Denny Siregar: Perang Mazab Kesehatan Vs Ekonomi

Di Inggris terjadi perang mazab kesehatan vs mazab ekonomi. Yang pertama ingin tetap lockdown, yang kedua ingin lockdown disudahi. Denny Siregar.
Ilustrasi - Pekerja konstruksi. (Foto: Pixabay/272447)

Di Inggris sekarang terjadi perdebatan sengit antara mereka yang pro kesehatan versus pro ekonomi. Yang pro kesehatan masih tetap pada sikap semula, Inggris masih harus lockdown. Mereka membeberkan data kematian di Inggris akibat corona masih terus meningkat.

Sedangkan yang pro ekonomi menganggap lockdown sudah terlalu lama, sudah saatnya memulihkan kembali ekonomi negara.

Perang data statistik antara korban meninggal karena corona dan korban PHK juga terjadi. Masing-masing bertahan pada pendapatnya.

Kalau Indonesia masih sibuk dengan bansos, negara seperti Inggris sudah sibuk dengan bail out, menyelamatkan keuangan perusahaan-perusahaan supaya mereka tidak mem-PHK karyawan.

Inggris sendiri dikabarkan sudah menyiapkan dana hampir dua ribu triliun rupiah sebagai stimulus ekonomi.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang sempat terkena corona akhirnya lebih memilih ekonomi. Ia meminta warga negaranya mulai kembali bekerja, dengan tetap menjaga jarak dan memakai masker.

Tidak ada pilihan lain memang, karena sampai sekarang belum diketahui sampai kapan masalah corona ini selesai. Enggak mungkin menunggu setahun lagi, bisa bangkrut semua orang, termasuk gua.

Situasi yang sama sedang negara kita alami.

Pandemi corona ini benar-benar menekan ekonomi. Produksi berhenti, tidak ada pembelian, ekspor tertahan, dan kita harus siap-siap akan ada PHK besar-besaran. Mulai April saja sudah ada 2 juta pekerja yang kena PHK.

Ini berarti pengangguran di negeri ini semakin bertambah. Dan untuk menahan dampak ekonomi akibat virus, Menteri Keuangan sudah merinci akan berutang sebesar hampir Rp 1.500 triliun. Dana ini bukan saja untuk bantuan sosial bagi warga yang terdampak, tapi juga membantu perusahaan supaya tidak hancur-lebur.

Pendemi corona ini memang seperti makan buah simalakama, dimakan bapak mati, enggak dimakan ibu mati.

MaskerMenggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah selama masa pandemi Covid-19. (Foto: Pixabay/NickyPe)

Sekarang saja maskapai Garuda dan pabrik baja Krakatau Steel akan disuntik dana sebesar Rp 11,5 triliun supaya tetap bisa beroperasi dan menggaji karyawan. Bukan itu saja, beberapa BUMN juga harus diselamatkan. Untuk menyelamatkan beberapa perusahaannya, negara akan menyuntik dana Rp 152 triliun.

Pusing kan dengar kata triliun-triliun itu? Tapi itulah yang harus dilakukan negara. Kalau tidak, bayangkan berapa juta korban PHK nantinya? Itu lebih berbahaya lagi.

Situasi yang mirip seperti di Inggris inilah yang membuat di Indonesia ada benturan kepentingan antara kementerian yang mengurus kesehatan dan kementerian yang mengurus ekonomi.

Kementerian yang mengurus kesehatan tentu tetap tidak ingin PSBB dilonggarkan karena takut penyebaran wabah akan lebih meluas. Apalagi jumlah data mereka yang positif corona terus bertambah, meski jumlah yang sembuh juga banyak.

Tapi tidak begitu dengan menteri yang mengurus perekonomian. Mereka harus menjaga bagaimana ekonomi negara kita tidak ambruk. Apalagi para pengusaha sudah mengumumkan hanya bisa bertahan sampai bulan Juni. Selebihnya, mereka akan kibarkan bendera putih.

Karena itulah kementerian yang mengurus perekonomian mengusulkan supaya PSBB dilonggarkan, dan warga kembali beraktivitas supaya ekonomi kembali bergerak. Kantor-kantor harus kembali buka dan aktivitas usaha harus kembali normal, dengan pengawasan tetap dilakukan.

Dan Menteri Perhubungan juga sudah memulai dengan membuka kembali jalur transportasi publik seperti pesawat terbang, bus antarkota, dan kereta api, supaya orang terpancing untuk gerak lagi.

Bahkan dari BNPB sudah ada pengumuman warga yang berusia di bawah 45 tahun, diperbolehkan bekerja kembali. Warga usia di bawah 45 tahun adalah warga yang lebih tahan terhadap dampak corona dan mereka juga adalah tulang punggung ekonomi.

Jadi enggak usah bingung kenapa kok pernyataan pemerintah seperti berubah-ubah. Tadi katanya PSBB, besoknya jalur transportasi tiba-tiba dibuka. Pendemi corona ini memang seperti makan buah simalakama, dimakan bapak mati, enggak dimakan ibu mati.

Inggris saja bingung mana yang harus didahulukan, ekonomi atau kesehatan? Dan bukan hanya Inggris, banyak negara juga begitu, seperti Amerika dan Perancis. Itulah ciri negara demokrasi.

Kalau di China, mau berdebat atau menentang program pemerintah, besoknya langsung dijemput dan hilang mendadak.

Yang harus kita lakukan sekarang adalah percaya sajalah kepada pemerintah. Enggak perlu bingung dengan segala teori konspirasi global atau apalah. Enggak penting juga.

Memang terus kalau tahu, kita mau apa? Mau perangi elite global itu dengan rebahan aja? Juga tidak perlu sok pintar, pemerintah itu banyak ahlinya. Mereka pasti sudah berpikir dari banyak arah sebelum memutuskan sesuatu, dan itu semua pasti demi kebaikan kita bersama.

Meski begitu, saya dengar bulan Juni kemungkinan besar situasi akan coba dinormalkan kembali. Ekonomi akan digerakkan lagi, mal-mal boleh beroperasi, dan aktivitas sekolah berjalan lagi.

Cuma ya itu, pengawasan akan diperketat dan kita disuruh menjaga jarak dan harus pakai masker ke mana-mana.

Enggak apa-apa. Capek juga dua bulan rebahan di rumah aja. Sudah saatnya kita tarung lagi. Keluarga di rumah butuh makan dan kita juga butuh eksistensi.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Jokowi Rencanakan Pelonggaran PSBB, Ada 4 Tahap Simulasi
Presiden Jokowi telah memberikan arahan kepada Gugus Tugas terkait pelonggaran kebijakan PSBB. Ada 4 tahap simulasi dipersiapkan.
Jokowi Minta Hati-hati Saat Pelonggaran PSBB
Presiden Joko Widodo mengatakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) perlu dievaluasi dan perlu kahatihatian saat pelonggarannya.
Jokowi: Ada Daerah Berhasil Lawan Covid-19 Tanpa PSBB
Presiden Jokowi mengatakan ada daerah yang tidak menerapkan PSBB tetapi dapat menangani Covid-19.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.