Banda Aceh - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebutkan banjir yang terjadi di sejumlah kabupaten di Aceh sejak beberapa hari terakhir diakibatkan ulah manusia yang telah merusak, dan mengubah fungsi hutan.
"Terjadinya kegiatan illegal logging, pertambangan, dan membuka lahan kebun sawit tinggi," kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh Muhammad Nur, Selasa, 8 Desember 2020.
Menurut dia, setiap kabupaten di Aceh memiliki kelakuan yang berbeda-beda, apalagi daerah yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya.
Hal itu tidak lepas dari adanya perubahan fungsi hutan yang dilakukan oleh ulah manusia sendiri.
Seperti ini berubah menjadi bencana, itulah perilaku kita sendiri yang harus bertanggung jawab kepada alam
Muhammad Nur menyebut, Kabupaten Aceh Besar fungsi hutan berubah karena maraknya pembalakan liar, di Kabupaten Pidie adanya illegal logging, dan pertambangan emas.
Baca juga:
- Banjir Meluas di Aceh Menyebabkan Jalan Lintas Sumatra Putus
- Seorang Bocah Tewas Terseret Banjir di Aceh Timur
- 17 Kecamatan Terendam Banjir di Aceh Timur, Fasilitas Umum Rusak
Sementara Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Aceh Timur, sampai Aceh Tamiang fungsi hutan juga berubah akibat illegal logging, dan pembukaan kebun sawit.
Bukan hanya itu, dia mengungkapkan adanya pembangunan proyek strategis, seperti pembangunan jalan, dan bendungan yang masuk dalam kawasan hutan lindung.
"Untuk itu setiap kabupaten memiliki kelakuan yang berbeda-beda, pada akhirnya adalah mengubah fungsi hutan yang seharusnya melindungi sumber-sumber air ketika musim hujan," ujarnya.
Jadi wajar, lanjut dia, bencana banjir terjadi di Aceh setiap tahunnya bahkan telah menelan korban jiwa. Karena 60 persen secara keseluruhan hutan Aceh berubah fungsi.
"Seperti ini berubah menjadi bencana, itulah perilaku kita sendiri yang harus bertanggung jawab kepada alam," katanya. []