Meutya Hafid, Presenter Masuk Senayan

Meutya Hafid berpeluang melanjutkan kiprahnya sebagai anggota parlemen di Senayan.
Meutya Hafid berpeluang melanjutkan kiprahnya sebagai anggota parlemen di Senayan. (Foto: Instagram/meutya_hafid)

Jakarta - Meutya Hafid berpeluang melanjutkan kiprahnya sebagai anggota parlemen di Senayan. Saat ini ia tercatat sebagai anggota fraksi Golkar, bagian dari Komisi I DPR RI yang membidangi Komunikasi, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika.

Selain menjabat sebagai Ketua Bappilu Bidang Media dan Penggalangan Opini Partai Golkar, pada Pilpres 2019 kali ini, Meutya mengemban jabatan sebagai Wakil Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin.

Mengawali karir sebagai jurnalis pada salah satu televisi swasta nasional, menjadikan wanita kelahiran Bandung ini begitu kritis, dan tegas memperjuangkan hak tenaga kerja Indonesia yang dihukum mati di luar negeri.

Pemilik nama lengkap Meutya Vaida Hafid sebelumnya mempunyai cerita kelam, sempat terisolasi selama 168 jam di dalam gua di tengah padang pasir. Dia dan seorang kameramen, diculik, dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata pada Februari 2005 silam saat sedang bertugas di Irak.

Intelektualitas, wawasan, keberanian dan kegigihannya sebagai jurnalis membuat Meutya memperoleh beberapa penghargaan bergengsi, di antaranya pada tahun 2007 dinobatkan sebagai pemenang penghargaan jurnalistik Elizabeth O'neil, dari pemerintah Australia.

Selain itu, Meutya pernah menjadi satu dari 5 tokoh Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan. 

Alumni Universitas New South Wales itu, sejak tahun 2009 menduduki kursi di Senayan sebagai anggota komisi I DPR. Awalnya berkecimpung sebagai birokrat publik pada 2008, kemudian ditawarkan oleh partainya yang berlogo pohon beringin itu untuk mengisi kursi di DPR. 

Menurut Meutya, saat masuk sebagai anggota parlemen, sudah ada UU Pemilu yang mengharuskan 30 persen suara rakyat diisi oleh perempuan. Kesempatan tidak di sia-siakan begitu saja. 

Saya dari kecil diajarkan, kalau ada kesempatan dilihat, kalau memang manfaat disambut. Kalau dari awal ragu, janji dari awal harus kerja keras, InsyaAllah semuanya bisa.

Intinya, kata dia, pengalaman untuk duduk di kursi DPR, tak lepas dari hasil perjuangan teman-teman perempuan. Meutya ingin supaya lebih banyak kesempatan untuk perempuan. 

"Pada 2014 jumlah perempuan di parlemen berkurang lagi sekitar 15 persen, sementara pada tahun 2009 adalah 18 persen. Jadi kita masih punya perjuangan panjang untuk memenuhi kuota 30 persen, dan saya rasa, saya juga harus turun tangan ketika kesempatan itu datang," ucap mojang priangan itu.

Menurut Meutya, duduk sebagai anggota DPR lebih banyak mendapat kritikan ketimbang kedatangan pujian. Hal itu dianggap bagus, karena kritik berguna untuk memperbaiki kinerja dalam merampungkan undang-undang.

"Kalau di DPR RI jelas lebih hati-hati untuk melangkah. Kalau sekarang juga harus mengorek-orek informasi, atau cerita. Tetapi dari masyarakat, bukan untuk tayangan televisi, untuk aspirasi ketika kita membuat undang-undang," jelasnya.

"Jadi kalau ke lapangan, mirip-mirip, sama-sama turun ke masyarakat, berdiskusi, berdialog. Hanya produknya yang berbeda. Kalau dulu dalam bentuk tayangan televisi, kalau sekarang lebih ke perundangan yang harusnya aspiratif begitu mendengarkan suara masyarakat," sambungnya.

Dalam 5 tahun berada di DPR, Meutya tidak mengalami konflik internal dengan jajaran pimpinan fraksi Golkar, karena dirinya selalu mematuhi instruksi fraksi atau partai.

Meutya dilantik pada Oktober 2014 dan resmi menjadi anggota legislatif 2014-2019 lolos dari dapil Sumatera Utara 1. Perempuan berusia 41 tahun itu ditempatkan di Komisi I dan menjadi Wakil Pimpinan BKSAP (Badan Kerja Sama Antar Parlemen). 

Karena kisruh Golkar kubu Agung Laksono-Aburizal Bakrie, Meutya sempat dipindahkan ke Komisi VI dan dicopot dari posisi sebagai Wakil Pimpinan BKSAP.

Pada Januari 2016, Meutya Hafid kembali ke posisinya sebagai anggota Komisi I dan menggantikan Tantowi Yahya sebagai Wakil Ketua Komisi tersebut. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.