HIV/AIDS di Aceh Tamiang Bukan Karena Seks Bebas

Informasi yang tidak akurat tentang cara penularan HIV/AIDS, seperti dikaitkan dengan seks bebas, membuat masyarakat berisiko tertular HIV/AIDS
Ilustrasi: Seorang gadis menandatangani papan di samping pita merah saat para mahasiswa memperingati Hari AIDS Sedunia (2010) di American University of Beirut, Lebanon (Foto: theguardian.com/Hussein Malla/AP).

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia terjadi sejak tahun 1987, tapi pemahaman banyak kalangan tentang cara-cara penularan dan pencegahan yang akurat sangat rendah sehingga meningkatkan risiko penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Seperti mengaitkan seks bebas dengan penularan HIV/AIDS merupakan informasi yang menyesatkan yang bisa meningkatkan risiko tertular HIV/AIDS.

Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 12 Agustus 2020, mulai tahun 1987 – 30 Juni 2020 sebanyak 522.304 yang terdiri atas 396.717 HIV dan 125.587 AIDS dengan 17.210 kematian. Kasus HIV/AIDS di Provinsi Aceh dilaporkan 1.414 yang terdiri atas 830 HIV dan 584 AIDS.

Yang perlu diingat adalah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Jumlah kasus yang dilaporkan (1.414) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut dan kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut.

1. Penularan HIV/AIDS Bukan Karena Sifat Hubungan Seksual

Penanggulangan HIV/AIDS di Aceh baru berjalan setelah tsunami (2004), sebelumnya hanya satu kasus yang dilaporkan dan kegiatan survailans juga tidak ada. Selain itu sarana dan prasarana tes HIV juga baru mulai disiapkan setelah tahun 2004.

Dalam berita “Seks Bebas Penyebab Warga Aceh Tamiang Terjangkit HIV”, Tagar, 4 November 2020, disebutkan oleh Pengelola Program HIV/AIDS, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Rona Hidayanti, bahwa kasus HIV yang terdeteksi di Kabupaten Aceh Tamiang, kebanyakan didominasi kaum perempuan disebabkan dari hubungan seks bebas. Tapi, kutipan ini bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya: "Umumnya kasus yang ditemukan rata-rata dikarena hubungan seksual yang tidak aman."

sifat dan hubungan seksualSifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS (Dok Syaiful W. Harahap)

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dengan kondisi suami atau laki-laki tidak memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual.

Sedangkan risiko tinggi tertular HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Risiko tertular HIV/AIDS bukan karena ‘seks bebas’ tapi karena seks yang tidak aman yaitu dilakukan tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan PSK. Bisa saja salah seorang dari pasangan yang berganti-ganti mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV jika hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dilakukan dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom.

2. AIDS Bukan Virus dan Bukan Pula Penyakit

Istilah seks bebas sendiri adalah ngawur karena tidak jelas artinya. Lagi pula penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas), tapi kondisi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan suami atau laki-laki tidak memakai kondom).

Baca juga: Muhadjir Effendy Rendahkan Martabat Bangsa Uni Eropa

Disebutkan: …. Beberapa kasus yang dia tangani, pasien mengaku sebelumnya pernah terjerumus ke pergaulan bebas, ketika mereka merantau ke luar Aceh. Ini mitos (anggapan yang salah) karena tidak ada kaitan langsung antara pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS.

Disebutkan oleh Rona: "Bahkan ada kasus yang disebabkan seks menyimpang, seperti penyuka sesama jenis, meskipun kasus tidak banyak dan hanya beberapa.”

Mengaitkan ‘seks menyimpang’ dengan penularan HIV/AIDS lagi-lagi mitos karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks menyimpang), tapi karena kondisi hubungan seksual.

Di bagian lain ada ini: Rona menjelaskan, umumnya orang yang terinfeksi HIV sulit untuk dideteksi, beda halnya dengan orang yang sudah terjangkit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

AIDS bukan virus atau penyakit sehingga tidak bisa ditularkan. AIDS adalah kondisi seseorang yang tertular HIV/AIDS antara 5-15 tahun kemudian jika tidak minum obat antriretroviral (ARV). Pengidap HIV/AIDS, disebut juga Odha (Orang dengan HIV/AIDS), tidak bisa dikenali dari fisiknya karena tidak ada tanda-tanda yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.

3. PSK Langsung dan PSK Tidak Langsung

Seseorang dengan berbagai keluhan kesehatan dan penyakit bisa terkait dengan HIV/AIDS jika yang bersangkutan pernah atau sering melakukan hubungan sekual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan PSK di daerah sendiri, di luar daerah dan di luar negeri.

PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan.

(2), PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, cewek online, PSK online, dll.

Banyak laki-laki dewasa yang tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual dengan PSK tidak langsung karena ada anggapan mereka bukan PSK. Selain itu lokalisasi pelacuran pun sekarang sudah pindah ke media sosial.

Baca juga: Lokalisasi Pelacuran dari Jalanan ke Media Sosial

Sebagai daerah dengan syariat Islam secara de jure di Aceh tidak ada pelacuran dengan PSK langsung, tapi secara de facto apakah ada jaminan tidak ada transaski seks yang melibatkan PSK tidak langsung?

Kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada ibu-ibu rumah tangga jadi indikasi suami mereka pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung di Aceh atau di luar Aceh.

Ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suami (horizontal) berisiko menularkan HIV ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). Sedangkan suami-suami yang mengidap HIV/AIDS jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Penularan HIV/AIDS berlangsung tanpa terkendali sehingga jadi ‘bom waktu’ yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’ di Aceh. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Jakarta dan Papua dengan Kasus Terbanyak HIV/AIDS
Laporan terbartu kasus HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan ada lima provinsi dengan jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak
Banten di Peringkat Ke-9 Kasus HIV/AIDS Nasional
Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia sudah tembus 500.000 dengan 10 provinsi terbanyak kasus, Banten di peringkat ke-9 dengan kasus 13.451
Sumatera Utara Peringkat 7 Kasus HIV/AIDS Nasional
Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Indonesia tembus 500.000 dengan 10 provinsi terbanyak kasus, Sumatera Utara di peringkat 7 kasusnya 24.044
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.