Kupang - Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT mengapresiasi sikap sejumlah warga NTT yang menolak bantuan Sembilan Bahan Pokok (Sembako) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan Pemerintah Pusat.
Hal ini membuktikan bahwa moralitas masyarakat NTT tidak cengeng dan harus bekerja mengeluarkan darah, keringat dan air mata kemudian menikmati hasil pekerjaan itu.
Ini merupakan moralitas untuk menghargai cucuran keringat. Karena setiap yang diberikan Tuhan kepada kita adalah hasil cucuran keringat dan air mata.
“Pemerintah sudah berusaha untuk membantu masyarakat di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi NTT. Jika ada warga NTT termasuk dua orang ibu di Kabupaten Alor yang menolak bantuan pemerintah karena merasa belum mengeluarkan keringat," ujar Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT, Jelamu Ardu Marius, dalam keterangan pers yang diterima Tagar, Sabtu 2 Mei 2020.
Hal itu sebut Marius, harus diapresiasi karena masing-masing orang tentu punya moralitas. Istilah dalam Alkitab itu ada Ora Et Labora (Berdoalah dan Bekerjalah), jadi harus seimbang.
Menurut Marius, warga masyarakat NTT yang menolak bantuan tersebut harus dihargai dan mereka sedang mengirim pesan moral yang sangat kuat kepada para koruptor di negeri ini.
"Ada orang yang merasa belum mengeluarkan keringat dan tidak layak untuk mendapatkan sesuatu. Ini merupakan moralitas untuk menghargai cucuran keringat. Karena setiap yang diberikan Tuhan kepada kita adalah hasil cucuran keringat dan air mata,” ujar Marius.
Dia menambahkan, sikap dua orang ibu tersebut memberi pesan moral kepada publik bahwa hidup tidak boleh cengeng dan dalam situasi ancaman virus Corona di Indonesia dan di dunia sangat ekskalatif serta beberapa di NTT ada yang terkena virus dan punya dampak terhadap ekonomi.
"Ada sebagian masyarakat yang belum puas secara batiniah, karena dia mendapat sesuatu tanpa mengeluarkan cucuran keringat," ujar dia.
Sikap warga NTT yang menolak paket bantuan di musim pandemi virus Corona, lanjut Marius, bukan berarti tidak menghargai bantuan dari Pemerintah Pusat.
“Jadi tidak ada maksud dari kedua warga untuk tidak menghargai, karena kembali lagi setiap orang punya moralitas untuk menghargai setiap cucuran air mata dan karena itu kita mengharapkan agar pemerintah daerah perlu mendesain suatu kegiatan bersama,” ujar Marius. []
Baca lainnya:
- Kriteria Warga Sumut yang Menerima BLT Rp 600 Ribu
- Jokowi Akan Kasih Petani Miskin BLT
- BLT Dana Desa Telah Cair Rp 70 M, Tak Berbentuk Sembako