Millenial Tourism Ancaman bagi Pelaku Pariwisata

Internet telah memudahkan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata yang ingin dikunjungi.
Ketua DPD ASPPI Sumut Mercy Panggabean (duduk keempat dari kiri) beserta pengurus dan anggota berfoto bersama Tjahyo Pramono (duduk keenam dari kiri) usai digelarnya ASPPI Talk di Wesly House, Jumat, 27 Juli 2019. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Millenial tourism menjadi tren baru dalam industri pariwisata saat ini. Betapa tidak, internet telah memudahkan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata yang ingin dikunjungi.

Berkat bantuan berbagai aplikasi booking tiket dan kamar hotel, aplikasi transportasi yang semua hanya dalam genggaman gadget, berwisata menjadi kian mudah.

Namun, kemudahan itu menjadi ancaman bagi para pelaku bisnis pariwisata. Karena jasa yang mereka jual selama ini mulai tak up to date lagi.

"Ketika sekarang semua dimudahkan oleh internet, apakah travel agent masih mau bertahan sebagai agent saja? Kalau masih bertahan sebagai agent, maka bisnis Anda akan tergerus zaman," kata Tjahyo Pramono dalam ASPPI Talk, di Wesly House, Jalan Sei Sisirah No 12 Medan, Jumat 26 Juli 2019.

Karena itu, saran pembicara yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia perhotelan itu, travel agent harus mengubah model bisnisnya. Jangan lagi menjadi travel agent, tapi menjadi penyedia jasa yang memberi solusi bagi wisatawan.

"Lupakan komisi dari transportasi atau nasi bungkus. Itu cara lama, mari pakai cara-cara baru. Sebenarnya banyak sekali potensi yang belum digarap (blue ocean), cuma saya lihat travel agent masih kebanyakan latah, dan berkutat di pasar yang sama dengan persaingan yang tinggi," ujarnya.

Menurut Tjahyo, agar bisa bertahan dari gempuran tren millenial tourism, pebisnis pariwisata harus mampu menciptakan pasar khusus. Yang terpenting lagi ialah membuat jurang yang dalam dan jauh dari pesaing. Misalnya, menyediakan layanan jasa perjalanan yang tingkat persaingannya tidak tinggi.

Ia mencontohkan salah satu penyedia layanan pendakian gunung di Indonesia. Perusahaan penyedia layanan ini punya pasar tersendiri dan tidak mudah disaingi karena pelakunya spesialis atau mengusai bidangnya.

Makanya juga kita mesti ikut zaman, buka website dan promosi di media sosial

"Ada lagi peluang lain, misalnya special trading tour. Misalnya ketika orang luar negeri mau mencari kopi dari Sumatera, travel agent bisa masuk ke situ. Kalian mau cari kopi, mari ikut saya," jelas Tjahyo, pembicara yang pernah menjadi general manager di salah satu hotel berbintang itu.

Selain itu, terangnya, ada lagi studi tur yang disediakan oleh perusahaan besar. "Pelaku bisnis pariwisata bisa masuk ke sana sebagai konsultan dan pemandu dengan bekerjasama dengan perusahaan," katanya.

Keluar dari Masalah

Ketua DPD ASPPI Sumut Mercy Panggabean mengatakan, belakangan ini bisnis pariwisata mengalami gejolak. Bahkan, ada yang mengalami keterpurukan ketika harga tiket melambung tinggi.

Travel agent yang selama ini juga melayani penjualan tiket dan booking kamar hotel juga mengalami kelesuan.

"Meskipun sudah ada pengumuman dari pemerintah mengenai penurunan harga tiket, namun dampaknya masih terasa sampai sekarang," kata Mercy, pemilik Wesly Tour itu.

Diakuinya, sejak era internet banyak terjadi pergeseran dari pola lama. "Kalau masih cara manual, mungkin kita nggak akan bertahan. Makanya juga kita mesti ikut zaman, buka website dan promosi di media sosial," ujarnya.

Menurutnya, acara ASPPI Talk ini juga merupakan salah satu solusi yang ditawarkan kepada para pelaku pariwisata di Sumatera Utara untuk keluar dari masalah yang dihadapi saat ini.

"Inilah salah satu cara kita, agar pikiran kawan-kawan terbuka. Satu lagi agar asosiasi ini memberi arti bagi mereka, jadi tidak hanya sekadar ngumpul-ngumpul aja tapi nggak ada arti," katanya.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.