TAGAR.id, New York, AS - Sejumlah pasar saham di Amerika Serikat (AS) kembali terjun bebas dalam penutupan perdagangan pada Rabu, 18 Mei 2022.
Dow Jones Industrial Average terkoreksi negatif lebih dari 1.100 poin, sementara Standard&Poor 500 (S&P500) mengalami penurunan paling tajam dalam hampir dua tahun terakhir ini. Hal ini dikarenakan melesatnya perkiraan pendapatan yang besar oleh Target dan para pengecer utama lainnya memicu kekhawatiran para investor bahwa lonjakan inflasi akan memangkas keuntungan perusahaan secara tajam.
Meluasnya aksi jual menghapus keuntungan dari pergerakan saham yang solid yang tercatat sehari sebelumnya, kerentanan harian terbaru dalam beberapa pekan terakhir ini di tengah kemerosotan pasar yang semakin dalam.
S&P 500 merosot sebesar 4 persen, yang menjadi penurunan paling tajam yang tercatat pada saham tersebut sejak Juni 2020. Indeks acuan saat ini turun lebih dari 18% dari rekor tertinggi yang dicapai pada awal tahun. Hal tersebut sedikit lebih baik dari penurunan 20% yang dianggap sebagai “bear market” atau kondisi pasar di mana nilai sejumlah saham rontok.
Dow Jones Industrial Average sendiri turun sebanyak 3,6%, sementara Nasdaq jatuh sebesar 4,7%.
Kepala Strategi Investasi di CFRA, Sam Stovall, mengatakan pada Kantor Berita Associated Press (AP), “banyak orang mencoba menebak pasar. Tetapi akhirnya tidak ada yang tersisa untuk dijual.”
Indeks S&P 500 turun 165,17 poin menjadi 3.923,68. Down Jones turun 1.164,52 poin menjadi 31.490,07. Sementara Nasdaq turun 566,37 menjadi 11.418,15.
Saham perusahaan-perusahaan yang lebih kecil juga mengalami penurunan. Russell turun 65,45 poin atau 3,6% menjadi 1.774,85. (em/lt)/Associated Press/voaindonesia.com. []
Harga Saham Anjlok 3% Akibat Kenaikan Suku Bunga Amerika
Dua Indeks Pasar Saham AS Catat Rekor Tertinggi
Sejarah Wall Street, Bursa Efek Terbesar di Dunia
IHSG Diprediksi Melemah, Imbas Sentimen Bursa Saham AS