Ingin Sembuhkan Ibu, Pria Aceh Sukses Bertani Buah Tin

Awalnya Don melakukan budi daya buah tin untuk mengobati penyakit kanker ibunya. Siapa sangka ia kemudian sukses sebagai pengusaha.
Don memperlihatkan tanaman buah tin masak di kebun pekarangan belakang rumahnya, Minggu, 23 Juni 2019.(Foto: Tagar/Khairuman)

Singkil - Doni Dafrianto, seorang pria warga Desa Ujung, Aceh Singkil, Aceh sukses bertani buah tin dan mengolah daunnya menjadi bahan teh. Motivasinya adalah mengobati ibunya yang mengidap penyakit kanker. Ia menuai sukses sampai sekarang ini.

Pria yang akrab disapa Pak Don ini lulusan Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, alumnus 2015, Sarjana Komputer. Menurut ceritanya, setelah berhasil bertani pohon buah tin, banyak teman termasuk tetangganya yang heran kenapa ia tertarik menggeluti pekerjaan yang tak sesuai dengan jurusan pendidikannya.

Kendati hanya pekerja paruh waktu, ia kelihatan sangat menikmatinya, hal itu membuat banyak kalangan terkagum-kagum dan geleng kepala karena takjub. Padahal, Don juga seorang pekerja kantoran pemerintah, meski hanya status honor alias bakti.

Ternyata daun tin yang saat ini diolah Don berkhasiat mencegah penyebaran beragam jenis kanker, meningkatkan nafsu makan, mengurangi sesak napas, menurunkan kadar kolesterol, menambah kadar haemoglobin (HB darah), dan menghilangkan bakteri jahat pada tubuh.

Ibunda terserang penyakit yang membahayakan jiwanya itu, pada awal tahun 2017, mulanya curiga kok aneh tak kunjung sembuh.

Petani Buah TinBuah tin yang dibelah oleh Don, rasanya seperti pepaya manis. (Foto: Tagar/Khairuman).

Ketika Ibu Sakit Kanker

Don ketika ditemui Tagar di kebunnyaMinggu 23 Juni 2019, menyatakan dirinya merasa kukuh mengembangkan usaha tanaman yang disebut-sebut dalam surah At-Tin ke-95 dalam kitab suci Aquran yang terdiri dari delapan ayat.

"Saya merasakan penasaran dan terus melakukan penelitian dan semakin suka budi daya tanaman surga ini. Sebab selain mempunyai kesan hikmah, juga sarana menyalurkan hobi, bisa membantu orang-orang yang membutuhkan obat herbal jika sewaktu-waktu sangat membutuhkan," ujarnya.

Ketika ditanya apa motivasi yang membuatnya terkesan begitu mendalam, bermula ketika ibunda kandungnya didiagnosis dokter mengidap penyakit yang kerap membahayakan kaum wanita, yakni kanker payudara.

"Ibunda terserang penyakit yang membahayakan jiwanya itu, pada awal tahun 2017, mulanya curiga kok aneh tak kunjung sembuh, hingga diketahui beberapa bulan kemudian setelah rutin berobat ke Puskesmas, dan melakukan kemoterapi delapan kali dalam delapan bulan," tuturnya.

Dirinya sangat khawatir. Ibundanya dioperasi dua kali, bahkan sempat mencoba mengkonsumsi obat ramuan China.

Usaha bukan hanya di situ, Don menuturkan, sembari terus melakukan upaya pengobatan ibunya, dirinya juga memanfaatkan teknologi internet untuk mencari informasi tips pengobatan herbal.

"Alhamdulillah, berkat browsing dan kerap konsultasi dengan ahli medis, saya mencari buah tin untuk memanfaatkan daunnya," ujarnya.

Don mengaku ia dan keluarganya sempat putus asa, karena buah surga itu hanya ada di jazirah tanah Arab. Namun, setelah tanya sana-sini dan bertukar pikiran pada teman, ternyata pohon buah tin budi dayanya sudah ada di Medan, Sumut, juga di tanah Jawa.

Singkat cerita, dirinya memanfaatkan pohon daun tin yang telah diolah menjadi minuman teh untuk obat herbal, dicampur air hangat untuk dikonsumsi ibunya, yang akhirnya berangsur-angsur menyembuhkan ibunya dari penyakit kanker.

Berdasarkan pengalaman itulah dirinya termotivasi untuk mengembangkan budi daya buah tin untuk diolah daunnya menjadi obat herbal. Ia memanfaatkan halaman belakang rumah untuk budi daya buah tin.

Petani Buah TinDon memperlihatkan kemasan teh daun tin produksinya. (Foto: Tagar/Khairuman)

Untung Jutaan Rupiah Per Bulan

Pekarangan belakang rumah Don hanya seluas 7 x 20 meter dua lokasi, namun ia sukses mengembangkan usaha bertani buah herbal itu, sampai meraup jutaan rupiah per bulan. Buahnya yang sebesar bawang bombai memang belum diolah untuk dipasarkan, hanya untuk contoh dan masih tahap penelitian, rasanya seperti pepaya, manis.

Deretan pohon surgawi itu tumbuh subur di polibag besar, sebagian ditanam di tanah. Sebagian lagi puluhan batang buah bidara yang baru-baru ini dipasarkan.

Don mengembangkan pohon buah tin dengan cara dicangkok pada ranting yang sedang berbuah. Menariknya, tin bukan buah musiman, tapi berproduksi terus bila dirawat dengan baik.

Ia mengembangkan pohon buah tin selain dicangkok juga stek, dan okulasi. Ia tidak mengembangkan dari biji karena menurut pengalamannya kurang bagus tumbuhnya.

"Buah belum dijual, tapi untuk contoh, hanya daun teh tin dipasarkan, dikemas dalam kertas khusus berat 25 gram per bungkus Rp 30 ribu, setelah melewati proses pengolahan dari petik daun, dikeringkan seharian penuh di terik mentari dan lalu dipanaskan di oven agar keringnya merata," ujarnya.

Pelanggannya banyak dari hampir semua kecamatan di Aceh Singkil, hingga luar daerah Pemko Subulussalam, Kabupaten Aceh Selatan, hingga ke Sibolga, Sumatera Utara.

"Promosi 100 persen menggunakan media sosial, yakni Facebook, Instagram dan WhatsApp, Alhamdulillah sangat membantu," tuturnya.

Perjalanan budi daya buah tin tidak selalu mudah. Ada kalanya Don mengalami kendala. Pernah wilayah pesisir Aceh Singkil dilanda banjir, pohon tin ada yang mati. Pohon ini tergolong tanaman yang hidup di tanah kering. Ada yang tidak sampai mati, pohon tin kadang terlihat layu stres.

Untuk antisipasi, Don membuat beberapa gundukan pasir. Sewaktu-waktu banjir, pohon di polibag dipindahkan ke gundukan pasir yang posisi tinggi.

"Terus diupayakan mendatangkan tanah kuning dari kecamatan tetangga, Gunung Meriah yang tergolong subur," ujarnya.

Don mendapatkan bibit buah tin dari Jawa Timur, dikembangkan sampai berhasil sekarang ini. Ia menjual bibit pohon tin, harga Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu per batang, di samping memasarkan daun teh tin.

Budi daya tanaman pohon tin milik Don satu-satunya di Aceh Singkil. Kawasannya menjadi tempat pembelajaran praktik pelajar SMP, dan penelitian.

Dalam kesempatan berikutnya, Don mengembangkan budi daya pohon bidara untuk menguatkan bisnis. Ia menjual daun bidara, pemasarannya mudah karena sudah viral.

Kini lahan sederhana itu akrab menjadi ladang bisnis untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang sungguh ia tak sangka menjadi usaha sampingan selain pekerja kantoran.

Lahan tertata rapi, dilengkapi spanduk bergambar buah tin dan keterangan khasiatnya. Pagar setinggi tiga meter ditutup waring untuk menghindari gangguan ternak ayam sekitar dan monyet liar.

Memulai usaha ini, Don menjalaninya pelan-pelan, tidak langsung dengan modal besar atau kredit. Ia menggunakan dana seadanya. Kini usahanya sudah dilengkapi surat izin usaha yang ia urus di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Pria yang sudah beristri dan beranak satu ini menyampaikan pesan pada para pemuda untuk terus berkreativitas, mencari peluang bisnis untuk meningkatkan kualitas ekonomi. 

"Jangan terlalu berharap pada pekerjaan kantoran terutama dalam status honor," katanya. []

Tulisan feature lain:

Berita terkait
0
Kejaksaan Agung dan Kementerian BUMN Bersihkan PT Garuda Indonesia
Hasil audit menyebutkan negara mengalami kerugian hingga Rp 8,8 triliun akibat pengadaan pesawat pada kurun waktu 2011-2021