Teungku Peukan di Aceh Gugur Usai Kumandang Azan

Teungku Peukan berlatar belakang ulama merupakan pemimpin perjuangan di Aceh Barat Daya, Aceh saat melawan kolonial Belanda.
Makam Teungku Peukan pemimpin perjuangan di Aceh Barat Daya, Aceh saat melawan kolonial Belanda. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Aceh Barat Daya – Masjid Jamik Baitul Adhim berada di pusat kota Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Blangpidie, menyimpan sejarah tersendiri pada masa perjuangan melawan kolonial Belanda. Seorang pejuang kemerdekaan berlatar belakang ulama, Teungku Peukan. Di pekarangan masjid ini, kuburan Teungku Peukan terawat dan bersih.

Saat itu Teungku Peukan berlatar belakang ulama, sudah menjadi rutinitas menjadi pimpinan pasukan perang melakukan ritual doa dan berzikir berserah diri kepada sang pencipta sebelum memulai sebuah peperangan. Kegiatan itu dilakukan di meunasah (mushalla) Ayah Gadeng, kawasan Manggeng.

Tepat pada tanggal 11 September 1926 usai berdoa, seluruh pasukan menuju pusat kota Kabupaten Aceh Barat Daya di Kecamatan Blangpidie yang telah dijadikan markas Belanda regional Blangpidie dengan jarak tempuh dari Menggeng lebih kurang 20 Kilometer berjalan kaki seraya menenteng obor bambu dan senjata perang ditengah gelap gulita malam.

Tiba di Blangpidie ketika masuk fajar, pasukan Teungku Peukan sudah biasa beristirahat di Desa Geulumpang Payong, Blangpidie. Saat malam hari Teungku Peukan mengatur siasat penyerangan. Pasukan dibagi menjadi tiga kelompok yang dipimpin oleh satu orang.

Setelah semua pasukan mengerti dan faham dengan tugas masing-masing, barulah ketika subuh penyerangan dilakukan. Serdadu Belanda yang sedang tertidur pules kocar-kacir dan banyak yang tewas ditangan pasukan Teungku Peukan.

Ajal tidak bisa ditebak kapan datangnya. Begitulah yang dialami Teungku Peukan, ketika sedang melantunkan azan sebagai wujud rasa syukur atas kemudahan yang telah diberikan oleh tuhan, seorang tentara Belanda yang sebelumnya tidak terdeteksi keberadaannya dapat dengan leluasa membidik Teungku Peukan dengan senapan hingga membuat Teungku Peukan meninggal dunia. Jumat, 11 September 1926 menjadi duka bagi seluruh pasukan dan masyarakat Aceh.

Untuk mengenang jasa Teungku Peukan masyarakat Aceh Barat Daya, membuat nama rumah sakit dengan sebutan rumah Sakit Umum Teungku Peukan, sebab sosok Teungku Peukan yang lahir pada tahun 1886 di Sawang, Kabupaten Aceh Selatan memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat.

Masjid Jamik Baitul AdhimMasjid Jamik Baitul Adhim berada di pusat kota Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Blangpidie. (Foto: Tagar/Syamsurizal)

Selain itu sudah menjadi rutinitas pemerintah Kabupaten Abdya setiap 10 November atau peringatan hari pahlawan melakukan ziarah ke makam Teungku Peukan di Mesjid Jamik Baitul Adhim, Blangpidie. 

Kami bukan organisasi preman biasa, kami tidak lagi menggunakan golok, tato atau kumis tebal. Kami sekarang lebih mengedepankan otak, pikiran.

Ketua Pemuda Pancasila, Aceh Barat Daya (Abdya), Nasrullah, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga kedaulatan NKRI dari oknum-oknum yang ingin menganggu kedaulatan bangsa. 

Begitu juga dengan organisasi pemuda pancasila, kapan saja bisa menjadi buas dan menjelma seperti preman jika ada yang berani mengganggu pemerintah.

"Kami akan menjelma menjadi preman dan buas manakala ada yang mengganggu kedaulatan bangsa, NKRI, Pancasila dan coba-coba mengganggu Pemerintah,"kata Nasrullah, di Aceh, usai upacara peringatan hari Pahlawan, Minggu 10 November 2019.

Dia mengatakan, pemuda pancasila memang bukan organisasi premanisme, tapi, untuk keutuhan NKRI, mereka tidak rela ada yang mengusik dan mencedrai perjuangan para pahlawan.

"Kami bukan organisasi preman biasa, kami tidak lagi menggunakan golok, tato atau kumis tebal. Kami sekarang lebih mengedepankan otak, pikiran, pengetahuan dan kecerdikan dalam menguasai wilayah, tapi jangan coba-coba usik NKRI," katanya.

Menurutnya, pemuda pancasila selalu bersemangat mengawal Pancasila agar tetap ada, terjaga dari berbagai elemen bangsa yang ingin merusak keutuhannya. Bagi organisasinya NKRI adalah harga mati.

Nasrullah berjanji akan merubah paradigma lama tentang Pemuda Pancasila, jika dulu sering dikatakan organisasi tempat berkumpulnya para preman, kini pemuda pancasila menjadi sarangnya pemuda bersajadah melakukan hal-hal positif untuk kemajuan daerah dan negara.

"Kami tidak lagi menggunakan otot sebagai kekuatan, akan tetapi kita lebih mengedepankan dan menggunakan senjata pamungkas kita yaitu otak dan ilmu pengetahuan," ujarnya. []

Baca juga: 

Berita terkait
Bukti Indonesia Kurang Menghargai Jasa Pahlawannya
Ribuan pahlawan berjasa bagi Indonesia, sangat layak dijadikan pahlawan nasional, hanya 179 orang ditetapkan selama republik ini berdiri 73 tahun.
Bung Tomo Superhero Indonesia
Bung Tomo superhero Indonesia, perlawanannya terhadap penjajah pada 10 November 1945 dicatat sejarah sebagai Hari Pahlawan. Ini rekam jejaknya.
Makna Hari Pahlawan Bagi Penyidik KPK Novel Baswedan
Merayakan hari Pahlawan Nasional, Penyidik senior KPK memaknai kepahlawanan dengan figur ketokohan yang bisa menginspirasi orang banyak.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.