William Aditya, Termuda Paling Bernyali di DPRD DKI

William Aditya Sarana baru berusia 23 tahun, namun nyalinya luar biasa hingga ia berani mempertanyakan anggaran kontroversial APBD DKI Jakarta.
William Aditya Sarana. (Foto: Facebook/William Aditya Sarana)

Jakarta - William Aditya Sarana baru berusia 23 tahun, namun nyalinya luar biasa hingga ia berani mempertanyakan anggaran kontroversial lem aibon Rp 82,8 miliar dalam rancangan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta.

Siapa William Aditya Sarana? Ia adalah politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), lahir di Jakarta, 2 Mei 1996. Tercatat sebagai yang termuda dalam barisan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta periode 2019-2024. Ia termuda yang paling bernyali membuat gebrakan pada langkah pertama.

Tagar mewawancarai William Aditya Sarana, Jumat siang, 1 November 2019. Berikut petikan selengkapnya.

Apa benar Anda yang termuda di DPRD DKI Jakarta saat ini? Atau ada yang lebih muda?

Iya benar untuk DPRD DKI Jakarta

Kenapa Anda begitu berani membuka kejanggalan usulan anggaran DKI Jakarta? Anda belajar keberanian, nyali, dari siapa?

Rasa takut pasti ada, tapi gimana bisa kontrol itu. Yang penting kita dalam posisi yang benar. Berani karena benar. Takut karena salah.

Ada berapa yang janggal di rancangan APDB DKI? Apa saja, tolong diurutkan.

Tidak transparan saja. Seharusnya semua dokumen APBD sudah diunggah di website.

Kenapa Anda begitu muda senang jadi politikus?

Saya dari SMA senang dengan politik karena hanya melalui politik perubahan bangsa bisa dilakukan.

Apa target Anda di DPRD DKI Jakarta?

Target saya tidak muluk-muluk, yakni melakukan fungsi pengawasan dan budgeting. Mengawal anggaran sudah menjadi tugas saya.

Apa target pribadi Anda?

Target pribadi saya menjalankan sumpah jabatan saja.

Siapa role model Anda dalam berpolitik? Kenapa?

Role model saya yang utama di politik Muhammad Hatta. Menurut saya beliau seorang idealis dan berbasis pada ilmu.

Apakah Anda tertarik jadi Ketua DPR? Ya atau tidak, kenapa?

Saya tidak pernah memikirkan begitu. Prinsip hidup saya mengalir saja.

Apakah Anda tertarik jadi presiden? Ya atau tidak, kenapa?

Sama dengan jawaban untuk pertanyaan sebelumnya.

Harapan Anda untuk Indonesia?

Harapan saya makin banyak anak muda masuk politik. Jangan sampai buta politik.

***

William Aditya Sarana menggelorakan tanda pagar #jakartakerja, terinspirasi nama koalisi Jokowi yakni Indonesia Kerja. Ia berpandangan Jakarta harus memiliki etos kerja yang sama dengan Presiden Joko Widodo: kerja, kerja,kerja!

Ia mengatakan #JakartaKerja adalah tagline yang menggambarkan seluruh perjuangannya untuk membuat Jakarta menjadi kota yang bersih, rapi, dan transparan.

"Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak percaya dengan wakil rakyatnya sendiri, termasuk di antaranya adalah anggota DPRD Jakarta. Stigma masyarakat bahwa anggota DPRD Jakarta adalah koruptor dan pemalas tidak dapat dibantah," ujar William Aditya di website pribadinya, williamsarana.com.

Dengan modal kerja keras, William yakin dapat mengubah DPRD Jakarta menjadi lebih baik dan dapat dipercaya kembali oleh masyarakat.

William mengajak seluruh warga Jakarta untuk bekerja keras mengubah Jakarta sebagai ibu kota negara yang disegani dunia.

Dalam website pribadi juga, William menjelaskan dengan gamblang program kerjanya sebagai Anggota DPRD DKI Jakarta.

Prioritas pertama adalah pemberantasan korupsi. William berkomitmen menjadi bagian dari perjuangan memberantas korupsi di Ibu kota. Mulai dari menjaga integritas dan transparansi.

William mengatakan dua hal yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi di ibu kota. Yaitu pertama, menciptakan sistem pengadaan barang dan jasa yang anti-korupsi. Kedua, transparansi eksekutif di media sosial.

Menciptakan sistem pengadaan barang dan jasa yang anti korupsi, di antaranya William dengan langkah nyata, membongkar Daftar Anggaran Kontroversial APBD DKI Jakarta 2020.

Dalam hal transparansi, William berlaku sama pada dirinya. Bukan hanya menuntut pihak eksekutif transparan, ia juga bersikap transparan. Di antaranya ia mencantumkan nomor telepon seluler di website, yaitu +62 818-951-637 untuk memudahkan masyarakat yang ia wakili sewaktu-waktu butuh menghubunginya.

Prioritas kedua William adalah pendidikan. Ada dua hal yang ingin diperjuangkan William dalam bidang pendidikan. Yaitu pertama, menghapus Pekerjaan Rumah (PR). Kedua, pendidikan toleransi.

"Banyak penelitian menunjukkan PR memberikan efek negatif bagi pelajar mulai dari SD sampai SMA. Efek negatif seperti tidak ada waktu untuk eksplorasi diri sendiri sampai mempengaruhi kesehatan anak," kata William.

Sedangkan untuk meningkatkan pendidikan toleransi, William mencontohkan sekolah-sekolah menyelenggarakan pekan toleransi, siswa-siswi mengunjungi tempat-tempat ibadah, saling berbagi cerita dengan siswa-siswi yang beragama lain, dan saling berbagi makanan daerah masing-masing.

Berikut rekam jejak William Aditya Sarana sebelum menjadi Anggota DPRD DKI Jakarta.

Latar Belakang Pendidikan

  • SD Bina Kusuma (2002-2008)
  • SMP Dian Harapan (2008-2011)
  • SMA Dian Harapan (2011-2014)
  • Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2014-2018)
  • Clinical Legal Education, Universitas Malaya (2017)

Pengalaman

  • Ketua Mahkamah Mahasiswa UI (2017-2018)
  • Anggota Kongres UI (2017-2018)
  • Legal Intern Sekretariat Kabinet (2017)
  • Legal Intern Mahkamah Konstitusi (2015)

Prestasi Akademik

  • Juara 1 PKM-Penelitian FHUI (2016)
  • Juara 3 Consdraft MPR RI (2017)
  • Student Research Award Tanoto Foundation (2015). []

Gebrakan William Aditya Sarana baca di sini: Kronologi Terbongkar Lem Aibon Rp 82 Miliar APBD DKI

Berita terkait
Aibon dan Ragam Jenis Lem Lainnya
Lem Aibon, alat perekat multiguna yang terbuat dari karet sintetis dan pelarut organik. Berikut lem lain yang familiar di masyarakat Indonesia.
Daftar Anggaran Kontroversial APBD DKI Jakarta 2020
Banyak anggaran kontroversial dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020 DKI Jakarta. Berikut ini daftarnya.
Anggaran Lem Aibon Rp 82 M, Djarot Sebut SDM DKI Bodoh
Anggota Komisi II DPR Djarot Saiful Hidayat tak mau menyalahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atas anggaran pengadaan lem Aibon Rp 82 miliar.