Untuk Indonesia

Romahurmuziy, From Hero to Zero

Ungkapan yang pas untuk Romahurmuziy Ketua Umum PPP saat ini bukan 'from zero to hero', tapi 'from hero to zero'.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ketika masih bisa berjalan dengan kepala tegak dan tersenyum lebar selebar-lebarnya hingga terlihat deretan seluruh gigi putihnya. (Foto: Instagram/M Romahurmuziy)

Oleh: Siti Afifiyah*

From zero to hero ungkapan lazim untuk menggambarkan keberhasilan seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi siapa-siapa, dari tidak punya apa-apa menjadi punya apa-apa. Ungkapan yang menggambarkan betapa luar biasanya pencapaian seseorang dalam konteks positif.

Namun, ungkapan yang pas untuk Romahurmuziy saat ini justru kebalikannya. From hero to zero.

Ketua umum partai lawas berlogo ka'bah yang akrab disapa Rommy ini sebelum ditangkap KPK di Surabaya, Jumat 15 Maret 2019, adalah sosok yang bikin adem lewat pernyataan-pernyataannya. Nggak neko-neko, begitulah kira-kira.

Rommy Ketum PPP ini bisa dibilang intelektual muda muslim yang tampak di permukaan seperti tanpa cacat cela.

Hobinya ngeband seperti melunturkan citra partai berbasis agama yang kurang gaul. Pendek kata, orangnya asyik lah. 

Apalagi kalau menoleh ke belakang. Ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan teknik fisika lanjut jurusan teknik dan manajemen industri.

Belum lagi melihat sederet capaian kariernya hingga sampai puncak ketua umum parpol.

Ditangkapnya Rommy oleh KPK meneguhkan sekali lagi untuk tidak silau melihat simbol-simbol berbasis agama. Orang-orang yang berpolitik lewat jalur partai nasionalis maupun agamis sama saja, tidak ada jaminan untuk tidak melakukan korupsi sampai kemudian waktu membuktikan sebaliknya.

Rommy sekaligus pengingat bahwa musuh terbesar kita bukan orang lain, bukan siapa-siapa. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.

Satu hal menarik ketika Rommy tiba di gedung KPK Jakarta. Tidak seperti kebanyakan koruptor yang senyum-senyum tanpa dosa ke arah kamera, Rommy menyembunyikan dirinya dalam busana serba hitam, menutupi wajahnya dengan masker dan kaca mata hitam serta topi biru gelap.

Ia seperti sedang menahan malu yang teramat sangat. 

Mungkin ini rasanya diterbangkan ke langit kemudian dilempar ke dasar jurang. Sakitnya tuh di sini. Rommy mungkin suatu hari bisa bercerita bagaimana rasanya.

Gerakan KPK sekejap membungkam mulut Rommy. Lenyap sudah senyum khas lebarnya yang memperlihatkan deretan gigi putihnya seperti iklan pasta gigi.

Rommy tak sanggup lagi berjalan dengan kepala tegak. Ia berjalan sambil terus menunduk, berlindung di balik punggung petugas. Seolah tak mampu menghadapi dunia ini lagi. Inginnya tenggelam ke dasar bumi. Petugas KPK harus ekstra menjaganya. Jangan sampai terjadi sesuatu lebih tragis di dalam penjara. 

Ia intelektual muslim muda yang dihormati, terlihat dekat dengan orang nomor satu di Indonesia, tiba-tiba diketahui bertekuk lutut di hadapan setumpuk uang. Tuhannya ternyata uang. 

Cuitan Mahfud MD, "Ini hanya soal waktu," mengisyaratkan bahwa Rommy bermain-main dengan api korupsi sudah lama, bukan baru-baru ini, bukan baru pertama kali.

Rommy adalah pelajaran untuk mampu berkata cukup pada diri sendiri. Tahu bagaimana menjaga batas. Berhati-hati dengan kebiasaan-kebiasaan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal buruk yang dilakukan berulang bisa membuat seseorang merasa bahwa apa yang dilakukannya itu bukan sesuatu yang buruk.

Rommy sekaligus pengingat bahwa musuh terbesar kita bukan orang lain, bukan siapa-siapa. Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Manusia tabiatnya tidak pernah puas. Tidak pernah cukup. Selalu kurang. Keinginan terus berkembang. Setiap detik bisa berubah.

Tabiat yang sesungguhnya tidak selalu buruk. Tabiat yang bisa menjadi baik atau buruk tergantung si manusia menggunakannya dalam konteks apa. Tabiat yang sebagian orang menyebutnya ambisi, passion.

Entah apa yang dicari Rommy.

*Penulis adalah Jurnalis Tagar News

Baca juga:

Berita terkait
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu