Siasat Pebisnis Survive di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 membuat dunia berhenti, semua orang berdiam di rumah, sementara kebutuhan terus berjalan. Ini siasat pebisnis untuk survive.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/AbsolutVision)

Banyumas - Pakar brand Roy Kuncoro mengatakan empat strategi harus dilakukan pebisnis untuk survive di tengah pandemi Covid-19. Yaitu pertama, menjaga cash flow; kedua, adaptif dan inovatif; ketiga, menjalin enggagement dengan customer; keempat, mengevaluasi bisnis dan menjalin kerja sama dengan sesama pelaku usaha.

Hal itu terungkap dalam wawancara Roy Kuncoro dengan pendiri Brand Adventure Purwokerto Uung Feri dalam video diunggah di akun YouTube Feri Nurro, Kamis, 9 April 2020.

Berikut Siasat Pebisnis Survive di Tengah Pandemi Covid-19.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang memperkirakan dampaknya ke ekonomi lebih buruk dari krisis 1998. Apa ini bisa selesai dalam tiga bulan? Semoga tidak sampai tiga bulan. Dampaknya bagaimana bagi brand lokal, UMKM , kuliner, fashion dan lain-lain, fase-fasenya seperti apa dan bagaimana menyikapinya?

Kita bicara dari segi makro dulu karena saya background-nya researchcer makro. Kasus sekarang beda dengan 1998. Tahun 1998 atau 2008 memang ada masalah namanya konjungtur ekonomi, ada juga masalah eksternal, ada juga hubungan ekonomi antarnegara, kemudian ada juga terkait fundamental ekonomi di negara tertentu. Dulu ada faktor eksternal, ada juga faktor internal yaitu struktur ekonomi kita yang kurang bagus.

Kita harus menyesuaikan diri, adaptif.

Yang sekarang ini, konteks tahun 2020 ini mendadak mesin ekonomi berhenti. Ekonomi yang mengerjakan adalah manusia. Mendadak mobilitas manusia berhenti. Padahal manusia yang menggerakkan aspek demand dan suplai. Pada saat manusia sebagai produsen, manusia sebagai konsumen, dan manusia sebagai penggerak distribusi.

Makro ekonomi mendadak berhenti, dampaknya demand mendadak anjlok, suplai anjlok, investment anjlok. Lalu bagaimana menyikapinya, ini yang paling penting. Krisis ini mungkin prediksinya tiga bulan. Tiga bulan ini mesin ekonomi itu slow down dan sebagian mati. Setelah itu, kalau Menteri Keuangan bilang kuartal tiga 2020 ini akan pulih, dan kuartal 4 tahun 2020 baru on the track, baru kemudian tahun 2021 ke arah pertumbuhan ekonomi 5 persen.

Nah UMKM kayak apa ini sebenarnya, kalau bahasa kebijakan ujungnya ke UMKM juga. Walaupun sebenarnya ketika bicara entitas bisnis itu tidak ada urusannya, mau UMKM atau korporat ya sama-sama entitas bisnis, dalam konteks bahasa kebijakan di situ ada UMKM.

Pada dasarnya 90 persen itu atau sebagian besar juga usaha mikro. Dan masalahnya lagi, usaha mikro yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Sebanyak 90 persen tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor UMKM. Ini mesti bagaimana. Sering saya sampaikan darahnya entitas bisnis, yayasan, sosial, apa pun lembaganya adalah cash flow.

Tahap pertama adalah menjaga bagaimana darah tetap ada, cash flow tetap ada. Seminimal-minimalnya satu hal, saya pakai istilah down seize dan yang paling penting adalah jangka pendek.

Kemudian yang penting lagi adalah melihat lagi, kalau orang Jawa bilang metani, melihat lagi biaya. Lihat struktur biaya, mana yang bisa dihapus dan mana yang bisa dikecilkan, karena demand juga turun, sebab orang tidak bisa mobilitas ke sana ke sini. Itu pertama. Kedua, sebagian masyarakat kehilangan penghasilan karena jobless, itu jadi isu, tidak ada cara lain, bisnis tidak mencari omset dan tidak mencari profit , tetapi memastikan bisa beroperasi secara minimal.

Analoginya ketika musim kemarau setiap pohon itu meranggas. Meranggas itu downsizing. itu yang paling penting, kalau cash flow sudah minus ya apa boleh buat. Berita tidak enaknya ialah setiap krisis akan memakan korban, idenya adalah bagaimana korban itu bukan kita. Kita harus adjust, adaptif. 

Kedua, enterpreneur itu identik dengan inovatif, mau enggak mau kita harus inovatif. Misalnya bikin proses makin efisien, bagus juga kemudian, untungnya zaman sekarang sudah ada online delivery system-nya, ini sudah banyak yang melakukan.

Ketiga ialah tetap menjaga engagement dengan customer, mereka menggerakkan semua media sosial. Karena mobilitas orang-orang sedang berhenti. Mudah-mudahan ini hanya 3 bulan. Mudah mudahan setelah itu orang bergerak lagi.

Penting banget yang namanya menjaga engagement itu. Ada juga namanya meminimalkan downsizing dengan cara menurunkan harga. Hal ini untuk beberapa produk dan jasa kurang tepat. Memang demand menurun karena orang tidak punya duit dan tidak punya pekerjaan, tapi jangan strategi menurunkan harga. Misalnya harga 100 jadi 50. Jangan begitu. Bicaranya harga 100 kasih diskon 50 persen sehingga persepsi harga di titik tertentu tidak berubah.

Keempat, bagi beberapa industri atau usaha yang masih ada napas cash flow, sambil mempertahankan minimal operasi, ini adalah momentum kerja sama dengan sesama pelaku usaha.

Itu dulu. Yang jelas recovery ekonomi, pulih ke titik semula lagi itu minimal tahun depan. []

Baca juga:


Berita terkait
15 Bisnis Diprediksi Bertahan Saat Resesi Covid-19
Setidaknya ada 15 jenis usaha atau bisnis yang diprediksi akan tetap bertahan di tengah resesi akibat pandemi virus corona (Covid-19).
9 Bisnis Rumahan yang Datangkan Cuan Saat WFH
Dengan adanya imbauan work from home (WFH), warga mempumyai banyak waktu luang, dan ini bisa dimanfaatkan untuk berbinis yang menghasilkan uang.
Enam Jurus Bisnis UMKM Hadapi Covid-19
Berikut beberapa jurus bisnis yang bisa diterapkan pelaku UMKM menghadapi Corona atau Covid-19.
0
Rusia dan China Jadi Target Konsep Strategis NATO Terbaru
Dalam dokumen aliansi militer Barat yang dibentuk pasca Perang Dunia II Rusia disebut sebagai "ancaman langsung yang paling signifikan"