Tragedi Pembunuhan Keluarga di Rumah Lebak Bulus

Pagar besi hitam setinggi dua meter di rumah bercat putih di Lebak Bulus itu dililiti garis polisi sejak terungkap peristiwa pembunuhan keluarga.
Rumah dua lantai yang menjadi saksi bisu tragedi pembunuhan keluarga Edi Chandra Purnama di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Foto diambil Selasa, 10 September 2019. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Jakarta - Pagar besi hitam setinggi sekitar dua meter di rumah bercat putih itu dililiti garis polisi sejak terungkap peristiwa pembunuhan keluarga pada Jumat, 23 Agustus 2019. 

Aulia Kesuma 45 tahun, sebagaimana pengakuannya kepada polisi, membunuh suaminya, Edi Chandra Purnama 53 tahun, dan anak tirinya, M. Adi Pradana akrab disapa Dana 23 tahun, karena tak sanggup menanggung beban utang Rp 200 juta per bulan. 

Rumah itu berada di Jalan Lebak Bulus 1 Blok U 15 No. 129 RT 3 RW 5, Cilandak, Jakarta Selatan. 

Sebelum terjadi pembunuhan, rumah itu dihuni Edi dan Aulia bersama Giovanni Kelvin 25 tahun yang diakui Aulia sebagai anaknya. Tentang Kelvin belakangan menjadi polemik karena statusnya sebagai anak kandung Aulia atau keponakannya. 

Juga ada anak kandung Aulia-Edi, seorang perempuan berusia empat tahun.

Di rumah itu juga ada M. Adi Pradana anak Edi dari istri terdahulu. Kemudian ada dua pembantu, Kusmawanto Agus 24 tahun dan Muhammad Nur Sahid 24 tahun.

Aulia Kesuma dan Edi ChandraAulia Kesuma bersama suaminya Edi Chandra Purnama. (Foto: Istimewa)

Masa Kejayaan Edi Chandra

Pada Selasa, 10 September 2019, deretan mobil terparkir di tepi Jalan Lebak Bulus 1, tepat setelah lampu merah perempatan menuju arah Rumah Sakit Mayapada. Di sebelah kiri jalan berdiri Rumah Makan Apung yang biasanya menjual bubur dan berbagai macam masakan khas Cina. 

Pemilik restoran itu adalah Edi Chandra Purnama atau lebih dikenal Pupung Sadili. Ia memulai usaha rumah makan itu pada 2013, dan bangkrut pada 2017.

Obi, seorang penjual gorengan, posisinya 50 meter dari tempat usaha rumah makan Apung. Ia tahu rumah makan itu pernah jaya.

"Dulu waktu restoran masih buka, sering mobil parkir dari pengunjung yang datang ke rumah makan Pak Apung, karena rame, parkir mobilnya sampe ke sini," kata Obi kepada Tagar.

Edi Chandra Purnama menikahi Aulia Kesuma pada 2011. Dua tahun kemudian Edi membuka usaha rumah makan itu.

Edi menjalankan bisnis kuliner bersama istri. Dalam perkembangannya ia sampai mempunyai 40 karyawan, dan membuka cabang di wilayah Blok M.

Usaha restorannya itu lokasinya bersebelahan dengan tempat tinggal mereka, rumah yang kini pagarnya dililiti garis kuning polisi.

"Restorannya ramai, setiap siang sampai sore banyak pembeli. Tutup malam kira-kira jam 10-an," kata Obi.

"Informasi yang saya dapat dari karyawan yang kerja di situ, Pak Apung buka cabang juga di wilayah Blok M, tapi untuk lokasi pastinya saya kurang tahu, karena memang belum pernah ke sana. Baru dengar-dengar saja," lanjut Obi kemudian menyesap kopi yang tinggal setengah gelas.

Dulu waktu restoran masih buka, sering mobil parkir dari pengunjung yang datang ke rumah makan Pak Apung, karena rame, parkir mobilnya sampe ke sini.

Menu MakananMenu makanan yang disediakan di Restoran Apung ketika restoran masih buka. (Foto: Facebook/Bubur Sapo Apung & Chinese Food)

Edi Chandra Bangkrut

Pada 2017 restoran yang dikelola selama empat tahun itu harus tutup, para karyawan yang bekerja sempat mengeluhkan kenapa rumah makan yang bisa dibilang tergolong ramai pengunjung itu harus berakhir tanpa sebab.

Tidak lama setelah bisnis kulinernya tutup, tampak usaha cuci mobil dibuka menggantikan restoran yang memiliki menu andalan bubur sapo.

"Ini tempat cuci mobil bukan usahanya (Pupung), punya orang lain yang sewa sama dia," tutur Obi menunjuk ke arah lokasi.

Jalan Lebak Bulus 1Bisnis rumah makan Apung, tepat berada di sebelah kediamannya. Kini sudah disewakan dan menjadi tempat usaha lain. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Pasang-surut yang dialami Edi Chandra tidak menghilangkan semangatnya untuk menjalankan usaha yang sebelumnya telah sukses dijalankan. Satu tahun yang lalu ia sempat menjual nasi uduk yang digelar dengan meja di depan halaman rumahnya.

Sempat beberapa kali pemilik rumah nomor 129 itu mencoba untuk menjual rumah dan tempat usaha yang disewakan. Namun, niatnya tidak pernah sampai terjadi.

"Pernah waktu itu terlihat tulisan dijual di pagar rumah dan tempat sebelahnya, tapi ga lama dicabut lagi, nanti selang beberapa bulan saya lihat dipasang lagi. Ya... kira-kira ada tiga kali seperti itu," ucap Obi.

Aulia Kesuma Jarang Berinteraksi

Mariyati 42 tahun, Ibu RT 03, mengatakan Aulia, istri Edi, tidak begitu dikenal warga sekitar. Selain jarang terlihat, Aulia jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

"Tidak mengenal baik dan memang jarang ketemu sama Ibu Aulia, kalau sama Pak Edi sih beberapa kali ketemu. Karena memang rumah itu milik orang tua Pak Edi, yaitu Pak Sadeli," kata Mariyati.

Berbeda dengan istri, Edi sering berinteraksi dengan warga sekitar. Mariyati melihat Edi terakhir kali ikut berpartisipasi dalam pencoblosan Pemilu 2019 dan Lebaran Idul Adha pada Agustus.

Edi juga sempat beberapa kali ikut serta dalam kegiatan yang ada di sekitar rumah, seperti menghadiri pengajian, selametan, dan acara-acara RT lain.

Aulia KesumaAulia Kesuma terduga pelaku utama tragedi pembunuhan rumah di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto: Istimewa)

Geger Kabar Pembunuhan

Kompleks perumahan mewah itu digegerkan berita mengejutkan tentang pembunuhan.

"Banyak warga tidak menyangka telah terjadi pembunuhan yang ternyata dilakukan orang sini," kata Mariyati.

Mariyati awalnya membaca berita itu di internet. "Tapi belum mengetahui kalau itu terjadi di lingkungan sini. Setelah tahu, saya kaget dan tidak menyangka, karena di wilayah Lebak Bulus 1, baru terjadi pertama kali kejadian seperti ini," ujarnya.

Malam Pembunuhan

Edi Chandra Purnama pada Jumat malam, 23 Agustus 2019, sebelum tidur biasanya meminta dibuatkan jus tomat kepada Aulia. 

Memanfaatkan kesempatan itu, Aulia mencampur jus tomat dengan 30 butir obat tidur yang sudah digerus. 

Hal tersebut berdasarkan penjelasan Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Komisaris Besar Suyudi Ario Seto, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin, 2 September 2019.

"Aulia sudah mencampur obat tidur (Vandres) yang dimasukkan ke dalam tiga minuman, yaitu jus tomat untuk Edi, Jus tomat untuk Dana, dan satu lagi dicampur ke minuman keras dan diletakkan di kulkas," ujar Suyudi.

Pada saat itu, Giovanni Kelvin, Kusmawanto Agus, dan Muhammad Nur Sahid, masuk ke dalam rumah melalui garasi. Mereka menunggu di kamar Kelvin.

Utang Membawa Petaka

Aulia mengaku kepada polisi, sudah lama ingin membunuh Edi karena sakit hati. Ia meminjang uang ke dua bank berbeda sebesar Rp 10 miliar dengan rincian Rp 2,5 miliar dan 7,5 miliar.

Uang tersebut dipakai untuk modal membuka restoran. Akibatnya Aulia harus menanggung beban cicilan Rp 200 juta per bulan. 

Tak sanggup membayar, Aulia meminta Edi menjual rumah yang ditinggalinya sejak lama, tapi Edi menolaknya.

Kesal dengan penolakan Edi, Aulia bersiasat membunuh Edi dan Dana agar hak waris jatuh kepada dirinya. 

Berawal dari cerita Aulia kepada seorang pembantunya, Karsini, timbul rencana awal untuk menghilangkan nyawa dengan cara menyantet Edi lewat perantara seorang dukun.

Karsini lantas menawarkan suaminya, Rodi, untuk mencarikan seorang paranormal yang bisa melakukan hal tersebut.

"RD (Rodi) pergi ke Yogyakarta untuk mencari orang pintar, namun tidak berhasil. Karena biayanya mahal kemudian tidak jadi," ujar Suyudi.

Tidak ingin menyerah, Aulia merencanakan dengan cara yang lain. Lewat pertemuan yang diadakan di apartemen milik Kelvin di Kalibata, Jakarta Selatan, Rodi mengajak Agus, dan Sahid, untuk menjalankan rencana selanjutnya.

Pembunuhan Rumah Lebak BulusTragedi pembunuhan di Jalan Lebak Bulus 1, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Jus Tomat

Setelah minum jus tomat, malam itu Edi tertidur di kamarnya di lantai satu. Melihat Edi terlelap, Aulia menjalankan aksinya dengan memanggil dua orang yang sudah bersiap di kamar Kelvin. 

Agus dan Sahid memegang kaki dan tangan Edi dengan kencang, Aulia membekap wajah Edi dengan bantal, Edi melakukan perlawanan tapi tenaganya kalah kuat. 

Edi yang tidak berdaya itu kemudian diikat dengan sumbu kompor yang sudah disiapkan.

Selang dua jam setelah kejadian, Dana yang tidak mengetahui ayahnya sudah meninggal, menemui Kelvin di lantai dua. 

Melihat kesempatan itu, Kelvin mengajak Dana meminum minuman beralkohol yang sudah disiapkan sebelumnya.

Hal serupa dilakukan Aulia, Agus, dan Sahid kepada Dana. Mereka memaksakan minuman alkohol yang sudah dicampur obat tidur ke mulut Dana. Tidak sempat melakukan perlawanan, Dana tewas di tempat.

Melihat Edi dan Dana sudah tidak bernyawa, Aulia kemudian merencanakan aksi berikutnya, yaitu membuat skenario keduanya tewas karena terbakar di rumah.

Obat nyamuk yang memang sudah disiapkan sebelumnya, diletakkan di beberapa tempat berbeda, satu di lantai paling bawah, di dalam kamar Edi, garasi, dan di lantai dua.

"Rencana selanjutnya adalah membakar rumah. Tiga obat nyamuk bakar bersama dengan kain yang sudah disiram bensin di sebelah obat nyamuk," ujar Suyudi.

Setelah melakukan aksi, Aulia beserta Kelvin dan dua eksekutor lain pergi meninggalkan rumah.

Kebakaran yang Gagal

Sabtu, 24 Agustus 2019, Aulia mendapat kabar dari tetangganya perihal kejadian kebakaran yang terjadi di rumahnya.

"Pukul 18.00, AK (Aulia Kesuma) mendapat telepon dari tetangganya tentang rumahnya yang terbakar. Nah timbul rasa senang bahwa misi mereka telah berhasi. Kemudian Aulia berangkat dari Apartemen Kalibata menuju rumah tersebut," ucap Ajun Komisaris Besar Polisi Nasriadi di Markas Kepolisian Daerah Jawa Barat, Kamis, 29 Agustus 2019.

Rencana itu ternyata gagal. Tanpa sepengetahuan Aulia, Sahid ternyata memadamkan dua obat nyamuk yang diletakkan di kamar Edi dan garasi.

"S (Sahid) berubah pikiran, timbul ketidaktegaan, obat nyamuk yang di garasi dan kamar ED dimatikan dengan cara diludahi," kata Suyudi.

Aulia memastikan agar warga dan pemadam kebakaran yang datang tidak memasuki garasi tempat di mana ia menyimpan jasad Edi dan Dana.

"Dia terus memonitor di garasi agar warga tidak masuk, karena di dalamnya masih ada mayat kedua korban. Setelah warga pulang, dia baru melihat kembali, ternyata mayat korban masih ada di tempat," kata Nasriadi.

GarasiGarasi yang menjadi tempat Aulia menyembunyikan jenazah Edi dan Dana. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Membawa Mayat ke Sukabumi

Minggu, 25 Agustus 2019, merasa rencananya tidak berhasil, Aulia kemudian menyiasiati skenario berikutnya.

"Minggu pagi mereka membawa mayat ke dalam mobil. Edi diletakkan di bangku paling belakang, posisi Dana di tengah-tengah. Jadi yang bertugas membawa mobil itu pelaku AK. Karena dulu pernah mengantar Dana ke salah satu pesantren di Parung Kuda. Akhirnya terbesit untuk membuangnya ke daerah Sukabumi," ujar Nasriadi dalam keterangan pers.

Aulia dan Kelvin sempat membeli delapan botol bensin di SPBU yang terletak di wilayah Fatmawati, Jakarta Selatan. Sesampainya di lokasi, Aulia menjalankan perbuatannya itu.

Namun nahas menghampiri, saat sedang melancarkan aksinya, Kelvin yang masih berada di kemudi ikut terbakar di dalam mobil. Melihat kejadian itu Aulia dengan sigap membawa Kelvin ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"KV diperintahkan untuk membakar mobil yang sudah menghadap ke jurang, jadi seolah-olah terbakar karena masuk jurang. Saat itu KV masih dalam kemudi, mobil pun meledak dan mengenai KV. Mereka kemudian melarikan diri dan mobil belum masuk jurang. Tadinya KV mau berobat di Sukabumi tapi langsung dibawa ke Jakarta karena takut ketahuan," ujar Suyudi.

Hari Penangkapan

Senin, 26 Agustus 2019, pihak kepolisian setelah mendalami kasus dan melakukan penyidikan, akhirnya menangkap Aulia di Cilandak, Jakarta Selatan. Sedangkan Kelvin ditangkap di RSPP ketika sedang menjalani pengobatan.

Garis PolisiGaris polisi yang dipasang di gerbang rumah nomor 129, tempat kejadian perkara, rumah pembunuhan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Selasa, 27 Agustus 2019, Agus dan Sahid ditangkap di Lampung Timur oleh tim Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) dibantu dengan Polda Lampung. 

Polisi menjerat keempatnya dengan Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman mati.

Rumah Jadi Tontonan

Kejadian pembunuhan di rumah dua lantai di Lebak Bulus itu meninggalkan banyak kesan terhadap warga di sekitar lokasi. Bahkan banyak orang sengaja datang hanya untuk menanyakan kejadian tersebut sembari melihat rumah saksi bisu tragedi yang merenggut dua korban jiwa.

"Banyak pelanggan yang beli sering tanya sama saya, gimana sih kejadiannya, terus ada juga yang sengaja datang cuma untuk lihat rumah Pak Pupung. Yaa biasanya sih tanya-tanya gimana perilaku keseharian keluarga di nomor 129 itu," tutur Obi sambil menunjuk ke arah rumah tempat kejadian.

Suara Batuk Bikin Merinding

Suasana di rumah itu juga berubah total. Obi menceritakan salah satu pengalaman mistis yang dialami penjual sayur yang biasa berdagang di sekitar lokasi.

Rumah Lebak BulusSelepas kejadian, rumah yang menjadi saksi bisu kejadian yang menggegerkan itu kini terbengkalai, tidak ditempati. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Sekitar pukul 03.00 dini hari, Aceng biasa mendorong gerobak sayur untuk dijajakan pagi harinya di kompleks perumahan Bona Indah yang masih berada di wilayah Lebak Bulus. 

Saat melintas di rumah yang dibalut garis kuning bertuliskan "police line" Aceng seketika merasakan hawa yang tidak enak, sekujur tubuhnya merinding. Ketika ia menoleh ke arah pagar yang tingginya dua meter itu, Aceng mendengar suara batuk dari balik pagar tersebut. 

Mendengar suara itu, Aceng bergegas tanpa menghiraukan apa yang barusan terjadi pada dirinya. Esoknya Aceng menceritakan kejadian itu pada Obi yang kala itu sedang menyiapkan dagangan.

"Jangan tidur di pos lagi, Mas Obi, saya kemarin dengar suara aneh dan ada suara batuk dari dalam," kata Aceng.

"Ahh... Mang Aceng ngawur nih," ujar Obi.

"Ih bener, Mas, saya merinding pas lewat situ," kata Aceng.

"Mungkin itu perasaan Mang Aceng saja karena ada kejadian ini," tutur Obi sambil meragakan nada suara Aceng.

"Pokoknya, Mas Obi, kalau tidur di pos jangan nyenyak-nyenyak ya," ujar Aceng.

Selain berdagang gorengan, Obi juga menjaga kompleks perumahan bersama seorang penjaga keamanan.

Rumah Lebak BulusRumah dua lantai yang menjadi saksi bisu tragedi pembunuhan di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Foto: Tagar/Rommy Yudhistira)

Rumah yang sebelumnya dihuni itu kini harus terbengkalai. Sampai tulisan ini diturunkan tidak ada satu pun dari pihak keluarga sang pemilik yang menempati atau membereskan rumah yang menjadi saksi bisu tragedi yang sempat menggegerkan dan menjadi perbincangan publik dalam kurun waktu belakangan ini. []

Berita terkait
Kronologi Aulia Kesuma Sewa Pembunuh Suaminya
Aulia Kesuma menjadi otak pembunuhan berencana suaminya, dan anak tiri suaminya dari pernikahan terdahulu. Dia menyewa pembunuh bayaran.
Awalnya, Aulia Ingin Bunuh Suami dan Anak dengan Senpi
Aulia Kesuma (AK), tersangka pembunuhan dan pembakar suami dan anak tiri, sempat berencana membeli senjata api untuk membunuh suaminya itu, Edi.
Jual Rumah Muara Aulia Kesuma Bunuh Keluarganya
Aulia Kesuma membunuh kemudian membakar mobil yang berisi suami serta anak tirinya. Pembunuhan satu keluarga itu bermula dari upaya jual rumah.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.