Magelang - Ratusan warga Dusun Semen, Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang masih bertahan di sejumlah titik tempat pengungsian desa setempat, Minggu, 1 Maret 2020. Mereka merupakan korban musibah banjir bandang, air bercampur lumpur, sehari sebelumnya.
"Banjir bandang terjadi pada Sabtu, 29 Februari 2020 sekitar pukul 16.00 WIB, penyebabnya karena hujan lebat," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edi Susanto, Minggu, 1 Maret 2020.
Kalau siang pulang lihat kondisi rumah, kalau malam ke sini.
Edi menyebutkan sampai saat ini masih ada 65 kepala keluarga (KK) dengan 181 jiwa yang bertahan di pengungsian. Mereka setidaknya tersebar di empat titik pengungsian.
"Antara lain di tempat pendidikan Alquran setempat, tempat privat milik masyarakat yang siap menerima pengungsi atau rumah warga hingga aula gedung serba guna. Untuk yang bapak-bapak kami pisahkan. Yang pasti, semua yang mengungsi harus terlayani dengan baik," tuturnya.
Terkait kebutuhan logistik pengungsi, Edi menyatakan sudah membuka dapur umum di SDN Salamkanci 2. Saat ini BPBD mengutamakan penanganan kedaruratan terhadap para korban. "Jadi masyarakat sudah mengungsi, harus kami yakinkan mereka aman, termasuk ketersediaan fasilitas logistik," ujar Edi.
Edi mengaku belum bisa menduga penyebab dari banjir tersebut. Sebab ada tim tersendiri yang kini juga tengah mencari asal muasal muncurnya banjir bandang lumpur itu. "Tapi yang pasti penyelamatan, upaya penanganan kepada masyarakat karena korban jiwa, harus kami minimalisir," katanya.
Selain banjir bandang, BPBD menerima dua laporan kejadian bencana lain. Yakni, tanah longsor di Dusun Mudan, Desa Salamkanci yang mengancam satu rumah dan membuat sejumlah warga mengungsi. Serta tanah longsor di Dusun Tirip, Desa Sukodadi, Bandongan.
"Longsor di Dusun Tirip sempat menutup akses warga namun saat ini sudah dilakukan pembersihan sehingga jalan sudah dapat dilalui," ucapnya.
Sementara itu, meski bertahan di pengungsian, namun banyak dari warga yang pada siang hari balik ke rumah untuk membersihkan lumpur. Pada malam hari, tempat pengungsian dijadikan tempat istirahat. "Kalau siang pulang lihat kondisi rumah, kalau malam ke sini," ujar salah satu warga Semen, Mukhoiriah.
Mukhoiriah merupakan satu dari ratusan orang yang mengungsi di TPA di dusunnya sejak kemarin malam. Mukhoiriah mengaku belum tahu sampai kapan dirinya akan tinggal di pengungsian. Sebab ada pemberitahuan bahwa lokasi rumahnya masih rawan dan berbahaya kena banjir susulan.
"Katanya bapak tentara, paling tidak satu minggu, karena lokasi tanahnya masih gerak," tuturnya.
Senada, warga korban lainnya, Mudaliyah juga mengaku tidak tahu akan menginap di pengungsian sampai kapan. "Saya sejak kemarin sore mengungsi. Kondisi rumah sekarang enggak tahu, belum nengok rumah, karena belum boleh pulang," ucapnya. []
Baca juga:
- Banjir Jakarta Sebabkan 3.565 Jiwa Mengungsi
- Banjir Bandang di Lombok Timur, 250 Warga Mengungsi
- Banjir Pekalongan, 1028 Orang Mengungsi dan 1 Tewas