Profil Fadli Zon, Politikus Pernah Jadi Wartawan

Sebelum menjadi seorang politikus, Fadli Zon mengawali kariernya sebagai wartawan.
Fadli Zon sewaktu hadir sebagai narsum di Indonesia Lawyers Club. (Foto: Instagram/fadlizon)

Jakarta - Sebelum menjadi seorang politikus, Fadli Zon mengawali kariernya sebagai wartawan. Sosoknya sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tak lepas dari pandangan masyarakat, dan tak pernah sepi dari pemberitaan.

Fadli Zon mengenyam pendidikan awal di SD Negeri Cibeureum 3 di wilayah Bogor, Jawa Barat. Kemudian, melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri Cisarua 1, Bogor. Setelah itu pindah sekolah ke ibukota dan masuk di SMP Fajar, Jakarta.

Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, Fadli melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 31 Jakarta selama dua tahun, karena mendapat beasiswa dari AFS (American Field Service) di San Antonio, Texas, Amerika Serikat dan lulus dengan predikat summa cum laude.

Fadli kemudian melanjutkan studinya di program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (FIB UI). Pria kelahiran 1 Juni 1971 ini semasa kuliah aktif di berbagai organisasi, baik di luar maupun di dalam kampus.

Pria berdarah Minangkabau itu pernah menjadi wartawan selama menjadi mahasiswa. Profesi ini ia mulai ketika menjadi bergabung di Tabloid IQRA dan Majalah Suara Hidayatullah dari tahun 1990 hingga 1991.

Kemudian Fadli bergabung di redaksi Majalah Gema DHN Angkatan 45, Redaktur dan Dewan Direksi Majalah Horison, terakhir menjadi Redaktur Majalah Tajuk.

Fadli juga sempat menjadi Ketua Biro Pendidikan Senat Mahasiswa FSUI pada tahun 1992-1993, Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FSUI (1993), dan Ketua Komisi Hubungan Luar Senat Mahasiswa UI (1993-1994).  

Di luar kampus, Fadli pernah menjadi Sekjen dan Presiden Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) pada 1993-1995, pengurus pusat KNPI (1996-1999), pengurus pusat Gerakan Pemuda Islam (1996-1999), dan anggota Asian Conference on Religion and Peace (ACRP) sejak 1996.

Meski aktif dalam berbagai kegiatan, pada tahun 1994 Fadli terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) I Universitas Indonesia, dan Mahasiswa Berprestasi III tingkat Nasional dan memimpin delegasi mahasiswa Indonesia dalam ASEAN Varsities Debate IV (1994) di Malaysia.

Setelah lulus dari Universitas Indonesia pada 1997, pada tahun berikutnya yakni 1998, Fadli Zon menekuni profesi sebagai wartawan dan menjadi dewan Redaksi Tabloid Abadi pada tahun 1998 hingga tahun 2000.

Tahun 2002, Fadli Zon mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya dengan kuliah di London School of Economics and Political Science (LSE) di Inggris di bawah bimbingan John Harriss dan Robert Wade.

Fadli Zon diketahui pernah menjabat sebagai Direktur Umum Golden Spike Energy Indonesia Ltd hingga tahun 2005. Kemudian menjabat sebagai Direktur PT Padi Nusantara dan menjadi salah satu komisaris di PT Tidar Kerinci Agung sejak 2009.  

Pada tahun 2008, Fadli Zon dan Prabowo Subianto mendirikan partai GERINDRA (Gerakan Indonesia Raya), kemudian menjadi wakil ketua umum partai berlambang kepala burung garuda tersebut.

Pada pesta demokrasi yang dilaksanakan pada tahun 2009, Fadli Zon maju sebagai calon anggota dewan perwakilan Sumatera Barat. Namun gagal, karena tidak cukup meraih suara ke Senayan.

Pada 2014, Fadli Zon kembali maju menjadi lewat Partai Gerindra di daerah pemilihan Jabar V. Kali ini ia mendapat 79.074 suara, dan berhasil menjadi anggota DPR. Kemudian terpilih menjadi wakil ketua DPR RI.

Fadli Zon ditetapkan sebagai wakil ketua DPR RI dalam sidang paripurna di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Kamis 2 Oktober 2014 setelah pelantikan anggota Dewan.

Saat pemilihan DPR, suami dari Katharine Grace ini didukung oleh fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PPP, ditambah Fraksi Partai Demokrat.

Namun empat partai lainnya memilih walk out, yakni PDI Perjuangan, PKB, Partai Hanura, dan Partai Nasdem. []

Baca juga: 

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.