Smong, Sebutan Masyarakat Simeulue untuk Tsunami

Bagi masyarakat Simeulue, Aceh pengalaman generasi terdahulu dijadikan pelajaran untuk generasi masa depan.
Sebuah monumen dibangun untuk menjelaskan tentang objek wisata kapal di atas rumah Lampulo, Kota Banda Aceh, Aceh, Sabtu 21 Desember 2019. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Simeulue - Gempa disusul tsunami meluluh lantakkan Provinsi Aceh pada Minggu, 26 Desember 2004 silam. Ratusan jiwa menjadi korban dari peristiwa maha dahsyat itu.

Dari sejumlah kabupaten pesisir di Aceh yang menjadi amukan tsunami, ada satu kabupaten yang tidak memakan banyak korban, yakni Kabupaten Simeulue.

Berada di tengah-tengah samudera Hindia, wilayah itu juga dilanda gempa dan tsunami, namun hanya memakan korban jiwa sebanyak enam orang. Hal ini terjadi karena kuatnya kearifal lokal di kabupaten penghasil lobster itu.

Bagi masyarakat Simeulue, pengalaman generasi terdahulu dijadikan pelajaran untuk generasi masa depan. Karena itu, mereka selamat saat gempa dan tsunami menerjang Aceh lima belas tahun silam.

Sri Sunomo, 40 tahun, salah seorang warga Simeulue mengatakan, generasi di kabupaten ini selalu diberitahu tentang kejadian-kejadian masa lalu, salah satunya tentang tsunami. Namun, bagi masyarakat di sana menyebutnya Smong.

Selalu yang diingatkan oleh orang tua itu Smong.

Smong adalah istilah tradisional masyarakat di Pulau Simeulue, untuk menyebut sebuah gelombang laut besar yang melanda setelah sebuah gempa menghantam bumi. Istilah ini berasal dari bahasa Devayan, bahasa asli masyarakat Simeulue.

Baca juga: Masjid di Aceh Tetap Kokoh Saat Tsunami Menerjang

“Selalu yang diingatkan oleh orang tua itu Smong, bukan tsunami. Itu pesan dari nenek-nenek kita dulu sampai sekarang selalu turun kepada anak-anak kita,” kata Sri Sunomo saat dijumpai Tagar di Simeulue, Aceh, Kamis, 26 Desember 2019.

Ia menjelaskan, sejak dulu orang tua mereka selalu memberi pemahaman kepada anak-anaknya tentang Smong. Pemahaman diberikan sejak dari kecil dan hal ini terus terjadi turun temurun sampai generasi sekarang.

Pemahaman itu dikisahkan melalui cerita-cerita saat sang anak masih dalam ayunan. Ia diberi tahu jika sewaktu-waktu terjadi gempa cukup besar, maka harus segera lari ke permukaan lebih tinggi.

“Kalau dulu itu kalau mereka udah ada gempa, terus lari, itu yang diteriakkan bukan tsunami sebenarnya, tetapi smong-smong-smong,” kata Sri Sunomo.

Baca juga: Kapal PLTD Apung, Bukti Sejarah Tsunami Aceh

Saat peristiwa maha dahsyat 15 tahun silam, Sri Sunomo masih berusia 25 tahun. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Banda Aceh.

Saudara, teman-temanya dan dosen yang menetap di Banda Aceh banyak yang menjadi korban peristiwa terbesar di abad 21 itu.

“Saa itu saya ada di Simeulue, kebetulan baru selesai wisuda dari Banda Aceh, waktu itu saya pulang ke sini, jadi kalau saudara, kawan-kawan kuliah yang baru saja selesai saya tinggalkan di sana, banyak yang menjadi korban, termasuk dosen-dosen saya,” kenang Sri Sunomo.

Pagi itu, 24 Desember 2004, Sri Sunomo sedang berada di Pelabuhan Sinabang untuk menjemput adiknya yang berangkat dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Tiba-tiba, gempa dengan kekuatan besar terjadi, hingga membuat Sri Sunomo terjatuh.

Baca juga: Ibu Melahirkan di Selembar Kain Saat Tsunami Aceh

Sementara adiknya masih dalam kapal, yang baru saja bersandar di pelabuhan, namun pintu kapal belum dibuka. Setelah gempa terjadi, Sri Sunomo langsung pulang dan pergi ke daratan lebih tinggi.

Hal itu dilakukan Sri Sunomo berkat pengetahuannya tentang Smong, di mana ia menemukan ada tanda-tanda akan terjadinya gelombang besar.

“Sekarang, setiap terjadi gempa orang tua selalu mengingatkan kalau seandainya gempanya besar dan air surut, kita tidak akan mengingat yang lain lagi, harta semua, kita harus lari ke tempat lebih tinggi untuk menyelelamatkan,” kata Sri Sunomo. []

Berita terkait
Cara Unik Warga Aceh Melihat Gerhana Matahari
Warga Aceh Barat Daya, Aceh punya gaya dan alat unik untuk melihat peristiwa gerhana matahari cincin (GMC).
Gerhana di Aceh Sempurna, Ribuan Warga Ikut Saksikan
Fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) terlihat sempurna di halaman masjid Baiturrahmah, Simeulue, Aceh.
Pesan Ayah Sebelum Ditelan Tsunami Aceh
Kisah pilu Tsunami Aceh terus menghiasi perjalanan karib kerabatnya yang selamat dari terjangan bencana dahsyat yang terjadi 26 Desember 2004.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina