Warga Kulon Progo Semakin Kesulitan Air Bersih

Kekeringan semakin menjadi-jadi di Kabupaten Kulon Progo. Warga semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Pihak sekolah menunjukkan tempat penampungan air yang kosong akibat kekeringan

Kulon Progo - Kekeringan semakin menjadi-jadi di Kabupaten Kulon Progo. Pada beberapa waktu terakhir, warga yang utamanya diwilayah kekeringan, semakin kesulitan mendapatkan akses air bersih.

Padahal, air sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan baik rumah tangga maupun untuk aktifitas sekolah. Wargapun berharap, droping air disalurkan segera oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.

Salah satu yang mengharapkan adanya droping air, adalah pihak  SD Negeri Jatiroto, Kecamatan Girimulyo Kulon Progo. Karyawan SD tersebut, Sutikno mengatakan, sudah sejak Senin 9 september yang lalu, air bersih sudah tidak tersedia lagi di SD Negeri Jatiroto.

"Solusi untuk sementara, siswa diminta membawa air di botol air mineral untuk keperluan kamar mandi. Sementara untuk kegiatan sholat dhuzur, dilaksanakan di rumah," terang Sutikno di Girimulyo 14 September 2019.

Sutikno menjelaskan, untuk memerintahkan siswa membawa air bersih, juga menjadi dilema bagi sekolah. Bagaimana tidak, kesulitan air bersih ternyata juga dialami oleh keluarga siswa. Akhirnya, tidak semua siswa diminta membawa air bersih ke sekolah.

"Kita dari sekolahan juga tidak enak mau perintah siswa, nanti dampaknya ke wali juga,"ujarnya.

Di SD Negeri Jatiroto, ada 48 siswa dan 12 guru yang tetap membutuhkan air untuk aktifitas di sekolah. Namun, sumber air yang kering dan belum ada lagi bantuan droping membuat SDN Jatiroto kian kesulitan dalam beraktivitas.

Sebelumnya, SD Negeri Jatiroto sudah mendapatkan bantuan air dari beberapa pihak, seperti dari Polsek Girimulyo dan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR). Rata-rata bantuan yang diberikan sekitar 5.000 liter dan bisa digunakan 4 sampai 5 hari.

Sutikno menambahkan, pengajuan permohonan bantuan air sebenarnya sudah dilakukan. Namun karena ada perbaikan jalan di wilayah gendu, sehingga menyebabkan armada tangki tidak bisa naik.

"Karena akses armada tangki air bersih, berani bawa muatan hanya lewat sana. Kami akhirnya pasrah dengan keadaan, dan berharap bantuan segera datang,"ujar Sutikno.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Ariadi mengatakan, kondisi kekeringan sudah terjadi di 7 Kecamatan di Kulon Progo, diantaranya di Kecamatan Girimulyo, Kokap, Samigaluh, Kalibawang, Pengasih, Galur, dan Lendah. Cakupannya, yaitu 30 desa, dengan 4.100 KK dan lebih dari 7.500 jiwa.

Ariadi menambahkan, pada saat ini, Pemkab Kulon Progo telah menetapkan status darurat kekeringan terhitung sejak 9 September sampai 31 Oktober.

"Setelah adanya status darurat ini, BPBD Kulon Progo bisa menggunakan anggaran tidak terduga untuk penyediaan air bersih di beberapa wilayah yang membutuhkan,"jelas Ariadi. []

Baca juga:

Berita terkait
Nama Wartawan Dicatut Tipu Pejabat di Kulon Progo
Upaya penipuan dengan memakai nama wartawan, kembali terjadi di Kulon Progo. Beberapa nama wartawan dicatut untuk meminta duit kepada pejabat.
Kulon Progo Tetapkan Status Tanggap Darurat Kekeringan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menetapkan status tanggap darurat kekeringan. Status ditetapkan agar penanganan bisa lebih mudah dilaksanakan.
Bendera Setengah Tiang, Belum Direspon di Kulon Progo
Pemkab Kulon Progo mengeluarkan instruksi dalam bentuk edaran terkait pengibaran bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada BJ Habibie.