Efek Isu Pemakzulan, Ngabalin: Turunkan Imunitas Warga

Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin beranggapan, efek isu pemakzulan presiden bisa membuat imunitas warga Indonesia menurun.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dalam diskusi bertajuk Pantang Keok Hadapi Tingkok di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu, 12 Januari 2020.(Foto: Tagar/Rahmat Fathan)

Bekasi - Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin beranggapan, efek berembusnya diskursus mengenai pemakzulan presiden di tengah ruang publik saat pandemi Covid-19 ini dapat membuat imunitas tubuh masyarakat menurun. 

"Iya (efek isu pemakzulan presiden), kalau dia menyebarkan fitnah, kalau dia bikin gaduh itu kan menurunkan imunitas kita (warga negara Indonesia). Sementara pandemi ini kan bencana Nasional yang kita hadapi sama-sama," kata Ngabalin saat dihubungi Tagar melalui sambungan teleponKamis, 11 Juni 2020.

Pria kelahiran Fakfak itu merasa kecewa dengan pihak-pihak yang dengan sengaja melahirkan tema pemakzulan presiden, meskipun didiskusikan di perguruan tinggi. Sebab, momentum saat ini sebaiknya masyarakat dan pemerintah kompak bersatu menetralisir keadaan dari pagebluk.

Baca juga: Rencana Kudeta Jokowi, Irma NasDem: Memalukan!

"Soal isu pemakzulan presiden kalau itu untuk kepentingan mahasiswa di kampus, apa urusannya bikin judul kayak begitu, di tengah-tengah situasi kayak begini. Jadi tidak usah cari panggung begitu loh," ucapnya ketus.

Kendati demikian, Ngabalin menegaskan ruang kebebasan berpendapat masyarakat tetap dijamin oleh pemerintah. Kritik dan masukan selalu ditampung, asalkan tidak keluar dari koridor utama.

Iya (efek isu pemakzulan presiden), kalau dia menyebarkan fitnah, kalau dia bikin gaduh itu kan menurunkan imunitas kita (warga negara Indonesia).

"Kebebasan mimbar kampus itu justru menjadi agenda yang didorong oleh pemerintah, khususnya Presiden Jokowi. Tetapi kalau membuat judul seperti itu (pemakzulan) apa maksudnya. Siapa itu? Kalau dia dekan, (dia) dekan apa? Kalau dia profesor, profesor apa? Bilang sama dia," ujar Ngabalin.

Baca juga: Ditanya soal Haji, FPI Bahas Pemakzulan Presiden Jokowi

Dia tidak menepis dimungkinkan juga terdapat pihak-pihak yang memanfaatkan keadaan pandemi ini untuk menggoyang pemerintah.

"(Agenda setting terselubung) Iya jangan. Orang lagi menghadapi pandemik begini jangan bikin gaduh. Orang sementara konsentrasi dengan pandemi," ucapnya.

Maka dari itu dia berharap betul masyarakat dapat bergotong royong dengan pemerintah, agar persoalan pagebluk virus corona ini segera mereda, tidak terjadi berkepanjangan.

"Jadi kalau ada niat baik membantu pemerintah, maka harus bareng-bareng dorong. Ini bukan hanya urusan pemerintah (Covid-19), tetapi kita kan mesti harus sama-sama supaya kepentingan bangsa dan negara ini lebih didahulukan, lebih diprioritaskan," kata Ali Mochtar Ngabalin. []

Berita terkait
Mengkritisi Din Syamsuddin soal Pemakzulan Presiden
Din Syamsuddin mengutip pandangan pemikir Islam, bernama Al-Mawardi, bahwa ada tiga hal yang menyebabkan kepala negara bisa dimakzulkan.
Muannas: Pemakzulan Jokowi Hasutan Barisan Sakit Hati
Ketua Umum Cyber Indonesia/ Politisi PSI Muannas Alaidid menganggap wacana pemakzulan terhadap Presiden Jokowi adalah hasutan barisan sakit hati.
Boni Hargens Klaim Kantongi Pengacau Kudeta Jokowi
Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengklaim mengantongi nama tokoh oposisi yang hendak mengkudeta Presiden Jokowi.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.