Gunungkidul - Arus globalisasi gencar masuk ke pelosok desa. Kearifan lokal terancam tergerus dan hilang tertelan di era serba digital ini.
Warga Dusun Pampang, Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul berada dalam pusaran itu. Mereka berjuang mempertahannya, salah satunya dengan menggelar kirab budaya.
Di ajang itu, semua warga berpartisipasi, dari anak TK, orang dewasa dan perangkat dusun. Mereka bersemangat dan kompak menjaga dan melestarikan budaya leluhur.
Suhardi, 50, warga setempat mengatakan, kirab budaya Dusun Pampang ini digelar rutin setiap dua tahun sekali. "Selain nguri-uri budaya lokal juga sebagai wujud syukur hasil pertanian warga," kata dia, Selasa 28 Agustus 2019.
Rasa syukur warga dusun itu diwujudkan dengan mengarak gunungan yang berisi hasil bumi. Filosofi gunungan itu bermakna syukur atas keberkahan yang diberikan Sang Pencipta. Meski dilanda kekeringan, namun pertanian warga dusun masih bisa dipanen.
Tokoh masyarakat Gunungkidul Kol. Inf. Tugiman mengaku sudah mengunjungi sejumlah daerah di Indonesia. "Namun, even budaya setingkat dusun di Pampang ini yang paling besar yang pernah dilihat," kata dia.
Warga luar biasa, semuanya terlibat menampilkan kreatifitas budaya. Mensyukuri hasil bumi pertanian dari tanah yang setiap kemarau selalu mengalamai kekeringan.
"Ini adalah wujud kearifan lokal yang harus dipelihara, dijaga kelestariannya. Di tengah gencarnya arus globalisasi, kalau bukan kita siapa lagi yang nguri-uri budaya leluhur," ujar pria yang akrab disebut si Anak Gaplek ini.
Pria kelahiran Kedungpoh Kecamatan Nglipar ini mengatakan, semangat warga dalam menampilkan kirab budaya ini menjadi aset yang luar biasa.
"Itu ujung-ujungnya akan meningkatkan kesejahteraan warga. Menjadi desa budaya, banyak wisatawan yang tertarik dan datang mneyaksikan," ungkapnya.
Tugiman berharap kirab budaya Desa Pampang ini terus dipelihara, digelar rutin dua tahun sekali. "Syukur melahirkan kreativitas baru dan inovasi baru tanpa meninggalkan kearifan lokal yang ada," kata dia.
Dia mengatakan, Desa Pampang mayoritas warganya sebagai petani. Problem utama di sektor pertanian adalah air. Saat kemarau mengalami kekeringan. "Itu bisa disiasati dengan pembangunam sumur bor," ungkapnya. []
Baca juga:
- Paijo, Pemahat Wayang Kulit di Taman Sari Yogyakarta
- PUPR Percepat Pembangunan Underpass Bandara Yogyakarta
- Buntut OTT di Yogyakarta, KPK Perlu Awasi Proyek