Bayi Orangutan Lahir di Pusat Reintroduksi Jantho, Aceh

Merupakan bayi orangutan ketiga yang lahir di Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh sejak Program Reintroduksi Orangutan dimulai pada tahun 2011.
Bayi orang hutan kembali lahir di Pusat Reintroduksi Orangutan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho, Aceh Besar, Aceh. (Foto: Tagar/Dok BKSDA Aceh)

Banda Aceh - Tim Post Release Monitoring (PRM) di Pusat Reintroduksi Orangutan Cagar Alam Hutan Pinus Jantho menemukan satu induk orangutan bersama dengan bayinya yang diperkirakan berusia 3-5 bulan.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto mengatakan, bayi orangutan berjenis kelamin jantan itu ditemukan pada akhir Agustus 2020 lalu. Ini merupakan bayi orangutan ketiga yang lahir di Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh sejak Program Reintroduksi Orangutan dimulai pada tahun 2011.

"Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho, merupakan salah satu program di bawah Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) yang dikelola oleh BKSDA Aceh bersama dengan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL)," kata Agus dalam keterangannya, Selasa, 29 September 2020.

Ia menjelaskan, dalam masa pandemi C-19 aktivitas pengambilan data orangutan di Jantho dengan metode dari sarang ke sarang sudah dihentikan sementara. Hal ini untuk meminimalisir resiko penyebaran C-19 ke orang utan dan satwa lainnya.

Namun, ujar Agus, aktivitas pemantauan tetap dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan, antara lain penggunaan masker dan menjaga jarak termasuk aktivitas monitoring rutin orangutan di jalur pengamatan (trail system).

Dalam monitoring tersebut, tim menemukan induk orangutan. "Salah satu hasilnya adalah terpantaunya bayi orangutan baru tersebut bersama dengan induknya," ucap Agus.

Dia menuturkan, keadaan induk dan bayi dalam kondisi yang sehat, dengan perilaku layaknya orangutan liar. Menurutnya, kondisi bayi masih digendong oleh induknya dan menyusui dan belum terpantau mengkonsumsi buah atau daun.       

Ia menambahkan, kelahiran bayi ketiga ini merupakan pertanda bahwa populasi orangutan berjalan dengan baik. Namun semua pihak harus tetap waspada terhadap adanya ancaman perburuan orangutan dan satwa yang dilindungi lainnya.

Orangutan Edelweiss juga masih terpantau untuk beberapa hari berikutnya.

Disebutkan Agus, orangutan adalah jenis satwa liar yang sangat terancam punah dan dilindungi. Sesuai pasal 21 ayat (2) huruf (a) dan pasal 40 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, setiap orang dilarang menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.

"Sanksi pidananya adalah penjara maksimal 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp. 100.000.000," ujar Agus.

Direktur Konservasi YEL, M. Yakob Ishadamy menambahkan, kelahiran bayi tersebut merupakan berita yang sangat menggembirakan, khususnya di tengah masa pandemi yang sedang kita hadapi bersama saat ini.

Menurut Yakob, pertemuan ini merupakan pertemuan ketiga orangutan dengan bayi, yang berasal dari orangutan yang dilepasliarkan di Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho setelah bayi yang dilahirkan oleh Orangutan Marconi (induk) dan Masen (bayi jantan), serta Orangutan Mongki (induk) dan Mameh (bayi betina), yang kedua bayi tersebut lahir pada tahun 2017.

"Walau kami menyadari bahwa masih banyak tugas-tugas yang harus dilakukan dalam rangka membangun populasi baru orangutan yang mandiri dan lestari, tapi sejauh ini kami cukup puas dengan capaian-capaian yang ada, yang mana hal tersebut tidak akan tercapai atas kerjasama yang baik dari semua pihak," kata dia. 

Head Ex-Situ, Citrakasih Nente, menjelaskan, tujuan program pelepasliaran orangutan di Cagar Alam Jantho adalah untuk membangun populasi liar yang baru bagi orangutan Sumatera sebagai “jaring keamanan” atau “backup”.

Kata Nente, jika sesuatu yang buruk terjadi pada sisa populasi liar aslinya di dalam dan di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser. Hal tersebut semakin penting saat ini, khususnya di tengah adanya wabah C-19 yang menginfeksi manusia.

"Dan kita belum mengetahui sejauh mana  ancaman virus tersebut terhadap orangutan dan populasinya," ujar Nente.

Kata Nente, sampai saat ini, lebih dari 120 individu orangutan telah berhasil dilepasliarkan di Cagar Alam Jantho. Ia meminta semua pihak dapat memastikan populasi baru yang sedang dibangun ini akan bertahan dalam jangka panjang dan jumlahnya harus terus bertambah banyak.

"Dengan demikian semua orangutan yang lahir di Jantho akan sangat berarti secara signifikan dan menjadi harapan baru terhadap masa depan spesiesnya di Jantho dan semua orang utan Sumatera yang masih tersisa," ujar Nente.

Sementara, Manager Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho, Mukhlisin menuturkan, berdasarkan hasil  pengamatan yang dilakukan induk bayi tersebut adalah orangutan yang bernama ‘Edelweiss’. 

Baca juga:

Kata dia, orangutan Edelweiss merupakan salah satu orangutan pertama yang dilepas di Pusat Reintroduksi Orangutan Jantho pada tahun 2011, dan setelah itu dia langsung menjauh dari kandang dan masuk ke dalam hutan.

Mukhlisin menyebutkan, pada 11 Februari 2020 satu individu orangutan betina yang diduga kuat orangutan Edelweiss sempat terpantau di sekitar Kandang Habituasi di Pusat Reintroduksi. Pemantauan terhadap kondisi orangutan Edelweiss pada saat itu menunjukan ciri-ciri orang utan hamil dengan perut membesar dan alat kelamin bengkak.

"Orangutan Edelweiss juga masih terpantau untuk beberapa hari berikutnya, tepatnya di area release sebelum akhirnya kembali lagi ke hutan dan menghilang," kata Mukhlisin. []

Berita terkait
Seorang Pencuri Hp di Banda Aceh Dibekuk Polisi
Seorang pria di Banda Aceh ditangkap polisi karena terbukti mencuri handphone.
67 Tenaga Medis di Aceh Terpapar Virus Corona
Berdasarkan hasil penelusuran tujuh dokter sebelumnya dan direktur rumah sakit langsa juga ikut terpapar virus corona.
DPR Aceh Bakal Bahas Nasib Plt Gubernur dalam Banmus
DPRA Aceh mulai menentukan nasib Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah di rapat Badan Musyawarah (Banmus) DPRA.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.