Jakarta - Head of Investment Avrist Asset Management Farash Akbar Farich mengatakan pemerintah berkesempatan besar untuk mendapatkan dana segar dari penerbitan Obligasi Ritel Negara atau Obligasi Ritel Indonesia seri 017 (ORI017). Bahkan, Farash memproyeksi instrumen ini bakal laris dipasaran dengan potensi permintaan lebih banyak dibandingkan dengan penawaran.
“Saya melihat melihat malah bisa oversubscribed,” ujarnya kepada Tagar, Senin, 15 Juni 2020.
Menurut dia, ketidakpastian yang berlanjut pasca serangan pandemi Covid-19 membuat masyarakat memilih alat lindung nilai yang cukup efektif. Pasalnya, khalayak di Tanah Air saat ini lebih sadar akan pentingnya mengelola kekayaan dalam bentuk instrumen investasi
“Masyarakat pasti akan mengurangi konsumsi non-basic dan mengalihkan ke tabungan serta investasi,” tutur dia.
Dari sisi hitung-hitungan, ORI017 memang cukup menggiurkan. Farash mencatat, nilai kupon (imbal hasil) yang ditawarkan ORI017 sebesar 6,4 persen setahun jauh melampaui bunga deposito net yang sebesar 4 persen hingga 4,5 persen untuk periode yang sama.
“Imbal hasilnya juga masih diatas SBN [Surat Berharga Negara] yang waktu pricing di yield 6,25 persen,” ucapnya.
Untuk diketahui, ORI017 secararesmi ditawarkan kepada publik pada 15 Juni 2020 dengan besaran kupon 6,4 persen pertahun selama tiga tahun dengan nilai pembelian minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.
Masyarakat yang tertarik dapat mengoleksi surat utang ini 26 mitra distribusi, antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, Bank BCA,Bank CIMB Niaga, Bank Permata, Bank Maybank Indonesia, Bank Panin.
Kemudian, Bank OCBC NISP Bank HSBC, Bank DBS Indonesia, Bank UOB Indonesia, Bank Commonwealth, Bank Danamon Indonesia, Bank Victoria International, PT Trimegah Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, Bareksa, Tanamduit, Invisee, Investree, dan Modalku.
Meskipun besaran kupon ORI017 lebih kecil dari Obligasi Ritel Indonesia seri 016 (ORI016) yang sebesar 6,80 persen, pemerintah pede menggelontorkan instrumen ini meskipun situasi dalam negeri tengah dihadapi dengan kelesuan akibat pandemi.
Tagar mencatat, jumlah investor pada ORI016 mencapai 18.336 investor dengan 72,8% dari jumlah tersebut merupakan investor baru, terhitung sejak penerapan Single Investor Identification (SID).
Jumlah investor terbesar adalah yang melakukan pemesanan pada rentang Rp 1 juta s.d. Rp 100 juta, yaitu mencapai 47,35%.Terdapat 897 investor yang melakukan pembelian sebesar Rp 1 juta. Berdasarkan profesi, jumlah investor ORI016 didominasi pegawai swasta (5.634 investor). Namun, secara volume didominasi oleh wiraswasta (Rp 3.758 miliar).
Jumlah investor terbesar ORI016 berasal dari generasi milenial, dengan jumlah 6.202 investor (33,82%). Namun, secara volume pemesanan terbesar dilakukan oleh generasi baby boomers dengan total volume mencapai Rp3.676,66 miliar setara 44,76% dari total pemesanan ORI016.
Rata-rata volume pemesanan ORI016 per investor sebesar Rp 447,95 juta atau turun signifikan dari rata-rata volume pemesanan di ORI015 yang mencapai Rp 565,99 juta. Hal ini menunjukkan tingkat keritelan ORI016 yang lebih baik dibandingkan dengan seri sebelumnya.
Baca juga :
- Penjelasan Garuda Indonesia Soal Status Karyawan
- Penyebab Kenaikan Harga Saham Telkom (TLKM)
- Siasati Bisnis, Garuda Taruh Kargo di Kursi Pesawat