Ketika Kabut Asap Memburamkan Langit Aceh

Perjalanan kisah pria paruh baya bersama cucunya serta ibu dan anak berjuang melawan kabut asap di Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh.
Dua Staf Dinas Kesehatan Aceh Barat Daya sedang memberikan masker gratis kepada pengendara motor di simpang tiga depan Puskesmas Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh. (Foto: Tagar/syamsurizal)

Aceh Barat Daya - Hari itu langit Aceh buram tertutup kabut asap tebal. Walaupun demikian, orang-orang tidak segan melakukan perjalanan. Seperti terlihat di simpang tiga depan Puskesmas Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, Senin, 23 September 2019.

Banyak pengendara motor memperlambat laju kemudian berhenti, menerima masker pemberian petugas dari Dinas Kesehatan setempat. Hari itu Pemerintah Aceh Barat Daya menerjunkan banyak staf ke jalan-jalan untuk membagikan masker.

Satu di antara pengendara motor itu adalah pria paruh baya berkulit sawo matang yang tampak lesu dengan pandangan mata menyempit menahan perih. Sesekali tangan kirinya menyeka mata.

Ia membonceng dua gadis kecil yang belakangan diketahui adalah cucunya. Anak perempuan kecil usia 4 dan 5 tahun itu memanggil dengan sebutan “Kakek” kepada pria berwajah lesu itu.

"Kek, kenapa mulut adek disuruh tutup?" kata salah satu gadis kecil itu dengan kebingungan. Tatapan kedua gadis kecil yang merupakan cucu dari kakek hidup di tanah rencong itu kosong, tangannya mulai menggenggam erat. Selanjutnya mulut dan hidung kakek mulai di pasang penutup dari bahan karbon aktif yang biasa disebut masker.

"Ada asap. Makanya kakak ini menyuruh untuk memakai masker ini," kata sang kakek melirik sekilas kepada petugas kemudian ke kedua cucunya.

Kek, kenapa mulut adek disuruh tutup.

Dua cucunya saling menatap, rambut sebahu mereka yang awalnya basah mulai mengering, pakaian yang dipakai mulai menyerap asap. Bagi kedua gadis kecil melihat kakeknya memakai masker adalah hal yang aneh dan baru pertama dilihat.

Usai kakeknya selesai, mulai giliran pemasangan masker kepada dua gadis itu, namun serentak menolak meski kakeknya berusaha menjelaskan apa dampak dari tidak memakai masker untuk tubuh dan kesehatan mereka. Namun tetap saja kedua gadis cilik itu menolak ketakutan menggunakan masker dengan beralasan belum pernah melihat apalagi mengunakannya.

AbdyaSuasana saat kabut asap mulai menyelimuti Kabupaten Aceh Barat Daya. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Usaha nenek serta pembagi masker terbilang sangat tidak sukses untuk menyakinkan dua bocah itu hingga akhirnya masker itu sebatas dijepit ditangan kanan dua bocah sambil berlalu.

Hari itu dua gadis itu mungkin tidak mengetahui sejak Senin, 23 September 2019 pagi sebagian daerah yang berjulukan tanah rencong mulai terdampak paparan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah titik di pulau Sumatera.

Mulai siang hari, kabut asap tampak makin menebal dan mulai mempengaruhi jarak pandang. Meski begitu, warga tetap seperti biasa beraktivitas termasuk kakek dan kedua cucunya itu.

Saat kabut asap ikut melanda kawasan Aceh Barat Daya beberapa waktu lalu juga sangat dirasakan Yusria yang begitu ketakutan akan akibat kabut asap menimpa dirinya dan anak semata wayangnya.

Yusria ditemui di Simpang Cerana, tepatnya di bundaran pusat kota Blangpidie sedang bersama anaknya Cut Salsa berusia 6 tahun. Cut bersama ibunya mengarah perjalanan menuju arah pulang ke Kecamatan Susoh usai pulang sekolah.

Saat di simpang sang ibu dan Cut singgah di Apotek untuk membeli satu kotak masker yang ingin dikenakan keduanya dan sisanya untuk keluarga di rumah lantaran tampak asap sudah mulai terlihat pekat di wilayah Aceh Barat Daya saat itu.

Tagar yang kebetulan saat itu berniat sama, dapat mendengar dan melihat langsung percakapan lucu antara ibu dan bocah lincah saat itu.

"Ma, kenapa pakek itu. Nggak sesak napas mama tu," tanyak Cut Salsa, ketika melihat ibunya mengenakan masker.

Ibunya saat itu menjawab tidak, seraya mengeluarkan satu helai masker dalam kotak putih di tangan kirinya untuk dikenakan kepada sang putri."Nggak, adek juga pakai biar ngak sakit nanti. Tu coba lihat asapnya banyak," kata Yusria sambil menyakinkan anaknya.

Salsa pertama menolak mengenakan masker pemberian ibunya lantaran dia berpikir akan sulit bernapas karena terhalang oleh masker yang seperti menempel menutup di hidung dan mulut saat di pakainya.

"Nggak mau adek Ma, sesak napas pakek itu. Mama juga buka," ujar bocah berparas ayu itu.

Sang ibu tidak berhenti berusaha walau sudah ditolak putrinya itu. insting sebagai seorang ibu berjalan, apalagi sudah menjadi tugas seorang ibu, bagaimana cara agar buah hatinya terhindar dari segala macam penyebab penyakit yang dapat menyerang si buah hati.

Uniknya, Yusria ternyata punya senjata andalan agar anaknya mau mengenakan masker. Betapa tidak, ternyata dengan menawari es krim untuk Cut jika mau mengenakan masker dan tidak di belikan jika menolak menjadi senjata ampuhnya hingga akhirnya sang anak mau mengunakan masker.

Kabut AsapTampak kabut asap kiriman di Kabupaten Aceh Barat Daya akibat kebakaran hutan yang terjadi dibeberapa wilayah di Sumatera. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

"Enggak mau ya, pakek ini. Ya sudah mama juga nggak beliin adek es krim. Pilih mana, pakek atau nggak," tawar ibu muda ini kepada anaknya seraya menunjukkan masker di tangan kanan.

Ma, kenapa pakek itu. Nggak sesak napas mama tu.

Karena malu mengiyakan, apalagi saat itu mata beberapa pelanggan a poteker yang sedang mengantri melihat percakapan keduanya, sang ibu langsung memasang masker ke bagian kepala anaknya hingga menutupi hidung dan mulutnya. Putri yang lesung pipi itu tampak diam dan tanpa melawan saat empat benang putih masker diikat di bagian belakang kepalanya.

"Nah kan tidak sesak napas," kata Yusria kepada Cut usai memakai masker.

Kepada Tagar, Yusria mengaku mengkhawatirkan asap kiriman yang saat ini sudah mengepung daerahnya. Menurutnya, akibat dari menghirup asap dari kebakaran hutan itu tidak saja rawan bagi pria remaja dan dewasa saja, tapi juga bagi anak-anak.

"Kami para orang tua tentu mengkhawatirkan anak kami karena asap ini. Tentu ini sangat berbahaya," ujarnya.

Dia menilai, langkah dari pemerintah membagikan masker sudah sangat tepat, sebelum korban berjatuhan. Hal ini dinilai efektif untuk pencegahan dan selanjutnya pemerintah melakukan sosialisasi tentang bagaimana cara agar tidak terjangkit penyakit yang dapat timbul dari kabut asap.

"Saran saya pemerintah juga mensosialisasikan kepada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan agar tidak terjangkit penyakit akibat asap ini," kata Yusria.

Penguna jalan lainnya bernama, Irvan, dia berkata pemerintah memang harus segera mungkin melakukan antisipasi jika terjadi kabut asap sewaktu-waktu.

"Sejak tadi siang langit yang mulanya cerah sudah mulai redup, bukan karena mendung. Buktinya sampai sore ini hujan tidak turun. Cuacapun tidak sejuk seperti halnya kala mendung. Ini memang asap kiriman, gunung sejak pagi tidak terlihat karena asap," tuturnya.

Seperti pada umumnya orang tua, begitu juga Irvan, selain dirinya, Ia juga khawatir akan anak dan cucunya yang sangat rentan terjangkit penyakit saluran pernafasan jika kerab menghirup udara ber asap.

"Ya, sebagai orang tua pastilah saya khawatir. Tentu kami juga melakukan langkah antisipasi," tuturnya.

Sebelum Abdya, asap kiriman ini sudah terlebih dahulu mengepung Kabupaten Aceh Selatan, atau kabupaten tetangga. Langkah yang sama, disana pemerintah setempat beserta sejumlah lembaga melakukan aksi sosial dengan membagikan masker kepada warga dengan berdiri di pinggir jalan pusat kota.

Akibat dari asap kiriman dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Pekanbaru, Provinsi Riau pada bulan September 2019 ini sebenarnya sudah melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh. Imbasnya bahkan sudah mengganggu jadwal penerbangan.

Data yang berhasil dihimpun, masing-masing daerah yang berdampak terhadap kabut asap ini meliputi, Kota Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur langsa, kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya ini merupakan asap kiriman. []

Baca cerita lain: 

Berita terkait
Jin Bengkokkan Tangan Warga Aceh hingga Tewas
Apabila masih memaksakan diri beraktifitas tengah hari bolong di telaga Aceh, petuah orang tua dulu menjelaskan, korban akan diterpa kesengsaraan.
Setan Geunteut, Usai Magrib Culik Anak Kecil di Aceh
Hantu geunteut boleh saja dianggap sebagai mitos belaka. Namun, kesaksian korban yang diculik di Aceh, membuktikan jika makhluk gaib ada di sana.
Berpelesir ke Bendungan Susoh di Aceh
Pariwisata Aceh dari pegunungan hingga laut memang bak surga dunia. Seperti aliran sungai Bendungan Irigasi Susoh dapat dinikmati untuk mandi.