus Hariyanto)

Tujuan Fauzi dan Darsono menganjak ngobrol Slamet Gundul agar aku lebih akrab lagi dengannya.

Mereka berdua sangat akrab sekali dengan Slamet Gundul. Apalagi Darsono kalau ngomong memakai bahasa Jawa ngoko dengan Slamet Gundul. Seakan sudah tidak ada jarak. Mas Darsono kalau bicara ceplas-ceplos dan penuh ekspresi.

Dalam perjalanan pulang ke sel kami, saya tanyakan kenapa mereka berdua sangat akrab dengan perampok nasabah bank yang legendaris itu?

“Proses kedekatan dimulai saat napol Lampung diangkat sebagai pemuka agama di setiap blok kriminal. Saya pemuka agama Blok 1 BT, Pak Fattah Qosim pemuka agama di Blok 1B, Sukardi pemuka agama di Blok 1C, Maulana Latief pemuka agama di Blok 1D, Dede Saefudin pemuka agama Blok 1 C2, Nur Hidayat pemuka agama di Blok BC,” kata Fauzi.

“Kebetulan Mas Slamet Gundul voorman Blok 1B. Dari sini Napol Lampung mulai dekat dan akrab berhubungan dengannya, serta voorman blok napi kriminal lainnya,” ujarnya.

Lantas napol yang terbilang masih muda saat divonis hukuman 20 tahun tersebut mengaku hubungan napol Lampung dengan Slamet Gundul sudah seperti saudara. Ia menjelaskan hubungannya bukan sekadar tolong menolong di penjara.

Keluarga kami saling mengenal keluarga Mas Slamet Gundul dan saling bersilaturahmi.”

“Dengan napol lainnya Mas Slamet Gundul juga sangat akrab. Ia sangat menghormati para napoI. Ia turut menjaga keselamatan para napol,” ucapnya.

“Jika ada napi dalam pergaulan sakit hati dengan napol dan berniat jahat, ia berusaha mencegahnya atau setidaknya menginformasikannya kepada kami. Lantas kami meneruskan kepada napol yang bersangkutan,” ungkapnya.

Dari penjelasan Fauzi yang panjang lebar itu aku menyimpulkan Slamet Gundul adalah napi paling kuat dan paling disegani oleh para napi bahkan sipir penjara.

Ia mendapat julukan voorman ster, voorman di atas voorman lainnya. Selain sebagai voorman Blok 1B, ia juga pimpinan kelompok Arek, faksi terbesar di LP Cipinang.

Bahkan di luar penjara ia memimpin anggota Arek yang beroperasi di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Senen, Pasar Tabah Abang. Bila ada pertengkaran diantara mereka, Slamet Gundul menyelesaikannya dari dalam penjara. Bila sudah ia putuskan dan dilanggar oleh salah satu pihak, ia mampu mengintrusikan agar orang tersebut dikucilkan.

Anak buahnya sangat hormat kepada Slamet Gundul. Mereka memanggil dengan sebutan Pak Gun, dan berbicara dengannya menggunakan bahasa Jawa Halus.

Karismanya membuat penguasa LP Cipinang sering meminta bantuan kepadanya untuk mendamaikan setiap keributan di penjara.

Sebagai pemimpin dia sangat mengayomi anak buahnya. Ia rela pasang badan agar anak buahnya tidak dimasukan ke dalam sel isolasi (penjara dalam penjara).

Selalu membagi rejeki yang ia dapat kepada anak buahnya. Anak buahnya yang di luar bila berhasil merampok masih setor kepadanya. Setiap bulan ada upeti dari pedagang buah dan sayuran di Pasar Kramat Jati. Ia bagikan buah dan sayuran kepada anak buahnya.

Sedangkan Malik, teman satu sel Nuku Sulaiman (kasus stiker SDSB/ Soeharto Dalang Segala Bencana) salut kepada Slamet Gundul walau berlimpah setoran masih mau beternak ayam dan bebek.

“Mas Slamet Gundul orangnya tidak pelit berbagi cerita. Ia akan terbuka bercerita bagaimana dia merampok para nasabah, bang,” ujarnya.

Meminta Bantuan Slamet Gundul

Hari masih pagi, aku dan Putut sudah bergegas pergi menuju Blok 1B untuk menemui Slamet Gundul. Kami ingin meminta bantuan dia karena mendapat intimidasi dari seorang brengos yang cukup disegani di LP Cipinang.

Kulonuwun Mas Slamet (sapaan saat bertamu ke rumah orang dalam bahasa Jawa halus),” ucapku sebelum masuk ke kamar Slamet Gundul.

“Ayo mlebu mas-mas seko PRD (silahkan masuk mas-mas dari PRD),”

Aku sengaja memanggil Mas Slamet dan memakai campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa halus untuk menghormatinya.

Slamet GundulSlamet Gundul (Foto: Istimewa)

Kamar sel Mas Slamet Gundul ternyata gede sekali. Daya tampungnya mencapai 50 orang. Seperti ruangan berbentuk los memanjang sepertiganya disemen setinggi pinggang sebagai tempat tidur.

Mas Slamet orangnya ramah. Tampang wajahnya boleh dibilang polos. Tidak seperti preman jagoan yang mukanya serem-serem. Perawakan dan wajahnya menyerupai Basuki, pelawak Srimulat. Perbedaannya hanya pada cara ngomong Mas Slamet yang begitu pelan dan kalem, tidak kasar.

Aku sedih, banyak napi yang tidak punya kegiatan positif. Malah ngelamun dan tiduran di kamar. Akhirnya mereka pada lumpuh tidak bisa berjalan.

Setelah aku menceritakan peristiwa kemarin dan memohon perlindungan, Mas Slamet bergegas memanggil anak buahnya.

Rene kowe le. Sopo brengos cah Maluku kui? Cobo kowe parani. Kon mrene diceluk aku (ke sini kamu. Siapa brengos anak Maluku itu? Kamu samperin dan suruh dia kemari aku panggil),” ujarnya kepada anak buahnya.

Njih Pak Gun. Kulo budal rumiyen (Ya Pak Gun. Saya langsung berangkat),” jawab sang napi.

Tak beberapa lama kemudian sang brengos muncul. Gerak tubuhnya menandakan dia ketakutan karena dipanggil pimpinan Arek. Berbicara dengan Mas Slamet Gundul dengan menundukan kepala dan terbata-bata.

Baca juga: LP Cipinang, Kisah Saat Dibesuk, Kopi Campur Autan, dan Kebutuhan Seks

Kowe kudu njaluk ngapuro karo cah PRD! Nek ora kowe rasah kekancan meneh karo aku (kamu harus minta maaf kepada anak PRD! Kalau tidak tak perlu lagi berteman denganku),” kata Pak Mas Slamet kepada sang brengos

Walau sang brengos tidak memahami secara utuh apa yang diucapkan Mas Slamet Gundul, reaksinya ketakutan. Bahkan dia memohon ampun dan duduk menyembah di hadapan Mas Slamet. Padahal Mas Slamet mengatakan dengan nada datar tanpa ada bentakan. Sang brengos sudah paham kalau Mas Slamet sebenarnya sangat marah kepada dirinya.

Aku yang menyaksikan adegan ini sangat terheran-heran. Napi dengan perangai kasar dan berpenampilan sangar bertekuk lutut kepada napi yang bernampilan low profil dan berperangai sopan.

Setelah sang brengos pergi, Mas Slamet Gundul mengatakan agar PRD tak usah takut di dalam penjara. Yang penting bergaul dengan napi dengan cara yang baik. Katanya napi akan hormat kepada para napol.

“Lha mbok PRD bikin sesuatu di sini! Bikin kelompok belajar atau apa kek? Yang penting berguna bagi para napi. Aku sedih, banyak napi yang tidak punya kegiatan positif. Malah ngelamun dan tiduran di kamar. Akhirnya mereka pada lumpuh tidak bisa berjalan,” katanya.

“Atau seperti Fauzi. Dia pernah mendirikan perpustakaan. Entah kenapa sekarang berhenti. Kalau ada perpustakaan kan para napi bisa mengisi waktu dengan membaca,” katanya kepada aku dan Putut.

Perkataannya membuat aku terharu. Seorang perampok punya empati begitu besar kepada para napi kriminal. Apalagi saat Mas Slamet Gundul menjelaskan filosofi merampok yang baik.

“Menjadi perampok itu tidak lantas menjadi jahat dan sadis. Aku dan kelompok ku hanya merampok orang kaya. Pantang bagi kami melukai korban. Kami hanya mengancam saja.”

“Melukai korban apalagi membunuhnya sama saja kita menjadi jahat. Bahkan kalau tertangkap nambah-nambah pasal. Harusnya hanya terkena pasal perampokan ini malah ditambah pasal pembunuhan. Selain jahat, perampok seperti itu ya goblok,” ujarnya. 

“Terkena dakwaan pasal pembunuhan hanya akan menghabiskan duit. Pasti diperas penegak hukum. Lagi pula, kalau miskin dan tak punya uang, sengsara hidupnya di penjara,” katanya menambahkan.

“Aku sering menasehati para anak muda di sini agar menjadi perampok yang pinter dan tak kejam. Yang terpenting lagi harus gemar menabung. Saat sial atau tertangkap punya duit, bisa membayar hukuman agar lebih ringan. Hidup di penjara tidak susah dan istri serta anak tidak terlantar,” ucapnya kami berdua penuh kebapakan.

Siapa Slamet Gundul?

Ketika duduk di bangku SMA, aku intensif mengikuti berita sepak terjang Slamet Gundul dalam melakukan perampokan.

Kebetulan aku menyukai berita kriminal. Majalah favoritku “Detektif Romantika”. Aku sangat memahami profil- profil penjahat ternama seperti Mat Peci, Joni Indo, dan Kusni Kasdut.

Bagiku sosok Slamet Gundul dan kelompoknya menarik untuk aku ikuti kisahnya. Apalagi, ayahku berlangganan koran Suara Merdeka dan Kompas, yang saat itu meliput aksi perampokan Slamet Gundul mulai dari Jakarta, Semarang, dan Jateng, serta tertangkap di Surabaya pada Tahun 1991.

Media menjulukinya sebagai perampok kelas kakap, buronan utama Polri, perampok ulung dan licin, perampok spesialis nasabah bank, perampok bersenjata api. Tak salah kalau media mengatakan bahwa perampok satu ini disegani oleh aparat.

Hasil rampokannya terbilang gede. Misalnya, dalam setahun beroperasi di Semarang, komplotan Slamet bisa menjarah duit Rp 159,5 juta. Tahun 1989 komplotan itu merampas Rp 23 juta milik pedagang tembakau asal Kendal, Rp 40 juta uang juragan ikan, dan Rp 34 juta milik Universitas Islam Sultan Agung. Nasabah BCA cabang Peterongan Semarang kena sikat Rp 28,5 juta dan karyawan PT Nyonya Meneer kena rampok Rp 34 juta.

Berkali-kali lolos dalam penyergapan polisi, tak ubahnya seperti dalam adegan film laga yang menggambarkan penjahat ulung yang mampu mempecundangi polisi.

LP CipinangBeberapa napi politik, termasuk anggota PRD saat santai di taman depan sel di LP Cipinang, Jakarta. (Foto: Dok. Petrus Hariyanto)

Seperti tahun 1987, dua regu reserse Polda Meto Jaya mengepung rumah sewaan Slamet di bilangan Pondok Kopi, Jakarta Timur. Ketika pintu diketuk yang keluar istrinya. Ia sendiri dengan berbekal dua pistol Colt kaliber 32 dan 38 melompat tembok dua meter menuju rumah tetangganya. Lantas Slamet Gundul menembaki polisi dan lolos dari pagar puluhan petugas.

Seperti dalam adegan film, ia membawa lari Metromini yang sedang dicuci keneknya. Dan loloslah dia (Majalah Gatra).

Pernah diadili di Pengadilan Jakarta Timur, bahkan vonis sudah dijatuhkan. Ketika akan dimasukan ke mobil tahanan Slamet Gundul dan dua rekannya mendorong petugas dan melarikan diri. Rupanya sudah ada temannya di sana langsung tancap gas dengan motor.

Yang paling heroik saat dia dan enam teman-temannya tahun 1989 melakukan aksi tembak menembak dengan aparat reserse Polda Jateng di Pom Bensin Kota Klaten. Tiga temannya roboh terkena timah panas aparat, salah satunya meninggal. Walau dia terkena tembakan di kedua bahunya, Slamet Gundul mampu meloloskan diri dengan merampas sepeda motor milik orang lain,

Sepak terjangnya telah membuat Kepolisian RI geram. Tahun 1989, Direktur Reserse Mabes Polri Koesparmono Irsan mengeluarkan perintah kepada segenap jajaran Reserse Polri di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan Sumatera Bagian Selatan agar menangkap Slamet Gundul. Tangkap hidup atau mati, perintahnya.

Ketika petualangannya berakhir di Surabaya dengan tertangkap, Harian Kompas pada tanggal 19 Juni 1991 memberitakan panjang lembar di halaman depan. Pemberitaannya diawali dengan tulisan konfrensi pers yang dilakukan Kapolda Jatim, Mayjen (Pol) Drs Koesparmono Irsan.

Dalam konfrensi pers itu disebutkan, tanggal 16 Juni 1991, sekitar 30 polisi melakukan pengintaian dan penyamaran di sepanjang Jl Rajawali, Jl Gresik, Jl Krembangan Bhakti, dan di sekitar Pasar PPI Surabaya.

Akhirnya, setelah menunggu selama sekitar satu setengah jam, tersangka Slamet Gundul dapat ditangkap petugas pukul 17.00 WIB di Jl Krembangan Bhakti. Tersangka yang baru turun dari angkutan umum, mengenakan kaos merah jambu lengan panjang dan celana warna hijau dan saat ditangkap tidak melakukan perlawanan.

Berakhirlah sudah petualangan perampok nasabah bank yang sangat licin tersebut. Ia tidak hanya diperiksa di Kapolda Jatim, tapi juga di Semarang dan kemudian ke Jakarta.

Ketika dibawa ke Semarang, Harian Kompas meliput dan memuat pada tanggal 12 Jui 1991. Dari liputan itu, kesanku Slamet Gundul merupakan penjahat paling besar dan ditakuti aparat saat itu. Pengawalan dia sangat ketat, dibawa menggunakan pesawat Cesna dan pilot didatangkan dari Mabes Polri.

Setelah selesai diperiksa di Mapolda Jateng, selanjutnya diterbangkan ke Jakarta dengan pesawat dan penjagaan super ketat.

Akhirnya diadili beberapa kali untuk kasus perampokan yang berbeda di wilayah Jakarta dan Bekasi. Setiap jalannya sidang selalu dipenuhi awak media. Sungguh seorang perampok yang menjadi ikon pemberitaan saat itu.

Seperti liputan Harian Kompas pada tanggal 7 April 1992, banyak awak media tertuju kepadanya ketika LP Cipinang mempersilahkan wartawan masuk karena bertepatan perayaan lebaran hari pertama.

Pemilik nama asli Supriadi ini digambarkan sangat akrab dengan para jurnalis yang melakukan wawancara dengannya. Ia sempat mengatakan kue lebarannya mana kok melulu wawancara. Tiba-tiba ia merogoh kantong salah satu wartawan untuk mengambil sebatang rokok, lalu diisapnya dalam-dalam.

“Aku sih nggak mau berpikir yang berat-berat di penjara apalagi hari ini lebaran,” ucapnya.

Lantas, Slamet Gundul berbicara panjang lebar dan bercerita hal-hal yang mengundang gelak tawa para wartawan.

Sedangkan para napi bercerita ke aku kalau Slamet Gundul masuk Ke LP Cipinang dengan menaiki helikopter. Menurut mereka satu-satunya penjahat dimasukan dengan cara begitu. Konon, setelah masuk penjara kesaktiannya langsung hilang.

Slamet Gundul selalu menolak bila dia disebut mempunyai ilmu kebal dan sebagainya. Tapi saat konferensi pers atas penangkapannya banyak ditemukan rajah dan jimat di tubuhnya.

Di dalam penjara dia menjadi legenda. Persis seperti kisah-kisah Godfather dalam dunia mafia. Begitu disegani, ditakuti dan penuh karisma. Akhirnya, aku bertemu dengannya di sini. Tinggal dan hidup bersamanya dalam perkampungan besar bernama LP Cipinang. []

*Petrus Hariyanto, Mantan Sekjen PRD
Bagian 10 dari cerita berseri "Kisah-kisah di Balik Jeruji Besi"

Berita terkait
LP Cipinang dan Kisah 3 Pejuang Timor Timur
Kisah Petrus Hariyanto, mantan Sekjen PRD, ketika mendekam di LP Cipinang dan pertemuannya dengan para pejuang Timor Timur.
Disiksa Dulu Sebelum Masuk ke LP Cipinang
Kisah Petrus Hariyanto hari kedua menjalani tahanan di LP Cipinang. Bagian 3 dari cerita berseri Kisah-kisah di Balik Jeruji Besi.
Hari Kedua di LP Cipinang, Seharian Kami Tak Makan
Hangatnya mentari telah membangunkanku dari tidur lelap, hari kedua di LP Cipinang. Sinarnya begitu leluasa menerobos ke ruang sel.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.