Aceh Barat Daya – Belasan tahun sudah petani kebun sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh hidup dalam ketidakpastian tentang harga jual hasil panen. Tidak ada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di kabupaten sendiri, disinyalir menjadi faktor utama.
Akibatnya, dalam satu hari petani sawit Abdya mengalami kerugian besar yakni mencapai Rp 9 milyar, sebab harga pembelian Tanda Buah Segar (TBS) sawit ditingkat petani tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah karena hasil panen dijual petani kepada pegusaha luar kabupaten dan pegusaha luar menetapkan harga sesuai seleranya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Abdya, total luas areal tanaman kelapa sawit rakyat di Abdya mencapai 20 ribu hektar lebih, 17 ribu hektar di antara merupakan tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan dengan tingkat produksi TBS rata-rata sebanyak 20,196 ton untuk satu bulannya atau sekitar 1.683 ton dalam satu hari.
“Terpaksa petani kita harus menjualnya kepada pengusaha pabrik swasta di Kabupaten Nagan Raya dan Kota Subulussalam, karena belum tersedianya PKS Abdya,” kata Azwar, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan, Sabtu, 13 Juni 2020 di Aceh Barat Daya.
Seorang petani Abdya, Gunawan mengaku sering dirundung gembira dan sedih saat masuk masa panen sawit, harga yang tidak menentu membuat penghasilan kadang tidak sesuai dengan modal yang sudah dikeuarkan.
“Tidak pernah pasti harga, namun kita harus menjual juga, sedih dan gembira sudah pasti saat panen,” kata Gunawan.
Harus menjualnya kepada pengusaha pabrik swasta di Kabupaten Nagan Raya dan Kota Subulussalam, karena belum tersedianya PKS Abdya.
Alih-alih mendapatkan keuntungan tiap kali panen, Gunawan terkadang bahkan tidak ada keuntungan atau hanya kembali modal rawat saja saat masuk masa panen, hal ini juga membuatnya terkadang bersedih lantaran panen melimpah harga anjlok.
“Kami yang hidup bergantungan pada sawit apa boleh buat,” ujarnya.
Gunawan berharap, PKS milik Pemerintah di Desa Ie Mirah, Kecamatan Babahrot yang dibangun sekitar 10 tahun silam segera diselesaikan pembangunannya dan dioperasikan, sebab dengan beroperasinya PKS itu dapat memastikan harga sawit petani Abdya.
“PKS itu jadi harapan kami petani sawit, selama PKS ini belum beroperasi maka akan begini-begini saja nasib kami,” katanya.
Bupati Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim mengaku sejak dua tahun terakhir terus berusaha melanjutkan pembangunan PKS ini dengan menggunakan anggaran APBK agar harga TBS di Abdya meningkat.
Namun, belum jelasnya pengalihan dari provinsi ke daerah menjadi dinding besar yang menghentikan langkah daerah ini melanjutkan pembangunannya, sebab bangunan PKS merupakan aset Provinsi Aceh dan belum dihibahkan ke Pemkab Abdya.
“Bahkan saat itu Plt Gubernur Aceh sudah setuju aset PKS dihibahkan ke kabupaten, tapi sayangnya rekomendasi DPRA tidak keluar,” kata Akmal. []
Baca juga:
- Petani Abdya Aceh Keluhkan Harga TBS Sawit Rendah
- Harga TBS Sawit Aceh di Tengah Corona
- Petani Sawit Sulbar Resah Akan Harga Sawit