Biar Saya Tanggung Corona, Lainnya Jangan Tertular

Pasien corona yang dinyatakan sembuh berbagi cerita selama menjalani perawatan di RSUD Wongsonegoro Semarang.
Empat pasien corona yang sembuh bersama Direktur RSUD Wongsonegoro Semarang, Selasa, 31 Maret 2020. (Foto: Tagar/Yulianto)

Semarang - Semangat untuk sembuh dan dukungan dari orang-orang dekat menjadi kunci kesuksesan Lastri melewati face cobaan hidup bernama virus corona. Pasien positif corona asal Kabupaten Semarang itu dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan intens di ruang isolasi. 

Keberanian dan keteguhan hati Lastri juga membuat potensi penyebaran virus di dalam tubuhnya tidak meluas ke orang lain. Ia berprinsip, jika harus terpapar corona, biarlah dirinya yang kena, orang lain tak boleh tertular.   

"Izin menginfokan 4 pasien positif Covid-19 Kota Semarang dinyatakan sembuh dengan hasil tes swab negatif, akan diumumkan di RSUD KRMT Wongsonegoro jam 10.00 WIB."

Pesan itu masuk di salah satu grup WhatsApp jurnalis di Kota Semarang pada Senin malam, 30 Maret 2020. Respon positif langsung disampaikan anggota grup di chat para pemburu berita. "Alhamdulillah, sembuh semakin banyak," ucap Anton Sudibyo. 

Selasa pagi, 31 Maret 2020, sesuai info yang diterima, Tagar meluncur ke RSUD Wongsonegoro. Prosedur standar pencegahan penyebaran virus corona telah diterapkan di rumah sakit yang berlokasi di kawasan Ketileng, Kecamatan Tembalang. Dan petugas keamanan menunjukkan ruang pertemuan, lokasi jumpa pers pengumuman pasien positif corona sembuh. 

Tak menunggu waktu lama, sekitar pukul 10.00 WIB sesuai info yang diterima, acara pengumuman sudah menunjukkan tanda-tanda dimulai. Empat pasien yang dijanjikan sudah terlihat masuk ke ruangan didampingi Direktur RSUD Wongsonegoro Susi Herawati. 

Mereka langsung mengambil tempat duduk di belakang tiga meja yang rangkai satu sehingga jadi satu meja memanjang. Tiga pasien perempuan dan satu pasien laki-laki, semuanya mengenakan masker. Pun demikian dengan dokter Susi, sapaan akrab Susi Herawati. 

Maka dimulailah sesi jumpa pers itu. Dimulai dengan pengenalan dari masing-masing pasien, yakni Muhyin, asal Kabupaten Rembang;, Lisa, warga Kota Smg; Lastri penduduk Kabupaten Semarang, dan Sutan Nutbaiti pasien ber-KTP Kabupaten Kendal

Beruntung, kami dibolehkan membawa handphone untuk menghubungi keluarga jika ada hal yang dirasa penting.

Sorot mata kegembiraan tergambar jelas dari keempatnya. Masker yang menutup sebagian wajah tak bisa menghalangi gambaran suka cita itu. Mereka layak mendapat kebahagiaan. Hal ini bukan tanpa sebab, mengingat selama dua pekan terakhir mereka telah berjuang melewati uji ketangguhan virus corona.  

Satu per satu pasien menceritakan awal mula mereka terpapar hingga akhirnya terdampar di ruang isolasi RSUD Wongsonegoro. Satu cerita yang bisa dijadikan benang merah cerita perjuangan keempatnya adalah tantangan untuk menyakinkan kepada diri sendiri agar bisa kembali sehat dan sembuh seperti sediakala. 

"Bisa segera pulang ke rumah dan berkumpul kembali bersama keluarga tercinta adalah hal yang paling kami inginkan selama menjalani perawatan di ruang isolasi," ucap Lastri.

Selama dua pekan di ruang isolasi rumah sakit pelat merah tersebut para pasien positif corona maupun yang baru berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) memang dibatasi ruang geraknya. Perlakuannya pun khusus. Tidak boleh berkontak langsung dengan orang lain yang tidak mengenakan baju ala astronot.  

Bukan untuk memenjarakan seperti pesakitan pidana, tapi semata mencegah potensi penyebaran virus. Apalagi kondisi mereka tengah sakit sehingga wajib lebih banyak menghabiskan waktu dengan beristirahat. 

Kata Lastri, selama menjalani perawatan, cek swab telah menjadi menu tambahan yang harus dilalui setiap pasien saban hari. Seraya menunggu hasil uji sampel lendir yang baru bisa diketahui beberapa hari setelahnya, mereka melakukan aktifitas lain guna mengusir rasa jenuh. 

Dan satu benda yang bisa dianggap menjadi kawan sejati para pasien di ruang isolasi adalah handphone. Dengan telepon genggamnya itu, Lastri tetap menjalin komunikasi dengan suami dan anak-anaknya. Sebab sementara waktu mereka memang tidak boleh bertemu langsung guna menghindari penularan. 

"Beruntung, kami dibolehkan membawa handphone untuk menghubungi keluarga jika ada hal yang dirasa penting," kata Lastri. 

Sementara untuk kebutuhan pribadi pasien, seperti peralatan mandi, pakaian dan lainnya, cuma bisa diantar suami Lastri sampai ke petugas rumah sakit saja. Kemudian barang-barang itu hanya boleh diberikan oleh perawat khusus pasien Covid-19, dengan alat pelindung diri (APD) yang membungkus tubuhnya. 

Lastri pun mengapresiasi pengawasan selama 24 jam non stop oleh tim dokter, tenaga medis dan perawat rumah sakit. Pernah Lastri menggoda salah satu perawat yang intens mengecek kesehatan dan berkomunikasi dengannya. 

"Apakah tidak panas menggunakan APD (alat pelindung diri) selama bertugas," tanyanya. 

Lantas perawat itu menimpali bahwa mengenakan APD selama satu jam saja ia sudah kepanasan. Meski begitu perawat harus tetap menjalankannya demi keselamatan bersama. Karena itulah Lastri sangat menghargai kerja keras tim medis dalam menjalankan tugasnya. 

"Terima kasih untuk petugas medis yang telah berjuang untuk kami. Sabar untuk merawat kami dengan risiko besar tertular. Kami tak bisa membalas kebaikan itu, terima kasih dan doa kami untuk kesehatan para petugas medis," ucap Lastri terbata.  

Motivasi Ganjar Pranowo

pasien sembuh2Para pasien sembuh dari virus corona bersiap pulang dari RSUD Wongsonegoro Semarang. (Foto: Tagar/Yulianto)

Sesaat terhenti untuk menghela nafas panjang, ibu tiga anak itu melanjutkan cerita awal mula hingga berada di ruang isolasi RSUD Wongsonegoro. Semuanya bermula dari perjalanan ke Pulau Bali untuk menghadiri rapat selama tiga hari. 

Lastri berangkat ke Pulau Dewata sekitar awal Maret 2020. Sebelum terbang ke Bali, memang sudah ada pemberitaan mengenai penyebaran virus corona. Hanya saja, pikir dia, belum mewabah seperti sekarang.

Sepulang dari Bali, selang tiga hari, Lastri merasakan tidak enak badan. Sedikit demam dan tubuhnya terasa lemas. “Saya lalu, periksa ke rumah sakit Ken Saras dan sempat dimasukkan ke ruang diisolasi selama tiga jam. Setelah menyebutkan habis pulang dari Bali, saya langsung dirujuk ke RSUD Wongsonegoro Semarang ini,” papar dia.

Tiba di rumah sakit yang juga dikenal dengan sebutan RS Ketileng ini, Lastri langsung diambil sampel darah dan cek swab. Ia dinyatakan sebagai PDP Covid-19. Berdebar dan ragam emosional berkecamuk dalam hati. Tapi ia tetap berupaya tenang sembari menunggu hasil uji laboratorium.  

Biar saya yang menanggungnya kalau memang saya terkena virus ini. Jangan sampai orang sekitar saya ikut terkena dan terjangkit.

Pada hari kelima dirawat di ruang isolasi, hasil cek swab Lastri negatif. Untuk memastikan positif atau negatif corona, tim dokter kembali mengambil sampel lendir tenggoroknya. 

“Namun saat cek swab yang kedua, lima hari setelahnya, atau hari yang ke 10 saat menjalani perawatan saya dinyatakan positif corona . Hasil positif itu, saya diberitahu suami melalui telepon setelah sebelumnya suami diberitahu oleh dokter," kata dia.

Mentalnya langsung jatuh demi mendengar kabar dari suami itu. “Saya sempat stres, panik dan sampai menangis," ucap dengan nada bergetar. 

Satu hal yang membuat Lastri berkesan adalah pilihan tim medis rumah sakit yang menyerahkan pemberitahuan hasil uji laboratorium kepada suaminya. Sebab lewat cara itu, ia mendapat suntikan semangat untuk melalui penderitaan corona.  

Hingga akhirnya perempuan berkacamata tersebut bisa menerima hasil positif swab lendir. Saat itu hari-hari yang dilalui Lastri di ruang isolasi terasa panjang. Apalagi jika malam hari tiba. Lastri hanya bisa bermunajat, memanjatkan untaian doa untuk bisa berdamai dengan kesedihan yang membekap.  

“Biar saya yang menanggungnya kalau memang saya terkena virus ini. Jangan sampai orang sekitar saya ikut terkena dan terjangkit," tutur dia memompa semangatnya kala itu. 

Di masa sulit seperti itu lah, Lastri meyakinkan bahwa dukungan dari orang sekitar menjadi imunitas tersendiri bagi tubuhnya untuk melawan virus corona. 

"Mulai dari situ, saya bangkitkan semangat dari dalam diri saya agar kuat dan sembuh. Untuk menjalani perawatan dari pihak rumah sakit sampai selesai. Dan menjalani hari-hari setiap hari dengan bersemangat,” ucap dia. 

Sesekali Lastri mendengarkan siaran radio untuk mengusir kejenuhan dan rasa sepi. Entah kenapa ia jarang melihat tayangan televisi meski ada fasilitas itu di ruang perawatannya. Yang pasti, dengan siaran radio ia bisa mendengarkan musik untuk menghibur diri. Termasuk siaran siraman rohani dari salah satu stasiun radio. 

"Siraman rohani di saat seperti saat itu sangat penting bagi kami untuk menguatkan mental. Sekaligus menjadi sarana untuk memanjatkan doa supaya lekas sembuh," ucap dia. 

Pernah suatu hari, Lastri menemukan postingan video Gubernur Jawa Tengah Ganjar Panowo yang tengah video call dengan pasien sembuh asal Solo. Tayangan itu semakin menguatkan dirinya untuk ikut sembuh juga. 

Dan satu hari setelahnya, Lastri mendapatkan kabar gembira dari pihak rumah sakit bahwa hasil cek swab lendirnya negatif. Ia pun dinyatakan sembuh dan diperbolehkan untuk pulang. []

Baca cerita lainnya: 

Berita terkait
4 Pasien Positif Corona di Semarang Sembuh
Prestasi ditorehkan Kota Semarang dengan sembuhnya 4 pasien positif virus corona yang dirawat di RSUD Wongsonegoro.
Alhamdulillah, Pasien Positif Corona Rembang Sembuh
Tolong disebarkan ke warga Rembang, bahwa pasien positif virus corona asal Pamotan telah dinyatakan dokter sembuh
Pasien Covid-19 Sembuh di Jatim dan Bali Bertambah
Provinsi Jawa Timur mencatat sudah 22 orang dinyatakan sembuh, sementara di Bali sudah 10 pasien sembuh dari Covid-19.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.