Gubuk Reot, Istana Lansia di Aceh Sambut Masa Senja

Nenek Rohaya teguh enggan meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya meski sudah dalam kondisi mengkhawatirkan dan mudah roboh.
Nenek Rohaya saat menerima kunjungan Tagar di rumahnya. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Aceh Barat Daya - Dinding kayu rumah berukuran 4x4 tampak dipenuhi lubang akibat kayu yang sudah lapuk. Rayap mungil pun ikut andil membuat lubang di beberapa bagian rumah hingga pancaran sinar matahari tembus ke dalam.

Rangka kayu yang bertugas menahan berat atap rumbia sebagai penahan air hujan serta sinar matahari sebagian sudah terlihat patah dan menunggu saat-saat akan jatuh ke lantai rumah.

Masuk nak, sebentar nenek ambil tikar. Oh ia, ayo makan.

Beginilah pemandangan awal saat Tagar mengunjungi rumah yang dihuni seorang janda lanjut usia bernama Rohana, 74 tahun, di Dusun Tengah, Desa Ujong Padang, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh pada Senin, 17 Februari 2020.

Dinding lapuk ruang tamu menjadi tempat bersandar Rohana siang itu sambil menyantap makan siang. Cangkir plastik berisi air putih berada persis di sudut piring nasi yang terbuat dari almunium. Terlihat sayur bening bercampur nasi putih yang menjadi menu makan siang janda lansia ini.

“Masuk nak, sebentar nenek ambil tikar. Oh ia, ayo makan,” kata Rohana sembari menawarkan kepada Tagar.

Rohana memang dikenal sebagai sosok perempuan ramah, hal ini terbukti saat Tagar yang belum pernah dia kenal datang berkunjung, dia memperlakukan tamunya seolah-olah sanak familinya atau orang yang sudah di kenal sebelumnya. Selain menawarkan makan siang, sosok ini juga menawarkan minum layaknya adap penerimaan tamu di Aceh.

“Kalau tidak mau makan, nenek buat air saja, tapi tidak ada yang hitam (kopi),” ujarnya seraya bangkit ke dapur usai makan dan berniat membuat air gula.

Sekembalinya dari dapur dengan satu gelas air gula panas ditangan, Rohana kembali ke tempat duduk semula dan memepersilakan minum sambil bercerita tentang kehidupannya yang sudah tinggal puluhan tahun di gubuk tidak layak huni itu.

Kepada Tagar, Rohana tidak sungkan bercerita panjang lebar tentang kehidupan masa senjanya di rumah peninggalan orang tuanya. Bocor dan kedinginan saat hujan serta gempuran angin yang masuk lewat celah-celah lubang dinding rumah menjadi hal yang kerap dirasakan siang dan malam hari.

“Kalau hujan tireh ino (kalau hujan bocor di sini). Angin juga masuk ke dalam lewat lubang-lubang itu,” sebut Rohana seraya menunjuk beberapa lubang dibagian atap dan dinding rumah.

Rohana mengaku rumah yang ditempatinya itu adalah istana baginya walau terlihat tidak layak huni. Rumah itu penuh kenangan baginya, terlebih itu adalah tempat dia lahir dan merupakan peninggalan orang tua.

“Saya lahir dan dibesarkan di rumah ini. Rumah ini peninggalan orang tua saya,” ucapnya.

Rumah Reot di AcehKondisi rumah nenek Rohana yang sudah tidak layak huni. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Tinggal Berdua Bersama Cucu

Rohana bukan tidak dipedulikan oleh anak-anaknya, namun memang keinginannya sendiri untuk tinggal di rumah tersebut bersama seorang cucu perempuannya yang saat ini baru lulus tes seleksi kompetensi dasar (SKD) calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya. 

Tinggal di rumah tidak layak huni itupun bukan semata karena ingin diperhatikan oleh pemerintah setempat.

“Banyak yang datang meminta data saya, tapi ya rumahnya begini saja. Kalau bantuan dulu pernah sekali berupa uang,” kata Rohana sembari menunjukkan wajah serius.

Kepada Tagar, Rohana mengaku tidak punya pekerjaan. Dirumah itu dia habiskan untuk beribadah dan sesekali mengikuti pengajian bersama masyarakat setempat. Untuk kehidupan sehari-hari dia menggantungkan kepada anaknya yang sudah bercucu dan tinggal di desa lain.

“Tidak kerja lagi, anak yang kasih belanja,” tutur Rohana.

Tidak seperti masyarakat pada umumnya, Rohana hingga saat ini masih memasak dengan menggunakan kayu bakar, alas tanah dan batu berukuran sedang sebagai penahan belanga dan periuk. Kayu bakar rapih tersusun di atas tempat memasak beserta beberapa alat untuk memasak.

Kala hujan, tidak bisa dipungkiri dapur Rohana ini akan menjadi seperti kolam ikan. Air bisa masuk dari beberapa sudut rumah. Sebab, papan rumah sudah bolong. Pancaran sinar matahari masuk kedalam rumah hingga terlihat seperti lampu menyala.

Jendela mungil di beberapa bagian rumah sudah tidak bisa dibuka lagi, sebab sudah rapuh dan akan terjatuh ke tanah jika di buka.

“Ini dapur. Kalau jendela jangan dibuka sudah rusak,” kata Rohana saat menemani Tagar melihat seisi rumah.

Meski demikian, dia mengaku bersyukur masih ada tempat untuk melewati hari-hari dimasa senjanya itu. Banyak orang di luar sana yang harus tinggal di kolom jembatan karena tidak ada tempat tinggal.

”Alhamdulillah masih ada anak dan cucu yang masih peduli kepada saya. Saya bahagia dan bersyukur masih ada tempat tinggal walau seperti ini,” sebutnya yang tidak mampu menahan derai air mata.

Faktor ekonomi yang serba pas-pasan membuatnya tidak bisa merehap rumah tersebut. Rumah itu dibiarkan saja sedemikian rupa dan sesekali memperbaiki bagian-bagian yang di anggap harus agar tidak masuk air saat tidur malam.

“Ditutup saja kalau ada yang rusak,” ucapnya.

Harapan besar Rohana saat ini hanya cucunya Risma, bisa lulus menjadi PNS pada pengrekrutan CPNS di wilayah Aceh Barat Daya. Dalam doa itu yang selalu dipanjatkan, cucu yang menjadi temannya agar diberi kemudahan dalam segala aktivitasnya.

“Selalu berdoa untuknya. Dia selalu menemani saya di sini,” ucapnya.

Rumah Reot di AcehKondisi dapur rumah nenek Rohana. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Berharap Dapat Bantuan Bedah Rumah

Meninggalkan Rohana dan kisahnya, seorang warga setempat yang dijumpai Tagar bernama Nurmala mengaku ikut prihatin dengan kondisi tempat tinggal janda ini. Meski demikian, ibu dua anak ini tidak bisa berbuat apa-apa sebab dia juga hidup digaris keterbatasan.

“Sayang nek Rohana, rumahnya begitu tentu kita sangat kasihan. Tapi apa daya saya juga senasib,” ungkapnya.

Nurmala mengaku sering melihat orang kantoran datang ke rumah Rohana. Tapi sudah bertahun-tahun tidak ada bantuan nyata yang terlihat. Mirisnya lagi, di daerah lain banyak rumah yang sudah direhap menggunakan anggaran pemerintah.

“Saya sering melihat orang kantor datang, tapi hanya minta data saja. Rumah tidak direhap sampai saat ini,” sebut dia.

Dia berharap pemerintah setempat melihat kondisi rumah Rohana. Bantuan pemerintah seharusnya layak didapat oleh Rohana dengan kondisinya yang seperti itu. Pemerintah dimintanya untuk tidak pilih kasih terhadap warga miskin.

”Jika memang layak bantu saja, jangan pilih-pilih, sangat aneh jika buk Rohana tidak dapat,” tutur dia.

Kondisi saat ini rumah Rohana sangat membahayakan. Kayu atap sudah patah dan sewaktu-waktu bisa saja roboh dan jatuh ke lantai rumah. Dari dalam rumah sudah terlihat bolong hingga pantulan sinar matahari menancap lantai rumah.

Rohana menjadi warga miskin penghuni rumah tidak layak huni yang tidak tersentuh program rehap rumah ala pemerintah di Aceh. Tidak diketahui sebabnya, entah karena rumah yang dia huninya belum memenuhi kategori miskin atau ada alasan lain hingga petugas luput terhadap kehidupan janda ini.

Secercah harapan mulai mendatangi Rohana saat Baitul Mal sedang mengupayakan anggaran rehap untuk rumah Rohana. Tentu ini sebuah kabar menggembirakan baginya.

Kepala Baitul Mal Aceh Barat Daya Wahyudi Satria mengaku saat ini pihaknya sedang berupaya mengusulkan anggaran untuk rehap rumah Rohana. Pihaknya tentu harus melalui proses setiap mengeluarkan anggaran.

“Sedang kita usulkan, kan ada prosesnya,” kata Wahyudi.

Jika anggarannya sudah ada, maka pihaknya langsung melakukan rehap agar Rohana dapat tinggal dirumah yang lebih layak huni.

”Insyaallah kalau sudah turun kita rehap segera,” tuturnya. []

Berita terkait
Berkah Pemuda Tampan Penjual Gorengan di Bulukumba
Gagal kuliah bukan berarti harus berputus asa. Banyak cara untuk meraih kesuksesan. Seperti kisah pemuda penjual gorengan di Bulukumba, Sulsel.
The Cops Kulon Progo Penumpas Klitih dan Kejahatan
Polres Kulon Progo memiliki pasukan khusus penumpas kejahatan seperti klitih, namanya The Cops. Pasukan ini bekerja 24 jam siang dan malam.
Suara Tembakan Sebelum Korban Pelanggaran HAM Pingsan
Dalam hati Murtala bertanya-tanya, ada kejadian apa di tempat itu. Jantungnya berdegup kencang. Kisah korban pelanggaran HAM di Aceh.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura