Memuliakan Filosofi Bambu pada Sanur Festival di Bali

Bambu dianggap penting oleh masyarakat Bali karena bisa dimaknai dengan bermacam makna harfiah. Buktikan dalam SVF di Bali 21-25 Agustus mendatang.
Sanur Village Festival segera berlangsung di Bali 21 Agustus mendatang. (Foto: Tagar/Nila Sofianty).

Bali - Bagi masyarakat Bali, bambu tidak bisa dipandang hanya sebagai tanaman rimbun yang memberi suasana nyaman dengan bunyi desirannya saat tertiup angin. Batang tanaman beruas-ruas ini dinilai tidak hanya menjadi satu simbol filosofi, tetapi juga multi-nilai.

Bambu menjadi salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap upacara keagamaan, bambu digunakan, baik daun maupun batangnya.

Tanaman ini juga menjadi salah satu unsur penting untuk bangunan arsitektur adat Bali. Untuk masyarakat di sana, bambu memang memiliki filosofi kuat nan mendalam.

Teranyar, bambu turut menginspirasi gelaran Sanur Village Festival (SVF) yang taringnya sudah menancap mancanegara. 

Perlu diketahui, acara ini sudah terselenggara 14 kali di Sanur. Untuk kali ini panitia mengangkat tema "Dharmaning Gesing" yang memiliki makna harafiah sebagai hal untuk memuliakan atau kewajiban berbuat baik.

Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali.

Ketua Umum SVF Ida Bagus Gede Sidharta Putra menuturkan, tanaman bambu dalam pagelaran ini menjadi pokok pembahasan kesadaran filosofi di Pulau Dewata.

“Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali," tuturnya di Griya Santrian, Sanur, Bali, Senin, 19 Agustus 2019.

Pria yang akrab disapa Gusde ini menjelaskan, bahwa bambu semasa kecil tumbuh tegak, namun saat tua akan merunduk. Menurutnya hal tersebut sejalan dengan lambang filosofi Hindu Bali yang selalu menjaga sopan santun.

Disamping itu, kata dia, bambu juga memiliki sifat semakin lama semakin kuat, baik akar yang membentuk rumpun kesatuan maupun batangnya.

Ia menyontohkan, di sini bambu kerap dimanfaatkan menjadi sunari atau sebuah benda yang terbuat dari buluh bambu kemudian dilubangi, dan dapat mengeluarkan suara saat diterpa angin. 

Baca juga: Bisnis Pariwisata Konvensional di Ambang Keruntuhan 

Dalam keyakinan Hindu Bali, sunari merupakan simbol Dewa Brahma, dan pada lengkungannya terdapat kera atau simbol maruti, yang berasal dari kata marut atau angin.

Sunari erat kaitannya dengan aktivitas dan budaya agraris di Sanur. Konon, sunari berasal dari kata sunar atau sinar suci yang memiliki makna menjadi penerang umat manusia dalam kehidupan.

Gusde mengatakan apabila bambu dikaitkan dengan urusan politis kekinian, filosofi lain dari tumbuhan ini adalah soal kebersatuan.

"Setahun belakangan situasi politik nasional gonjang-ganjing, masyarakat terpecah berkubu-kubu, tematik bambu bisa menjadi inspiring spirit. Pohon bambu selalu dilihat dengan tumbuhnya yang berkelompok, dan ini harus dilihat apa sebenarnya makna kebersamaan dan pentingnya persatuan," ujar dia.

SVF sebagai Pelestarian Kultur sekaligus Titik Ekonomi 

Ia menerangkan, SVF ke-14 yang mengusung tema bambu, nantinya tidak hanya membicarakan bambu secara materi, di sisi lain acara ini dibangun melalui kesadaran dan falsafah hidup dalam memahami manfaat dan fungsi bambu, serta kelestariannya.

Melalui tema ini, kata Gusde, festival yang akan berlangsung pada 21-25 Agustus 2019 di Pantai Matahari Terbit, Sanur akan mendekatkan kembali sebuah penghormatan pada unsur alam yang menjadi guru dan petunjuk bagi keselarasan hidup di muka bumi ini.

Menurutnya, bambu mengandung unsur penting bagi kehidupan masyarakat Bali. Baik dari sisi spritual, untuk membuat layangan, dan lain sebagainya.

Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya ia nilai menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Pulau Dewata.

Gusde memaparkan, dalam SVF mendatang, akan diadakan berbagai lomba menggunakan bambu, seperti lomba penjor dan sunari. Bahkan dekorasi kegiatan ini bakal menggunakan bambu dan bahan organik ramah lingkungan.

Ida Bagus Gede Sidharta Putra (Gusde), Ketua Umum Sanur Village FestivalKetua Umum Sanur Village Festival Ida Bagus Gede Sidharta Putra (Gusde) di Puri Santrian, Bali, Senin, 19 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Nila Sofianty).

Ia menilai, acara yang ia gagas mampu menjadi langkah konkret dalam mendukung program Pemerintah Kota Denpasar untuk meminimalisir penggunaan kantong plastik.

“Dengan tetap melestarikan kebudayaan Bali, Sanur Village Festival telah masuk 8 besar kalender kegiatan nasional. Kegiatan ini sudah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, baik penyerapan-penyerapan potensi masyarakat, seniman, maupun industri ke depan, dan diharapkan kegiatan bisa terus berlanjut," tuturnya.

SVF menjadi tonggak perjuangan warga Bali, khususnya bagi warga sekitar Sanur, dikala pariwisata Bali tengah terpuruk pasca-peristiwa Bom Bali tahun 2005 silam. 

Isi Acara Sanur Village Festival 

Untuk memeriahkan, panitia bakal menggelar banyak keseruan hiburan di pinggir pantai bagi para turis maupun masyakat sekitar. Termasuk menyiapkan sederet makanan lezat yang tersaji di venue utama, Pantai Matahari Terbit, Sanur.

Karena Bali dikenal dengan pulau yang lekat dengan budaya, maka pertunjukan seni dan budaya tradisional akan lebih ditonjolkan, termasuk sendratari kolosal atau balet tradisional.

Tidak hanya itu, pesta seni kontemporer juga akan menghadirkan seni lukis tubuh, pameran seni, fotografi, ukiran buah. Bahkan, panitia juga akan mengelar lomba pariwisata olahraga seperti lari maraton, futsal, tenis, golf, selancar, dan memancing.

Gusde mengatakan, nantinya ada acara yang tidak kalah seru, yakni Festival Layang-layang Internasional. Masyarakat maupun turis dapat menikmati keindahan layang-layang dalam berbagai bentuk apapun, termasuk ukuran dan warna.

Biasanya, kata dia, peserta lokal akan menampilkan layang-layang tradisional khas Bali. Namun, kali ini peserta dari daerah lain atau dari mancanegara sekalipun bakal diberikan ruang untuk berkreasi untuk membuat layang-layang sendiri.

Ia menjelaskan, SVF juga akan terjun dalam aksi lingkungan, seperti penanaman terumbu karang, pelepasan bayi penyu atau tukik ke laut, pembersihan pantai, penanaman bakau, kegiatan pendidikan kesadaran lingkungan, serta kampanye hijau yang melibatkan penduduk lokal dan wisatawan.

Baca juga: Millenial Tourism Ancaman bagi Pelaku Pariwisata

Di pantai Sanur terkenal banyak berdiri resort paling pertama di Bali. Sebab, banyak anggapan, denyut pariwisata dimulai dari sini. Pantai dan ombaknya tidak bisa diragukan lagi, sudha banyak wisatawan mancanegara datang ke sini khusus untuk melakukan surfing.

Targetkan 100.000 Penonton

Setelah berjalan 14 tahun, peningkatan penyelenggaraan SVF ini tampak meningkat dari jumlah pengunjung. Sebab inovasi harus terus dilakukan agar tidak monoton. Di samping itu, ujar dia, perlu juga menjaga budaya adat lokal yang amat menghargai keberagaman.

Di tahun-tahun awal kemunculannya, jumlah pengunjung SVF memang tidak terlalu banyak. Menurut dia tahun 2019 SVF menargetkan pendatang hingga 100.000 orang. Ia sangat optimis kan hal ini bisa terjadi.

"Ada peningkatan pengunjung 10-15 % tiap tahun penyelenggaraan. Dulu kami berlokasi di atas lahan kurang dari 1 hektare, sekarang 3 hektare, dan dari satu panggung kecil, kini mulai memakai dua panggung besar," ujarnya.

Melalui SVF, Ketua Yayasan Pembangunan Sanur ini mengungkapkan, bersama warga, dia ingin memberikan sumbangsih untuk keberlanjutan pariwisata yang menjadi pemasukan ekonomi terbesar bagi Bali. 

Festival ini juga dimaksudkan, untuk menggerakkan berbagai komunitas lokal agar tidak henti-hentinya melakukan kreasi dan inovasi.

Dalam SVF 2019, warga Sanur patut berbangga hati. Sebab, salah satu tokoh dan Founder Santrian Group Ida Ratu Pedanda Gede Dwija Ngenjung atau dikenal dengan Ida Bagus Tjetana Putra memperoleh Tanda Kehormatan Satya Lencana Kesetiaan Pariwisata dari Presiden RI Jokowi.

Penghargaan ini secara simbolis telah diserahkan kepada putra ketiga IB Agung Partha Adnyana di Jakarta yang akan diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada malam pembukaan SVF tanggal 21 Agustus mendatang.

Seperti diketahui, SVF bakal menyediakan 2 panggung besar yang secara bergantian menyajikan pergelaran kesenian tradisional, fesyen, dan musik yang bakal dihadiri sejumlah seniman Bali dan musisi dari luar Bali. Tidak ketinggalan, musisi kawakan Indra Lesmana kabarnya siap menyemarakkan SVF tahun ini.[]

Berita terkait
Selebgram Asal Australia Diperas di Bali
Selebgram asal Adelaide, Australia, Tori Ann Lyla Hunter, mengaku diperas oleh polisi dan pengacara di Bali.
Saat Turis Bule Ikut Lomba Kelereng di Bali
Turis bule itu berjalan pelan, sangat berhati-hati dengan sendok berisi kelereng terselip di bibir. Pemandangan ini terjadi di Bali.
Budaya Batak Bukan "Dijual" untuk Pariwisata
Pembangunan di Tanah Batak, khususnya kawasan Danau Toba, seringkali tak menyentuh kondisi sosial dan budaya.
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.