Merajalela Waria Aceh Menjaja Cinta di Tengah Corona

Meski corona, prostitusi waria di Kabupaten Aceh Utara, Aceh terus berjalan demi mencapai kepuasan syahwatnya.
Ilustrasi Gay. (Foto: pixabay.com)

Aceh - Wabah virus corona atau Covid-19 mulai menjamah ke seluruh daerah tidak kecuali di Aceh. Siapun pun bisa terinfeksi virus yang mematikan itu. Semua dituntut agar selalu berada di rumah dan apabila pun harus keluar maka diwajibkan untuk menjaga jarak maupun memakai masker.

Meskipun wabah ini sedang melanda, tidak membuat prostitusi waria di Kabupaten Aceh Utara, Aceh berhenti. Para kalangan pecinta sesama jenis itu masih terus melakukan aktivitasnya untuk mencapai kepuasan syahwat.

Kamis, 23 April 2020, Tagar melakukan wawancara dengan salah seorang waria di Kabupaten Aceh Utara, Aceh melalui telepon seluler. Mengapa tidak melakukan wawancara langsung dengan cara tatap muka karena mengingat wabah virus corona yang penyebarannya semakin meluas.

Sebut saja namanya Jack (bukan sebagai nama yang sebenarnya), jangan anda bayangkan ia seperti laki-laki biasa. Meskipun berjenis kelamin laki-laki, ia berpenampilan seperti seorang wanita, berambut panjang dan hanya saja suaranya masih terdengar khas laki-laki.

Jack mengaku masih sering melayani para lelaki yang pencinta sesama jenis, meski sedang terjadi wabah corona tidak serta-merta membuat Jack goyah untuk berhenti melakukan hal itu.

Dalam sehari, biasanya ia melayani laki-laki pecinta sesama jenis itu bisa mencapai dua kali dan bisa saja lebih, tergantung ramai atau tidak orang yang menghubunginya untuk meminta “naik ke bulan” bersama.

“Ngapain harus takut, lagian aku sudah kenal semua mereka dan mereka itu kan langganan aku, maka aku nggak takut sama sekali untuk melakukan hubungan meskipun sedang terjadi corona,” ujar Jack kepada Tagar.

Apabila ingin melakukan hubungan intim bersama laki-laki, maka Jack akan melakukan di rumah temannya yang terletak di salah satu kecamatan di Kabupaten tersebut dan yang punya rumah merupakan orang yang berpengaruh.

Dengan begitu setiap tamu yang menikmati layanan syahwat Jack akan merasa aman dan tidak akan menarik perhatian orang sekitar, maka saat melakukan hubungan terlarang Jack merasa lebih nyaman.

“Di sini aman kali bang, apalagi yang punya rumah orang yang berpengaruh makanya aman-aman saja. Setiap tamu ku pun merasa nyaman dan tidak ada rasa was-was ketika sedang berhubungan,” tutur Jack.

Namun ada hal yang mengejutkan dari pengakuan Jack, bahwa dirinya juga selalu didatangi oleh tamu yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), yang meminta untuk memuaskan birahinya.

Pokoknya mendapatakan layanan yang full servis lah agar setiap tamu menjadi puas dan juga bisa mendapatkan berbagai gaya.

Baginya melayani laki-laki yang masih duduk dibangku SMA itu, memiliki sensasi tersendiri karena durasi berhubungan intim sangat lama, tidak seperti laki-laki yang sudah dewasa lainnya.

“Ada dua orang anak SMA yang menjadi langgananku, memang sih melayani anak SMA itu sensasinya beda, karena lebih lama durasinya saat melakukan hubungan seksual dan nikmat sekali,” kata Jack.

Kata Jack untuk sekali melakukan hubungan seksual dengannya, maka cukup membayar biaya sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu, nantinya setiap tamu akan mendapatkan layanan yang full servis.

“Pokoknya mendapatakan layanan yang full servis lah agar setiap tamu menjadi puas dan juga bisa mendapatkan berbagai gaya, yang jelas tidak sampai kecewa lah. Aku tidak ingin buat tamu kecewa,” pungkas Jack.

Keberadaan waria yang berprofesi ganda ini memang sulit terlacak. Jaringan mereka tersusun rapi dan tersembunyi di balik tembok negeri berlebel Syariat Islam ini.

Mahasiswa Gay di Bulan April

Pada bulan April 2020, Yayasan Pertama Aceh Peduli (YPAP) menemukan dua orang mahasiswa yang terinfeksi Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Direktur Yayasan Permata Aceh Peduli Khaidir mengatakan, kedua mahasiswa tersebut berjenis kelamin laki-laki dan pecinta hubungan sesama jenis atau gay (homoseksual). Faktor terinfeksi AIDS, disebabkan karena melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.

Kedua mahasiswa tersebut berasal dari Kota Langsa dan Kota Subulussalam, serta usianya masih sangat produktif. Kini lembaga itu terus memberikan pendampingan terhadap keduanya.

Untuk kategori top ini keberadaannya sangat sulit untuk dilacak, karena sama dengan lelaki pada umumnya. Bahkan ada yang bekerja di bank, bekerja di PNS.

“Kedua mahasiswa ini memang gay dan itu kami temukan pada bulan April ini. Mengapa sampai mereka bisa terinfeksi AIDS, disebabkan karena melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis,” kata Khaidir.

Khaidir menambahkan berdasarkan hasil keterangan yang diperoleh dari mahasiswa yang berasal dari Kota Langsa, Aceh itu, maka dirinya sudah sangat banyak sekali melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.

Untuk wilayah Provinsi Aceh secara umum, perkembangan kalangan homoseksual meningkat tajam, penyebaran paling tinggi terdapat di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa dan Kota Lhokseumawe.

Kalangan homoseksual tersebut merupakan tergolong dalam kategori “silent community”, sehingga keberadaannya sangat sulit dilacak. Kalangan gay itu terbagi dalam dua kategori, ada top dan bottom.

Untuk kategori gay bottom, maka ia memposisikan dirinya seperti wanita, hal ini yang lazim dilihat adalah kalangan waria. Begitu juga untuk kategori top, maka yang memposisikan dirinya sebagai laki-laki.

“Untuk kategori top ini keberadaannya sangat sulit untuk dilacak, karena sama dengan lelaki pada umumnya. Bahkan ada yang bekerja di bank, bekerja di PNS, serta sejumlah tempat lainnya,” tutur Khaidir.

Maksiat yang Mendatangkan Bencana

Apabila banyak manusia masih sering melakukan maksiat di muka bumi, maka segala macam bencana atau wabah akan masih terus terjadi. Makanya penting semua pihak harus berperan untuk memberantas praktik-praktik melakukan hubungan dengan sesama jenis.

Pimpinan Pesantren Qari – Hafizh (Qaha) Ukhwatul Qur'an Tgk. Jamaluddin mengatakan, mengingat dari kejadian setiap wabah atau bencana alam yang terjadi selama ini, maka Allah sudah menyampaikan di dalam Al Quran, dalam Surat Asy-Syura, yaitu:

“Apa saja musibah yang menimpa bagi manusia itu, disebabkan oleh manusia itu sendiri”.

Dimasa Nabi Luth, Allah pernah memberikan azab dengan azab yang sangat dasyat, karena melakukan hubungan sesama jenis. bahkan Allah sangat membenci orang-orang berperilaku seperti itu.

“Apabila model maksiat yang terjadi seperti demikian, maka segala macam bencana dan wabah di muka bumi tidak akan habis, masih terus saja terjadi. Apalagi kita lihat sekarang semua sektor anjlok akibat wabah, maka ini disebabkan karena maksiat,” kata Tgk. Jamaluddin.

Tgk. Jamaluddin menambahkan, apabila benar praktik prostitusi waria tersebut benar adanya, maka harus menjadi tugas bersama untuk memberantasnya, bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja.

Begitu juga peran dari perangkat desa, harus menjadi garda terdepan dalam memberantas perihal maksiat ini dan tidak mungkin sebuah komunitas maksiat tidak tinggal di sebuah desa tertentu.

“Semuanya harus saling bekerjasama untuk mencegah terjadinya perbuatan maksiat ini, jika tidak saling mencegah maka akan berefek untuk kita semua, setiap masyarakat juga harus berperan,” tutur Tgk. Jamaluddin.

Apabila dibiarkan maka akan menjadi musibah yang besar dan akan mendapatkan azab dari Allah.

Saat ini keberadaan kalangan waria tersebut sudah mulai sangat meresahkan bagi masyarakat, maka ke depannya diharapkan semua kalangan harus berkontribusi untuk melakukan pembinaan-pembinaan bagi seluruh waria di Aceh.

Persoalan adanya praktik maksiat itu tidak boleh hanya menyalahkan pemimpin semata-mata, tetapi semuanya harus mampu mengambil peran. Ketika melihat hal demikian, maka harus segara melaporkan.

“Apabila dibiarkan maka akan menjadi musibah yang besar dan akan mendapatkan azab dari Allah, maka mari kita semua mengambil peran itu untuk mencegah terjadinya maksiat,” sebut Tgk. Jamaluddin.

Menurut analisanya, hambatan utama dalam proses pelaksanaan Syariat Islam ini disebabkan karena kerjasama yang masih belum optimal. Seharusnya semua kalangan harus saling kerjasama, serta tidak cukup dengan imbauan-imbauan.

Begitu juga dengan sanksi-sanksi yang diberikan kepada pelanggar syariah masih belum optimal, seharusnya bagi para pelanggar tersebut harus mendapatkan efek jera yang maksimal, sehingga perbuatan itu tidak akan diulanginya.

“Bagi yang melakukan pelanggaran syariah harus ada sanksi yang tegas, sehingga bisa memberikan efek jera dan nantinya perbuatan yang dilarang itu tidak akan diulanginya kembali,” tutur Tgk. Jamaluddin. []

Baca juga: 

Berita terkait
Muncikari Bongkar Data Pelanggan PSK Online di Aceh
Salah satu mucikari Pekerja Seks Komersial (PSK) online Aceh mengaku pelanggan banyak memakai jasa para PSK rata-rata kalangan pengusaha.
Mucikari PSK Online di Aceh Jadi Tersangka
Dua Mucikari Pekerja Seks Komersial (PSK) online di Langsa, Aceh ditetapkan sebagai tersangka.
Terungkap, PSK Online Aceh di Tengah Bulan Ramadan
Polisi Aceh membongkar kasus prostitusi online yang beroperasi saat bulan Ramadan, serta mengamankan dua mucikari dan lima wanita panggilan.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.