Jakarta - Kita semua tahu tokoh Peter Pan ialah seorang anak laki-laki yang tidak pernah ingin tumbuh dewasa dan tetap muda selamanya. Meskipun karakternya fiksi, ternyata sindrom Peter Pan nyata adanya dan terjadi pada seseorang yang cukup dewasa.
Istilah sindrom Peter Pan (Peter Pan syndrome) muncul pertama kali di tahun 1983 dalam buku “Men Who Have Never Grown Up” yang ditulis oleh Dr. Dan Kiley. Istilah ini digunakan untuk merujuk perilaku orang dewasa yang secara psikologis, sosial, dan seksual tidak menunjukkan kematangan (bersifat kekanakan).
Sifat kekanak-kanakan tentu tidak hanya melulu dimiliki pria. Beberapa wanita dewasa juga mungkin kekanak-kanakan. Meski begitu, sindrom Peter Pan lebih banyak ditemukan pada pria karena pakar psikologi berpendapat bahwa laki-laki dewasa cenderung memiliki tanggung jawab yang lebih besar, seperti menjadi kepala rumah tangga atau mencari nafkah.
Berikut adalah tanda seseorang terkena sindrom Peter Pan.
- Cenderung berperilaku seperti anak kecil, remaja, atau orang yang lebih muda dari usianya.
- Selalu bergantung pada orang lain dan mengharapkan untuk selalu dilindungi serta dituruti semua permintaannya.
- Tidak bisa mempertahankan hubungan jangka panjang yang stabil, terutama percintaan. Sifatnya yang kekanakan kadang membuat pasangan menjadi tidak nyaman. Selain itu, orang dengan sindrom ini sulit untuk bersikap romantis.
- Kurang bertanggung jawab dalam pekerjaan atau dalam mengelola keuangan.
- Tidak mau mengakui kesalahan dan melimpahkannya pada orang lain sehingga sulit untuk introspeksi diri.
Perlu diingat, sindrom Peter Pan bukanlah sebuah diagnosis klinis. Tetapi, banyak ahli setuju bahwa sindrom ini merupakan pola perilaku yang berdampak pada hubungan dan kualitas hidup seseorang.[]
(Indi Lusiani)
Baca Juga:
- Waspadai Sindrom Cabin Fever di Tengah Perpanjangan PPKM
- Pejabat Amerika di Jerman Dilaporkan Menderita Sindrom Havana
- Sindrom Havana Tunda Perjalanan Wapres Harris ke Vietnam
- Mengenal Sindrom Capgras, Gangguan Psikotik Langka