TAGAR.id, Jakarta - Juru bicara (Jubir) Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi menanggapi puisi Fadli Zon yang menyindir 'brutus' sembari menyinggung soal big data. Jodi mengaku heran lantaran Fadli sempat-sempatnya membuat puisi.
"Yang nulis sempat-sempatnya ya buat puisi, twitter berkali-kali tiap hari, mungkin masyarakat perlu juga mengawasi kinerja di sana, kan pakai uang rakyat juga," kata Jodi dikutip Detik.com, Kamis, 14 April 2022.
Jodi mengaku heran lantaran Luhut tidak akan sempat membuat puisi karena kesibukannya sebagai menteri. Ia menyebut beberapa kegiatan Luhut dalam beberapa hari terakhir.
Kalau yang buat puisi dan teriak brutus ngapain aja dua hari ini? Mungkin sibuk bersosmed.
"Menko sih sudah pasti nggak sempat buat puisi. Karena sibuk antara lain rapat mengurusi lumbung ikan, food estate, hilirisasi minerba, energi transisi, sistem informasi batu bara, diseminasi pelatihan atletik, pengembangan energi baru terbarukan, persiapan pelaksanaan G-20, dan rencana pembukaan Apple Academy di Bali. Ini baru dua hari terakhir saja," ucapnya.
- Baca Juga: Tingkatkan Gerakan BBI dan UMKM, Menko Luhut Resmikan Bazar Ramadan 2022
- Baca Juga: Tingkatkan Gerakan BBI dan UMKM, Menko Luhut Resmikan Bazar Ramadan 2022
Ketua Badan Khusus Pengembangan Jaringan Internasional PBNU ini lantas menyindir kinerja Fadli Zon. Ia meyakini Fadli Zon hanya sibuk bermedsos. "Kalau yang buat puisi dan teriak brutus ngapain aja dua hari ini? Mungkin sibuk bersosmed," ujarnya.
Sebelumnya, sepucuk puisi diciptakan Fadli Zon. Isinya kritik tajam. Anggota Komisi I DPR RI itu menyindir 'brutus' sembari mengungkit soal big data.
Puisi berjudul 'Brutus' ini diunggah Fadli Zon di akun Twitternya, @fadlizon, pada Rabu, 13 April 2022. Ia menyebut puisi itu dibuat dengan spontan.
- Baca Juga: Debat dengan Mahasiswa, Menko Luhut Tolak Buka Big Data Soal Penundaan Pemilu
- Baca Juga: Menko Luhut Tegaskan Pentingnya Transformasi Ekonomi Desa Pada Silatnas Apdesi 2022
Dalam puisi berjudul 'Brutus', Fadli Zon mengisahkan seseorang pejabat yang disebutnya membuat kondisi Indonesia memprihatinkan. Puisi itu juga menyinggung soal pendusta dengan big data serta ada permintaan perpanjangan masa jabatan presiden.
Lihatlah Indonesia makin berantakan
Ulah jahat oknum pejabat rakus arogan
Harga-harga meroket terbang
Utang menumpuk minyak goreng hilang
Tapi pengkhianat merasa jadi pahlawan
Pandai berdusta dengan big data
Apapun dilakukan demi kuasa
Nasib konstitusi dipertaruhkan
Jabatan Presiden minta diperpanjang
Ambisi mengatur segala urusan
Investasi gembar gembor tinggal janji
Tipu muslihat merampok hasil bumi
Asing pesta pora bersama oligarki
Negeri ini harus dimerdekakan kembali!. []