Denny Siregar Sepemikiran Nadiem Makarim

Pegiat media sosial Denny Siregar sepemikiran dengan Mendikbud Nadiem Makarim bahwa dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal.
Nadiem Makarim. (Foto: Antara/Fakhri Hermansyah)

Jakarta - Pegiat media sosial Denny Siregar sepemikiran dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal. Denny ingat masa kecilnya yang menyebalkan karena ia harus menghafal sejarah. Pelajaran yang sangat dibencinya.

Ia menuliskan itu dalam catatan berjudul Negeri Para Kadrun di laman Facebook, Jumat, 13 Desember 2019.

"Ternyata saya senang sekali dengan sejarah. Saya belajar agama dengan membaca sejarah. Belajar kehidupan dengan mengetahui sejarah. Belajar apa pun selalu ada nilai sejarah.

Terus, kenapa dulu saya benci sekali pelajaran sejarah di SD, SMP sampai SMA?

Karena saya dipaksa menghafal. Saya harus hafal tanggal lahir seorang pahlawan yang saya juga enggak kenal dia siapa. Kenal aja enggak, apalagi tanggal lahirnya. Belum tanggal kapan beliau perang melawan Belanda sampai tanggal gugurnya.

Otak dijejali angka, tanggal-tanggal enggak berguna. Sampai nilai dari sejarahnya itu sendiri hilang enggak berbekas.

Padahal seandainya si guru pandai bercerita, tentu sejarah itu akan membekas. Dan kita belajar dari sejarah supaya kehidupan lebih baik ke depannya. Sejarah itu punya nilai pelajaran yang tinggi, mulai dari kehormatan, komitmen sampai kelicikan, kekuasaan dan ketamakan ada di sana.

Tapi bagi guru dulu, yang penting adalah 'Tanggal berapa Wiro Sableng bertemu Sito Gendeng?' Who cares!

Entah gurunya yang malas sehingga dia sendiri tidak paham nilai sejarah, atau memang kurikulumnya begitu? Semua harus ada angka, karena angka penting untuk penilaian.

Saya selalu iri dengan anak-anak di negara maju, yang kalau diwawancarai stasiun televisi mereka bisa lancar bercerita bahkan kadang bahasanya seperti orang dewasa.

Coba anak kita diwawancarai, pasti gagap, bingung, takut dan malu-malu. Jangankan bercerita, tampil saja mikir-mikir dulu. Kecuali anaknya artis yang suka pamer rumah sama saldo ATM di Bank. Sejak kecil memang sudah dijual ortunya untuk penghasilan, dipaksa untuk tampil di depan.

Dan ketika Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan sekaligus bos perusahaan besar GoJek, bilang bahwa "Maaf, dunia tidak perlu anak-anak yang pandai menghafal," langsung pada kebakaran jenggot. Saya setuju sekali.

Sampai sekarang saya tidak ingat kapan tanggal Indonesia perang dengan Singapura, tapi saya paham ceritanya, tentang 2 orang marinir yang gugur bernama Usma dan Harun di Singapura.

Otak dijejali angka, tanggal-tanggal enggak berguna. Sampai nilai dari sejarahnya itu sendiri hilang enggak berbekas.

Sekolah BelandaSiswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di SDN Pisangsambo I, Desa Pisangsambo, Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu, 30 Oktober 2019. (Foto: Antara/M Ibnu Chazar)

Konsep pendidikan kita harus benar-benar diubah. Kalau tidak, kita punya banyak penghafal tapi enggak terpakai di dunia kerja. Kalaupun kerja, cuma jadi robot di perusahaan besar saja.

Saya sendiri sudah lama paham, kenapa banyak orang Islam belajar agama jadi 'kadrun'? Karena mereka dipaksa belajar dengan menghafal ayat-ayat saja. Dan kalau hafal, dapat penghargaan sampai gratis masuk sekolah.

Tanyakan pada mereka makna dan konteks ayat-ayat itu, pasti bengong. Soalnya di otak mereka cuma hafalan surat sekian ayat sekian. Itulah kenapa masih banyak orang yang sibuk belajar memanah dan berkuda karena sunnah katanya, tanpa memahami bahwa perintah itu ada di zaman apa dan kenapa.

Jangan sampai nanti anak saya kelak ditanya gurunya, "Jokowi lahir tanggal berapa?" sampai tidak pernah mampu bercerita gambaran besar visinya untuk Indonesia.

So, Nadiem Makarim, tolong ubah konsep-konsep jadul itu, dan tawarkan konsep generasi digital yang out of the box. Karena tidak akan pernah ada perubahan, kalau kita selalu pakai cara yang sama."

Pernyataan Nadiem Makarim

Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim di gedung DPR, Kamis, 12 Desember 2019, rapat kerja bersama Komisi X DPR. Rapat kerja tersebut membahas sistem zonasi dan Ujian Nasional (UN) tahun 2020, serta persiapan pelaksanaan anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020.

Dalam kesempatan tersebut Nadiem juga menjelaskan gagasan Merdeka Belajar. Ia mengatakan konsepnya itu mengambil esensi dari pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Ia berharap konsep tersebut bisa membebaskan instansi pendidikan agar bisa berubah serta diharapkan bisa menjadi solusi agar anak-anak bisa berkreasi dan berinovasi.

"Ini yang Indonesia butuhkan di masa depan. Mohon maaf, dunia tidak membutuhkan anak-anak yang jago menghafal," ujar Nadiem.

Konsep Merdeka Belajar sedang digodok dan digarap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nadiem meminta semua pihak bersabar menunggu beberapa bulan ke depan untuk dimatangkan. 

Nadiem menyayangkan kritik-kritik yang disampaikan beberapa pihak bahwa dirinya coba-coba dalam mengubah sistem pendidikan.

"Jadi setiap kali, saya sedih mendengar reaksi bahwa percobaan itu bukan suatu hal bisa dilakukan di dunia pendidikan. Saya selalu mendengar itu, sering sekali," tutur Nadiem.

Padahal, kata Nadiem, satu-satunya cara untuk berinovasi adalah melakukan berbagai macam percobaan. 

"Saya harus bicara seperti ini sejujurnya. Inilah yang seharusnya terjadi, para guru harus diberikan kebebasan untuk mencoba hal-hal baru, dan tanpa itu kita enggak akan maju sebagai negara. Itu namanya inovasi," tuturnya. []

Baca opini:

Baca cerita:

Berita terkait
Dian Sastro Puji Pidato Hari Pendidikan Nadiem
Aktris cantik Dian Sastrowardoyo memberikan pujian kepada pidato Hari Pendidikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional Pada 2021
Mendikbud Nadiem Makarim mengumumkan program pengganti Ujian Nasional (UN) akan diberlakukan mulai 2021.
Jokowi Dukung Langkah Nadiem Makarim Hapus UN
Presiden Jokowi mendukung rencana Mendikbud Nadiem Makarim untuk menghapus Ujian Nasional (UN).