Kisruh PPDB, Warga Tuntut Kadisdikbud Jateng Mundur

Kisruh PPDB Warga Gedawang, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menuntut Kadisdikbud Jateng Jumeri mundur dari jabatannya.
Tim Pengembang PPDB Jateng tengah menerima pengaduan dari orang tua calon peserta didik baru. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Warga Gedawang, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang menuntut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Jawa Tengah (Jateng) Jumeri mundur dari jabatannya. Ia dinilai paling bertanggungjawab atas kesemrawutan aplikasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online 2019.

Sistem zonasi pada aplikasi PPDB online Disdikbud Jateng tersebut membuat puluhan anak di Kelurahan Gedawang, Kecamatan Banyumanik, Semarang yang mendaftar di SMAN 4 Semarang terlempar ke SMAN 1 Purwantoro Wonogiri.

Baca juga: Dijatah Tiga Pilihan, PPDB di Sumbar Lancar

"Bentuk tanggungjawabnya beliau harus mengundurkan diri dari kepala dinas provinsi. Karena harus mempertanggungjawabkan kesalahan sistem ini," tegas Bayu Tantra, 47 tahun, warga Gedawang saat ditemui Tagar di SMAN 4 Semarang, Jumat, 5 Juli 2019.

Bayu mendatangi SMAN 4 untuk mendapat kejelasan penyebab anaknya, Aisha Najwa atau Sasya, diterima di SMAN 1 Purwantoro Wonogiri. Tidak hanya Sasya, seluruh calon peserta didik baru dari Gedawang yang mendaftar di SMAN 4 terlempar sejauh sekitar 186 km.

"Ada 39 anak yang diterima di Wonogiri," ujar dia.

Menyalahi juknis PPDB karena jarak kelurahan Gedawang dengan SMAN 1 Purwantoro tercatat di sistem 5 km. Semarang Wonogiri apa 5 km? kan ya tidak mungkin.

Saat dikonfirmasi Tagar, pihak SMAN 4 Semarang belum mampu memberi penjelasan gamblang lantaran hanya sebagai operator sistem PPDB online. 

"Kenapa sekelas dinas, pemerintahan, punya kesalahan membuat sistem. Apa yang harus bertanggungjawab presiden atau menteri? Masak Tuhan yang bertanggung jawab," katanya.

Pernyataan senada disampaikan Hemansyah, 44 tahun, orang tua peserta didik baru lain. Mendaftarkan anaknya ke SMAN 4 Semarang karena masuk dalam zona dengan jarak 0,8 km dengan Kelurahan Gedawang. Tapi akhirnya keterima di dalam zona SMAN 1 Purwantoro Wonogiri dengan jarak 5 km.

"Kok bisa jarak Kelurahan Gedawang dengan SMAN 1 Purwantoro hanya 5 km. Itu dasarnya apa?" ujar dia sambil memperlihatkan screenshot aplikas PPDB online yang menyebutkan jarak 5 km

Jelas sistemnya kacau balau. Masak anak saya yang rumahnya di Gedawang harus sekolah ke Wonogiro. Ya sudah, mendingan saya daftarkan kembali ke SMA 11 di Lampersari yang masih ada kuota luar zona.

SMAN 4 Semarang melalui petugas admin PPDB Eko Sawardi menyatakan hanya pelaksana atau operator dari sistem PPDB online 2019. "Sistem sudah diatur dari dinas," ujar dia.

Eko menjelaskan sistem online PPDB secara otomatis akan mencarikan sekolah lain ketika calon peserta didik baru tidak keterima di sekolah pilihan pertama dan kedua dalam zona. 

"Kemungkinan sekolah terdekat yang masih kurang murid adalah sekolah tersebut (SMAN 1 Purwantoro Wonogiri). Soal 5 km itu di luar kami, itu adalah sistem. Siapa yang membuat sistem kami tidak tahu, silahkan ditanyakan ke dinas," katanya.

Baca juga: PPDB Zonasi Ibarat Kawin Paksa Seperti Siti Nurbaya

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Sulistyo mengaku masih menginventarisir penyebab munculnya jarak Gedawang-Wonogiri 5 km. 

"Ada dua kemungkinan, apakah dari pihak sekolah yang salah memberi informasi jarak ataukah dari pembuat sistemnya yang salah memasukkan jarak, ini masih kami pelajari," kata dia.

Koordinator Tim Pengembang PPDB Jateng Jasman mengakui ada kesalahan internal pihaknya yang memicu terlemparnya anak-anak Gedawang ke sekolah di Wonogiri. 

Faktor internal kami, sekolah, gara-gara ukur jarak yang tidak pas.

Jasman menyebut hingga hari ini masih ada sekolah yang mengajukan revisi jarak kantor kelurahan atau kantor desa dalam zonanya. "Perubahan jarak masih diperbolehkan hingga tanggal 23 Juni 2019, karena 24 Juni 2019 sudah mulai verifikasi," ujar dia.

Karena itu, tim harus melakukan penyesuaian program di sistem PPDB. Endingnya, terjadi kekeliruan menempatkan calon peserta didik baru ke zona sekolah lain yang bukan zonanya. 

"Tapi persoalan ini sudah kami tangani, sistem langsung kami perbaiki, otomatis akan tertata sendiri oleh sistem," ucap dia. []

Berita terkait
0
Mobil Ekstremis Anti-Islam di Norwegia Ditabrak Setelah Bakar Al Quran
Pemimpin kelompok ekstremis anti-Islam di Norwegia terlibat dalam aksi kejar-kejaran mobil dengan polisi dan akibatkan tabrakan 2 Juli 2022