Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk. melakukan langkah efisiensi dalam bidang pengangkutan barang dengan memaksimalkan kabin penumpang untuk meletakan muatan kargo.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. Irfan Setiaputra mengatakan upaya tersebut langkah strategis terbaru sekaligus siasat bisnis perseroan di tengah anjloknya jumlah penumpang akibat pandemi Covid-19.
“Saya berterima kasih kepada Kementerian Perhubungan [yang memberikan izin] untuk bisa meletakan [kargo] di atas kursi, tentunya dalam kondisi khusus seperti saat ini,” ujar dia kepada Tagar, Jumat, 12 Juni 2020.
Barang-barang yang ditaruh di atas kursi juga tidak terlalu besar dimensinya karena akses masuk ke pesawat juga menggunakan pintu penumpang
Meskipun mendapat keleluasaan untuk menempatkan barang di dalam kabin, Irfan menjelaskan bahwa terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi. Sebagai contoh, pihak maskapai tidak bisa serta merta melepaskan kursi yang berada di badan pesawat.
“Memang secara kasat mata mending dicabut saja tempat duduknya, tetapi itu tidak boleh karena lantai kabin tidak bisa menahan kargo yang terlalu berat,” tutur dia.
Dalam penjabarannya, satu kursi kelas ekonomi hanya mampu menahan beban sekitar 70 kilogram atau 210 kilogram untuk tiga kursi dalam setengah baris. Strategi terbaru Garuda ini dinilai cukup efektif dalam mengatasi biaya operasional. Terlebih, bisnis antar-jemput barang sangat melonjak di masa pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
“Barang-barang yang ditaruh di atas kursi juga tidak terlalu besar dimensinya karena akses masuk ke pesawat juga menggunakan pintu penumpang,” kata dia.
Meski tidak menyebut secara rinci berapa pertumbuhan bisnis kargo perusahaan, namun Irfan memastikan jika sektor ini mampu menopang kinerja lebih baik dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.
Sebagai informasi, pada sepanjang 2019 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut membukukan perolehan kargo sebesar 335.000 ton. Adapun, untuk jumlah penumpang, Garuda Indonesia mengklaim telah mengangkut tidak kurang dari 31,9 juta orang di tahun yang sama.
Dari sisi keuangan, perseroan melaporkan berhasil mencetak laba bersih US$ 6,99 juta per Desember 2019. Capaian itu mejit dibandingkan dengan periode yang sama 2018 dengan rugi US$ 231 juta.
Baca juga :
- KAI Proyeksi Pengguna KRL Membludak Pekan Depan
- Swiss dan Ambisi Jadi Raja Fintech Global
- Siasat Menperin Jaring Perusahaan AS yang Relokasi