Aceh Barat Daya - Kurangnya stok bawang putih di pasaran, membuat harganya mengalami kenaikan tak terkecuali di Pasar Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh.
Seorang pedagang Pasar Blangpidie, Abdya, Aceh, Parmi mengungkapkan bawang putih merupakan komiditi yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Parmi mengatakan harga bawang putih mengalami kenaikan hingga RP 10 ribu dari Rp 40 ribu per kilogram (Kg) menjadi Rp 50 ribu.
"Paling signifikan naik itu bawang putih, naiknya sampai Rp 10 ribu," kata Parmi, Minggu 9 Februari 2020.
Sementara bahan dapur lainnya, kata Parmi masih dikisaran harga normal. Ia mencontohkan cabai merah dari Rp 30 ribu per kg menjadi Rp 35 ribu atau tergantung kualitas.
Paling signifikan naik itu bawang putih, naiknya sampai Rp 10 ribu.
"Naik jika kualitas barangnya bagus," ujar Farmi.
Menurutnya, kenaikan harga bahan-bahan dapur tidak bisa diprediksi. Harga jual sangat tergantung pada ketersediaan bahan. Jika ketersediaan kurang, maka dapat dipastikan harga jual dan beli melambung.
"Tidak bisa diprediksi. Semua tergantung ketersediaan," sebutnya.
Pedagang di pasar tradisional Blangpidie, kebanyakan mendapat bahan dagangan dari Sumatra Utara. Jika stok dari Sumut itu kosong, biasanya beralih ke bahan dari Takengon, Aceh.
"Dari dua daerah itu sih bahan kita," ucap.
Meski tergolong mahal, tetapi tidak mempengaruhi angka penjualan. Parmi mengaku masyarakat hanya mengurangi jumlah berat saja.
"Misal, kalau biasa membeli satu Kg untuk kebutuhan beberapa hari ke depan, sekarang dibeli setengah kg," tuturnya.
Apalagi, kata dia, saat ini masyarakat muslim tidak terkecuali di Aceh sedang melaksanakan Maulid, sehingga, pedagang tidak khawatir memasok bahan dagangan sebanyak mungkin. Pasar tidak akan sepi saat momen seperti itu terlebih di Aceh
"Intinya tetap dibeli, apalagi ini bulan Maulid," ucapnya.
Pantauan Tagar, pasar Tradisional Blangpidie memang selalu terlihat ramai saban harinya. Puncak kepadatan paling terasa saat hari Meugang dan beberapa hari jelang lebaran. Posisinya yang berada tepat di tengah pusat kota kabupaten membuat pasar ini mudah di akses dari arah mana saja.
Namun, kurangnya kesadaran pedagang dan masyarakat membuat pasar terlihat amburadur. Parkir liar dan penjual yang menjajakan dagangannya hingga memakan badan jalan membuat akses ke jantung pasar terlihat sempit.
Tidak jarang pemerintah setempat melakukan penertiban. Namun, hal ini terasa sia-sia sebab, hanya berselang beberapa hari pasca razia, kondisinya kembali amburadur sehingga membuat kenyamanan masyarakat berkurang. []