Pemberantasan Terorisme Harus Dilakukan Secara Simultan

Meutya Hafid menyatakan pemberantasan terorisme di Indonesia harus dimulai dalam aspek pencegahan.
Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid dari Fraksi Partai Golkar Meutya Hafid. (Foto: Antara/Andi Firdaus)

Jakarta - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menyatakan pemberantasan terorisme di Indonesia harus dimulai dalam aspek pencegahan. Sehingga, kata dia, upaya tersebut harus dilakukan secara simultan. 

"Dalam pemberantasan terorisme, aspek pencegahan secara simultan, terencana, dan terpadu, perlu dikedepankan untuk meminimalisir terjadinya aksi terorisme," kata Meutya saat menjadi pembicara utama dalam webinar yang diadakan oleh Ikatan Alumni Universitas Pertahanan (Unhan) dengan tema Operasi Militer Selain Perang TNI: Kontra-Terorisme Dalam Perspektif Keamanan Nasional, Jakarta, Selasa, 22 September 2020.

Pemberantasan terorisme, aspek pencegahan secara simultan, terencana, dan terpadu, perlu dikedepankan untuk meminimalisir terjadinya aksi terorisme.

Baca juga: Perpres Pelibatan TNI Atasi Terorisme dan Overdosis HAM

Menurut dia, agar pencegahan itu dapat berjalan optimal, maka harus melibatkan semua pihak yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain itu, perlu juga ada penguatan fungsi kelembagaan. 

"Pencegahan secara optimal dengan melibatkan kementerian atau lembaga terkait, seluruh komponen bangsa kita harapkan juga bergabung melalui upaya kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi dan deradikalisasi yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme," kata politikus Partai Golkar ini. 

Senada, Duta besar LBBP RI untuk Selandia Baru merangkap Samoa Dan Kerajaan Tonga, Tantowi Yahya, mengatakan kebersamaan itu dikonsepkan dengan istilah sense of togetherness

"Semua unsur atau semua stakeholder yang ada itu terlibat dalam penanganan krisis. Karena kita berbicara terorisme, maka sense of togetherness ini terefleksi dengan jelas dalam upaya penanganan terorisme ini," kata Tantowi. 

Dia mencontohkan, bagaimana di Selandia Baru, selain pemerintah dan lembaga terkait, tokoh masyarakat juga diminta untuk melakukan pencegahan terjadinya terorisme. 

"Jadi peran mendalam para informal leaders. Tokoh-tokoh adat, pemuka agama, akademisi di sini betul-betul membantu pemerintah," tutur Tantowi. 

Baca juga: Bamsoet Minta Jaringan Terorisme JAD - Islamiyah Diusut

Dalam webinar tersebut juga hadir narasumber diantaranya, Rektor Universitas Pertahanan Laksdya TNI Amarulla Octavian, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis. 

Hadir juga, Guru Besar Ilmu Studi Keamanan Fisip Unpad Prof Arry Bainus, Inspektur Babinkum TNI Brigjen TNI Edy Imran, dan Kaprodi SKSG Universitas Indonesia Kajian Terorisme Muhamad Syauqillah. []

Berita terkait
Kejagung Terbakar, Pakar: Menebar Teror Kena UU Terorisme
Fachrizal Afandi mengatakan, jika terbakarnya gedung Kejaksaan Agung sengaja dilakukan untuk meneror, maka dapat dikenakan UU Terorisme.
Mahfud Dorong TNI Terlibat Tangani Terorisme
Mahfud MD menilai TNI perlu dilibatkan dalam penanganan terorisme pada situasi dan kondisi tertentu.
Jokowi Teken PP Perlindungan WNI, HAM Hingga Terorisme
Presiden Jokowi mengatakan, PP No 35 wujud melindungi warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi