Jakarta dan Papua dengan Kasus Terbanyak HIV/AIDS

Laporan terbartu kasus HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan ada lima provinsi dengan jumlah kasus HIV dan AIDS terbanyak
Anak-anak berdiri di samping spanduk untuk memperingati Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2019 di Olongapo City, Provinsi Zambales, Filipina (Foto: scmp.com/AFP).

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Laporan terbaru tentang kasus HIV/AIDS di Indonesia dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P), Kemenkes RI, tanggal 12 Agustus 2020, menunjukkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia mulai tahun 1987 sd. 30 Juni 2020 sebanyak 524.371 yang terdiri atas 398.784 HIV dan 125.587 AIDS dengan 43.318 kematian.

Berdasarkan laporan Ditjen P2P Kemenkes ada lima provinsi dengan kasus HIV terbanyak, yaitu: DKI Jakarta 68.119, Jawa Timur 60.417, Jawa Barat 43.174, Papua 37.662, dan Jawa Tengah 36.262.

Persentase infeksi HIV tertinggi terdeteksi pada kelompok umur 25-49 tahun 70,7%, kelompok umur 20-24 tahun 15,7%, dan kelompok umur ≥ 50 tahun 7,0%. Sedangkan persentase HIV berdasarkan transmisi, yaitu: heteroseksual 31,2%; homoseksual 17,0%; dan penggunaan jarum suntik 4,4%. Persentase HIV berdasarkan faktor risiko yaitu heteroseksual 31,2%; homoseksual 17,0%; dan penggunaan jarum suntik 4,4%.

Sedangkan lima provinsi dengan kasus AIDS terbanyak adalah: Papua 23.629, Jawa Timur 21.016, Jawa Tengah 12.565, DKI Jakarta 10.672, dan Bali 8.548.

ilus 5 provinsi aids2Pendidik sebaya (peer educator), Arafat, berbicara dengan sekelompok anak sekolah sambil membagikan materi tentang HIV/AIDS di sebuah komunitas di Khartoum, Sudan, Afrika (Foto: news.un.org).

Sedangkan kasus AIDS terdeteksi pada elompok umur 20-29 tahun sebagai kelompok umur dengan persentase tertinggi 31,9%, 30-39 tahun 31,2%, 40-49 tahun 14,1%, 50-59 tahun 5,4%, dan 15-19 tahun 3,2%. Jumlah kasus AIDS terbanyak berdasarkan jenis pekerjaan adalah tenaga nonprofesional (karyawan) 20.043, Ibu rumah tangga 18.178, wiraswasta/usaha sendiri 16.376, petani/peternak/nelayan 6.204, dan buruh kasar 5.898. Faktor risiko penularan terbanyak pada kasus AIDS yang terdeteksi adalah melalui hubungan seksual berisiko heteroseksual 70,1%, jarum suntik 8,0%, homoseksual (7,8%), dan penularan melalui perinatal 2,9%.

Penemuan kasus HIV pada bayi di bawah usia 18 bulan pada periode Januari - Juni 2020 sebanyak 34. Jumlah ini diperoleh dari 479 bayi yang jalani tes HIV dengan PCR DNA (EID).

Terkait dengan jumlah kasus HIV-positif yang dilaporkan sebanyak 398.784 baru 73% dari target 90% estimasi Odha (Orang dengan HIV/AIDS) tahun 2020 sebesar 543.100. Itu artinya ada 144.316 warga yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi.

Warga yang mengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom.

Diperlukan langkah-langkah yang komprehensif dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Jika tidak dilakukan langkah yang konkret, maka penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi sebagai ‘bom waktu’ yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’ (Bahan-bahan: Laporan Ditjen P2P Kemenkes dan sumber-sumber lain). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Jakarta Peringkat Kedua Epidemi HIV/AIDS Nasional
Laporan Kemenkes RI, 29 Mei 2020, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Jakarta 77.761 menempatkan Jakarta peringkat kedua epidemi HIV/AIDS nasional
AIDS Justru Musuh Terbesar di Tanah Papua
Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) terus bertambah sehingga inilah yang justru jadi ‘musuh’ di Tanah Papua
Papua Peringkat Pertama Jumlah Kasus AIDS di Indonesia
Laporan kasus HIV/AIDS dari tahun 1987 sampai Juni 2019 menunjukkan jumlah kasus HIV terbanyak di DKI Jakarta dan kasus AIDS terbanyak di Papua