Risiko Belajar di Kelas di Masa Pandemi Covid-19

Pemprov Jabar akan buka sekolah tatap muka di kelas di Kota Sukabumi karena kota ini zona hijau Covid-19 tapi bukan tanpa risiko penularan Covid-19
Pelajar SMA Jeonmin di Daejeon, Korea Selatan, kembali ke sekolah setelah pandemi Covid-19, 20 Mei 2020. Murid duduk di meja yang dibatasi dengan partisi tembus pandang dan memakai masker (Foto: koreajoongangdaily.joins.com/KIM SEONG-TAE).

Jakarta - “Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sangat berhati–hati dalam menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) secara tatap muka di tingkat SMA/SMK di Kota Sukabumi yang telah dinyatakan zona hijau Covid-19.” Ini lead di berita “Kota Sukabumi Pilot Project KBM di Sekolah”, Tagar, 5 Juli 2020.

Patokan atau pijakan yang dipakai Pemprov Jabar dalam menetapkan Kota Sukabumi sebagai kota yang boleh menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) secara tatap muka di tingkat SMA/SMK adalah status Kota Sukabumi sebagai kota tanpa kasus Covid-19 atau zona hijau. Ada beberapa pertanyaan terkait dengan penetapan Kota Sukabumi sebagai zona hijau Covid-19, yaitu:

(1). Apakah sudah dijalankan tes swab secara sistematis sesuai dengan asas epidemilogi di Kota Sukabumi?

(2). Apakah tidak ada warga Kota Sukabumi yang pernah ke daerah zona merah Covid-19?

(3). Apakah tidak ada warga Kota Sukabumi yang pernah berkunjung ke negara yang ada kasus Covid-19?

(4). Apakah tidak ada warga dari Zona Merah yang berkunjung ke Kota Sukabumi di masa pandemi Covid-19?

(5). Apakah tidak ada tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari Kota Sukabumi pulang ke kampung saat pandemi Covid-19?

Di wilayah Kabupaten Purwakarta salah satu kasus Covid-19 adalah pada TKI yang pulang kampung. Selain itu di daerah lain juga ada warga yang terdeteksi Covid-19 setelah berkunjung ke zona merah, mengikuti kegiatan dengan banyak orang, kontak dengan pasien Covid-19, dll.

Soalnya, lima kondisi di atas bisa jadi pintu masuk Covid-19 ke Kota Sukabumi. Tapi, karena Pemprov Jabar sebagai pihak yang kompeten dalam menetapkan status daerah atau kota tentu sudah mempunyai analisis medis dengan pijakan epidemiologi.

Kita bisa lihat Korea Selatan (Korsel) yang membuka kembali sekolah dengan kegiatan belajar-mengajar di kelas ketika tidak ada kasus harian yang dilaporkan. Di Korsel sering hari tanpa penemuan kasus baru Covid-19. Tapi, belakangan ini sekolah dan kegiatan publik lain dibatasi lagi karena mulai ditemukan kasus baru Covid-19. Setiap hari ditemukan antara 1 dan 2 digit.

Padahal, di ruang kelas murid dibatasi dengan partisi tembus pandang dan pakai masker. Di Incheon dikabarkan murid-murid kembali belajar di rumah.

Jumlah kasus Covid-19 di Korsel sampai tanggal 8 Juli 2020 sebanyak 13.244 di peringkat ke-64 dunia. Korsel menjalankan tes swab Covid-19 secara massal dengan sistematis melalui 633 outlet di seluruh negeri. Bandingkan dengan Indonesia tanpa tes swab massal yang sistematis kasus yang terdeteksi sebanyak 66.226 di peringkat ke-26 dunia.

Jika dikaitkan dengan rencana Pemprov Jabar menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di tingkat SMA/SMK di Kota Sukabumi biar pun dengan protokol kesehatan risiko tetap tinggi karena bisa saja siswa tertular Covid-19 di luar sekolah. Bisa di perjalanan pulang-pergi ke sekolah, misalnya, naik angkutan umum (Angkot). Di lingkungan tempat tinggal, bahkan di rumah karena ada anggota keluarga yang bekerja di luar rumah.

Kasus klaster baru di industri di kawasan Kabupaten Bekasi dari hasil tracing terbukti karyawan pabrik yang terdeteksi Covid-19 tertular di tempat kos karena dia ngekos bersama-sama dengan karyawan dari pabrik lain.

Nah, bisa saja ada siswa yang ikut KBM tertular di luar kelas atau di luar sekolah sehingga dia jadi mata rantai penyebaran Covid-19 di kelas, bahkan di sekolah. Kalau deteksi ketika hendak masuk pekarangan sekolah dengan mengukur suhu badan, maka bisa saja terjadi suhu badan normal karena minum obat penurun panas. Bukan karena Covid-19, tapi bisa karena anak pusing atau demam tanpa berobat ke dokter orang tua membeli obat demam atau penurun panas.

Lagi pula ada OTG yaitu Orang Tanpa Gejala yakni orang-orang yang tertular Covid-19 tapi tanpa gejala. Hal ini juga terjadi pada pelancong asal Wuhan, China, tempat awal virus corona, ketika mereka bepergian ke puluhan negara merayakan tahun baru di awal bulan Januari 2020. Kalangan ahli memperkirakan banyak di antara pelancong Wuhan itu dengan infeksi virus corona tapi tanpa gejala. Ini terbukti ketika seorang pelancong Wuhan, perempuan umur 61 tahun, dengan keluhan, sakit, panas dan sakit tenggorokan di Bangkok, Thailand, 13 Januari 2020. Ini kasus virus corona pertama di luar China.

Maka, kegiatan belajar mengajar (KBM) yang akan dijalankan oleh Pemprov Jabar di SMA/SMK di Kota Sukabumi bukan tanpa risiko penularan Covid-19. []

Berita terkait
Masuk Zona Hijau Kota Sukabumi Bersiap Buka Sekolah
Pemprov Jabar umumkan Kota Sukabumi satu-satunya wilayah di Jabar zona hijau, siap buka sekolah dengan persyaratan protokol kesehatan
Kota Sukabumi Pilot Project KBM di Sekolah
Pemprov Jabar sangat berhati–hati dalam menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) secara tatap muka di tingkat SMA/SMK di Kota Sukabumi
Satgas Awasi Pelaksanaan Sekolah di Kota Sukabumi
Tim Satuan Tugas (Satgas) pembukaan sekolah untuk mengawasi pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di sekolah di Kota Sukabumi
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.