Jakarta — Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja belum kunjung usai. Setelah ribuan massa Ormas Islam menggelar aksi di Patung Kuda, sehari berikutnya giliran serikat pekerja yang kembali berkumpul di silang Monas, Rabu, 14 Oktober 2020 sore. Mereka menyindir Presiden Jokowi dengan membawa tiga ekor bebek.
Presiden Jokowi lebih memilih berkunjung ke Kalimantan daripada menemui demonstran.
Mayoritas buruh datang memakai baju merah hitam. Mereka mengaku dari dua kelompok yaitu Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) dan Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia (FSPASI). Dalam aksinya yang digelar sore hari itu.
Koordinator Lapangan dari FSPASI, Nurdin diwawancara awak media menyebutkan, banyak celah pelanggaran yang berpotensi dilakukan oleh perusahaan dengan adanya UU Cipta Kerja.
“Dalam beberapa pasal itu kami akui bahwa ada pesangon, emang ada. Berbicara mengenai kebijakan-kebijakan kesejahteraan juga ada. Tetapi banyak celah-celah untuk perusahaan melakukan kerugian pada buruh,” ujarnya.
Nurdin mendesak pemerintah dan DPR agar membatalkan Omnibus Law itu. “Dari segi undang-undang lainnya, Omnibus Law ini yang dibentuk buru-buru. Ini sangat merugikan bagi kami,” katanya.
Ditanyakan perihal tiga orang buruh perempuan yang masing-masingnya memegang seekor bebek, Nurdin menjelaskan hal itu sebagai sikap kekecewaan para buruh yang mendengar kabar, Presiden Jokowi lebih memilih berkunjung ke Kalimantan daripada menemui demonstran.
"Pak Jokowi malah ke Kalimantan ketimbang menemui rakyatnya yang beramai-ramai datang ke Istana. Maka kami simulasikan teman-teman massa aksi membawa bebek untuk diberikan kepada presiden," kata Nurdin.
Lihat juga: Denny Siregar Sindir Proposal Buzzer Omnibus Law, Harganya?
“Inilah mengapa kami anterin bebek ke Pak Jokowi agar dia sadar bahwa mengurus rakyat tidak seperti mengurus bebek. Cukup ditengokin terus dikasih makan. Tidak begitu harusnya dikasih perhatian, kasih sayang, bukan kemudian datang dihadapkan dengan polisi," tambahnya.[]