Denny Siregar: Jokowi Tergoda Dinasti Politik?

Kekuasaan itu menggoda, bahkan seorang Jokowi bisa berbuat apa saja untuk melanggengkan kekuasaan, begitu kata seseorang. Denny Siregar.
Gibran Rakabuming. (Foto: Dok Pribadi)

Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan dinasti politik? Dinasti politik adalah kekuasaan yang dipegang secara turun-temurun yang dilakukan dalam kelompok keluarga yang ada ikatan hubungan darah dengan tujuan mempertahankan kekuasaan.

Dinasti politik ini mirip dengan konsep monarki atau kerajaan di mana kekuasaan dipertahankan lewat anggota-anggota keluarga di pemerintahan.

Banyak contoh dinasti politik di dunia ini. Di Amerika ada keluarga yang sejak turun-temurun menguasai Partai Demokrat di sana. Ketika JFK atau John Fitzgerald Kennedy menjadi Presiden Amerika tahun 1960, dia mengajak adiknya Bobby Kennedy dan Ted Kennedy untuk menempati jabatan-jabatan penting di pemerintahan federal.

Ada juga keluarga Bush yang disebut sebagai dinasti politik tersukses di Amerika. Keluarga Bush dengan pengaruh kuatnya menjadikan 2 orang anggota keluarga yaitu Bush Senior dan Bush Junior menjadi Presiden Amerika, dan anggota keluarga lainnya menjadi Gbernur Florida, Gubernur Texas dan beberapa senator.

Di Indonesia kita mengenal dinasti politik yang diwariskan misalnya keluarga Cendana yang pada waktu Soeharto berkuasa ingin mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Juga keluarga SBY dan Megawati yang mewariskan kepemimpinan partai kepada anak-anak mereka.

Di daerah misalnya di Banten ada keluarga Atut yang mulai dari istri, suami, adik, sampai anaknya menduduki kursi pemerintahan mulai dari eksekutif sampai legislatif.

Itulah contoh-contoh dinasti politik.

Terpilihnya Gibran Rakabuming anak Jokowi sebagai calon wali kota Solo dari PDI Perjuangan memunculkan isu bahwa Jokowi pun tergoda untuk memunculkan dinasti politik dalam keluarganya.

"Kekuasaan itu menggoda, bahkan seorang Jokowi bisa berbuat apa saja untuk melanggengkan kekuasaan," begitu kata seseorang.

Pertanyaannya, benarkah Jokowi sedang mempersiapkan keluarganya dalam rangka mempertahankan kekuasaan dia? Untuk melihat benar atau tidaknya kita harus melihat dulu sejarah keluarga Jokowi yang dulu berasal dari keluarga miskin itu.

Bagi Gibran, memimpin Solo itu berat, sebab di sana ada jejak kesuksesan bapaknya.

Baca juga: Profil Gibran Rakabuming Raka dan Enam Bisnisnya

Infografis: Gibran Menuju Kursi Wali Kota SoloTimeline perjalanan Gibran Rakabuming Raka di dunia politik. (Infografis: Tagar/Regita Setiawan P)

Jokowi sendiri dan beberapa saudaranya, sebelum ini sukses berusaha di bidang furniture. Mereka kaya dari ekspor furniture ke banyak negara. Dan sebagaimana orang yang sukses di satu bidang, ia ingin anak-anaknya meneruskan usaha yang sudah ia rintis dari bawah, tapi anak-anaknya menolak.

Mereka ingin berusaha sendiri dan tidak ingin ada di bawah bayang-bayang bapaknya. Gibran sebagai anak tertua lebih asyik bisnis di bidang kuliner. Dia mendirikan bisnis martabak bernama markobar juga bisnis katering bernama Chili Pari dan beberapa bisnis lainnya termasuk bisnis jas hujan. Tidak ada sedikit pun Gibran tertarik untuk meneruskan bisnis ayahnya di bidang furniture.

Sedangkan Kaesang juga begitu asyik dengan bisnis Sang Pisang, bisnis lele, bisnis kopi, sampai bisnis aplikasi kuliner bernama Madhang. Dia juga tidak tertarik bisnis furniture karena memang bukan passion-nya.

Jokowi sendiri pernah mengungkapkan keresahannya karena tidak ada anaknya yang minat meneruskan bisnis furniturenya yang dikabarkan sudah beromzet miliaran rupiah itu. Tetapi sebagai bapak, dia tidak ingin mengekang anak-anaknya. Bahkan dia kaget ketika akhirnya tahu bisnis Gibran dan Kaesang sudah jauh melampaui bisnis furniturenya.

Jadi, keinginan Jokowi untuk membentuk dinasti bisnis furniture, gagal total. Anak-anaknya enggak ada yang tertarik untuk mewarisi apa pun dari bapaknya. Mereka sudah kaya dengan apa yang mereka miliki sendiri.

Di politik pun sebenarnya begitu. Jokowi tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk masuk ke dunia politik, apalagi dengan membikin partai yang akan diwarisi keluarganya, meski dia mampu untuk itu. Tetapi ketika warga Solo meminta Gibran untuk maju sebagai wali kota, Jokowi juga tidak bisa menolak karena itu keinginan anaknya sendiri.

Kalau Jokowi mau membangun dinasti politik, pada waktu dia menjadi Wali Kota Solo tentu dia sudah menyiapkan anak-anaknya untuk ada di satu partai politik. Tetapi tidak. Mereka bebas menentukan pilihannya sendiri dan anaknya memilih bisnis yang jauh dari panggung politik.

Jangan coblos Gibran nanti di sana saat Pilkada, karena itu jalan satu-satunya untuk membuktikan kemarahan Anda.

Baca juga: Haruskah Tak Kagum Jokowi Lagi Karena Gibran dan Bobby

Gibran RakabumingGibran Rakabuming menemui orang-orang yang terdampak pandemi Covid-19 termasuk para wanita lanjut usia di kampung di Solo, Jawa Tengah, Selasa, 12 Mei 2020. (Foto: PDI Perjuangan)

Kenapa Gibran mau menjadi calon wali kota Solo sekarang ini? Waktu main ke Solo, saya bertanya kepada seorang warga Solo, kenapa mereka memilih Gibran sebagai calon wali kota mereka? Rupanya karena warga Solo sepeninggal Jokowi merasakan penurunan dalam kepemimpinan Solo. Dan ketika wakil wali kota solo mau dicalonkan sebagai wali kota, mereka menolak, karena dia sudah terlalu tua untuk memimpin Solo. Usianya sudah 70 tahun.

Warga Solo ingin seorang yang muda bisa memimpin Solo, tapi keyakinan mereka sulit, karena di Solo siapa pun yang dicalonkan PDI Perjuangan pasti menang. Dan pada waktu itu PDIP sepertinya akan mencalonkan wakil wali kota Solo, warga Solo pun berjuang meminta Gibran untuk menjadi calon mereka, karena bagi warga Solo hanya Gibran lah yang bisa membatalkan keputusan PDI Perjuangan Solo. Dan karena diminta terus-terusan, Gibran pun akhirnya menyerah, dan menyerahkan bisnisnya kepada Kaesang seandainya dia terpilih nanti menjadi wali kota Solo.

Begitulah sejarahnya kenapa Gibran akhirnya menjadi calon wali kota Solo. Karena yang mengerti Solo hanya warga Solo. Bukan warga Surabaya, bukan pula warga Jakarta yang sudah puas dengan pemimpin yang katanya Jawa ternyata asalnya Arab, dan juga bukan dari kota lainnya.

Menurut pribadi saya, ini bukan model politik dinasti, karena kalau begitu mending Jokowi siapkan Gibran atau Kaesang menjadi menteri seperti dilakukan Soeharto pada salah satu anaknya.

Gibran menjadi calon wali kota Solo dari PDI Perjuangan karena desakan warga Solo yang rindu kepemimpinan model Jokowi di Solo, dan mereka harapkan terulang ketika Gibran nanti menang.

Kalau memang Anda warga Solo dan benci pada Jokowi karena dia membangun politik dinasti, ya enggak usah marah-marah. Yang penting jangan coblos Gibran nanti di sana saat Pilkada, karena itu jalan satu-satunya untuk membuktikan kemarahan Anda.

Tapi seandainya Gibran menang, terimalah dia sebagai wali kota baru dan desak dia untuk melakukan perubahan besar-besaran di sana. Karena bagi Gibran, memimpin Solo itu berat, sebab di sana ada jejak kesuksesan bapaknya. Kalau dia gagal, dia pasti malu dan mungkin diam-diam makan markobarnya langsung lima sekalian untuk menutupi rasa depresinya.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga: Pidato Lengkap Cawalkot Surakarta Gibran Rakabuming Raka

Berita terkait
Profil Achmad Purnomo, Rekom PDIP Ditikung Gibran
Sosok Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri dianggap melemah menyusul majunya putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Kota Solo,
Dukung Gibran, Megawati Kalah Kuat dengan Jokowi di PDIP
Sosok Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri dianggap melemah menyusul majunya putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Kota Solo.
Gibran Bisa Kalah Jika Blunder Seperti Ahok
Wasisto mengatakan Gibran Rakabuming Raka akan mengalami kekalahan jika mengikuti jejak Ahok pada Pilgub DKI Jakarta 2017.