Semarang - Pengasuh dan lima santri perempuan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah di Dusun Sobotuwo, Desa Kronggen, Kecamatan Brati, Kabupaten Grobogan meninggal dunia usai tercebur di lubang galian C, Senin, 9 Maret 2020. Kepolisian setempat menindaklanjuti peristiwa nahas itu dengan langkah penyelidikan.
Kalau pemilik nanti akan ada penyelidikan dengan cara pemeriksaan, interograsi.
Penyidik Polsek Brati, Grobogan segera mengagendakan pemeriksaan pihak-pihak yang dirasa mengetahui seputar pengelolaan tambang di desa tersebut. Termasuk menyasar pengelola atau pemilik tambang. Upaya ini guna mengetahui ada tidaknya pelanggaran kelalaian yang menyebabkan meninggalnya orang lain.
"Diketahui sendiri karena galian ini harus ada yang jaga untuk mengingatkan jika ada orang yang merapat ke lokasi atau main-main," tutur Kepala Polsek Brati Ajun Komisaris Asep Priyana, Selasa, 10 Maret 2020.
Menurut Asep, saat kiai dan santrinya tercebur di kolam galian, situasi di lokasi sedang sepi. Pihaknya masih memastikan tidak adanya penjagaan itu apa karena memang sedang libur atau sedari awal tidak ada upaya pencegahan terhadap orang tidak berkepentingan. Karenanya keterangan dari pemilik dan pengelola sangat dibutuhkan.
"Kalau pemilik nanti akan ada penyelidikan dengan cara pemeriksaan, interograsi. Kalau terbukti ada kelalaian, ya, sesuai undang-undang, kami tetap ada penindakan," ucap dia.
Disinggung soal standar pengamananan lokasi penambangan, Asep menyatakan hal itu menjadi ranah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan untuk menentukan. Pihaknya dalam posisi back up kegiatan aparat pemerintah jika ada pelanggaran peraturan daerah.
"Yang memberikan standar atau tidak itu ya dari pemkab. Kalau kepolisian hanya mengamankan. Kalau tidak sesuai atau tidak ada persyaratan, izinnya, ya kami lakukan penindakan," ujarnya.
Asep menambahkan pihaknya sudah melakukan olah tempat kejadian perkara usai seluruh korban dievakuasi. Untuk saat ini, lokasi galian C maut ditutup sementara guna kepentingan penyelidikan dan pencegahan kejadian serupa terulang. "Kami akan lihat latar belakang kejadian itu, biar lebih jelas penyebabnya apa. Apa memang kecelakaan atau hal lain. Tapi kalau dilihat, ya kecelakaan karena karena terpeleset," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, KH Wahid, pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah dan lima santri perempuannya meninggal dunia di lubang galian C yang berjarak sekitar 100 meter dari pesantren.
Mereka baru saja kerja bakti di lingkungan pondok dan bermaksud membersihkan diri kolam penambangan. Nahas, salah satu santri terpeseleset dan coba ditolong oleh korban lain. Malah keenamnya tercebur dan tenggelam di kolam berkedalaman sekitar 2,5 meter itu. []
Baca juga:
- Kelalaian Fatal Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman
- Tahanan Kabur Labuhanbatu Diduga Kelalaian Polisi
- Tiga Pekerja Tewas, Polisi Dalami Dugaan Kelalaian Proyek Apartemen Pakubowono