Petik Buah dari Halaman, Pria di Aceh Jadi Jutawan

Deni Ardiansyah, pria lajang di Aceh, lebih memilih menjadi petani buah ketimbang menjadi pekerja kantoran dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kebun buah Deni yang kerap dikunjungi warga sembari menikmati pemandangan dan petik sendiri pada Selasa 8 Oktober 2019.(Foto: Tagar/Khairuman)

Singkil - Menjadi seorang pengusaha sukses tentu diidamkan banyak orang. Terlebih hal tersebut dituai dalam usia yang relatif muda. Jutawan itu adalah Deni Ardiansyah, warga Desa Pertabas, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil.

Pria berstatus lajang ini terus terang tidak malu berkiprah menjadi petani. Sebab, dari sini dia dapat meraup omzet jutaan rupiah setiap bulannya, hanya dengan memetik buah yang tertanam di pekarangan rumah.

Sudah lima tahun ini Deni, sapaannya, tekun bergelut menjadi penanam buah. Diperkirakan pemasukan bersih yang ia kantongi senilai Rp 6 juta per bulan. Hal tersebut tentu membanggakan, karena jerih payah ini dirintis dari nol.

Ketika dihampiri Tagar di kediamanannya pada Selasa, 8 Oktober 2019 lalu, pria berusia 27 tahun ini terlihat sedang sibuk mengais tanah gambut di pot untuk proses penggemburan.

Wajahnya nampak riang saat merawat buah naga dan jambu madu yang ia tanam. Seketika Deni tertegun, lalu menghentikan aktivitas membersihkan daun tua pohon jambu madu.

Saya terus menggeluti usaha kebun buah-buahan ini selama bertahun-tahun, karena setiap tahun permintaan pelanggan buah segar meningkat.

Sedikit mengernyitkan kening, pria bertubuh tegap itu akhirnya menyadari juga kedatangan tamu lama. "Hei selamat datang teman-teman," ujar Deni menyambut para tamu dengan senyum gembira.

Kedatangan Tagar dari Kota Singkil ke perkebunan yang Deni kelola memang sudah diagendakan sejak beberapa waktu lalu. Setiba di sini, Deni masih hangat seperti yang dulu. Tak ubahnya, meski sudah lama tidak bersua dia nampak tidak kaku.

Deni bagi saya bukan orang asing lagi. Sebab, kami pernah satu kampung ketika orang tuanya masih berdomisili di Desa Pulo Sarok, Kecamatan Singkil, Provinsi Aceh.

Pria berambut ikal ini mengaku apa yang dia kerjakan saat ini tak terlepas dari usaha, doa, dan dukungan sang ibu. Dia memilih berwirausaha saja, enggan mengikuti jejak sang ayah yang merupakan seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kebun buah milik Deni, hari itu terlihat sangat asri dan bersih, segar dipandang mata. Hal ini menjadi penanda keuletannya benar-benar nampak dalam merawat beragam jenis tanaman buah yang dia tanam.

Jenis-jenis buah yang ada di sana seperti jambu mutiara hitam, jambu air, jambu king ros, jambu citra, jambu taiwan, jambu super merah, jambu madu yang merupakan varietas berbagai macam jambu dan jambu kristal.

Selanjutnya dia juga menanam buah naga jenis super red, jeruk lemon tea, jeruk lemon Brazil, buah kelengkeng, kedondong, dan masih banyak jenis buah-buahan segar siap konsumsi lainnya bila sudah masak.

Untuk pemasaran, biasanya, melalui pedagang buah yang memang sedang mencari buah segar, utamanya pedagang jus dan masyarakat setempat yang datang langsung ke lokasi.

"Saya terus menggeluti usaha kebun buah-buahan ini selama bertahun-tahun, karena setiap tahun permintaan pelanggan buah segar meningkat," kata Deni.

Sebenarnya, lahan di seputaran pekarangan rumahnya tidak begitu luas, hanya 700 meter persegi atau kalau orang sini biasa menyebutnya satu rantai setengah. Dari luasan tanah itu, dia dapat memanen hasil kebun dan meraup untung per bulan mencapai Rp 6 juta bersih dia kantongi.

Kebun buah milik Deni tumbuh subur di antara ratusan hektar usaha kelapa sawit di kawasan pegunungan tempat ia bermukim saat ini.

Dia mengaku, banyak petani sawit di sini terkagum-kagum melihat keuletan dan 'keganjilan' hobi Deni. Dia sama sekali tidak tertarik menjadi petani sawit seperti yang banyak dilakukan penduduk sekitar. 

Ingin Mengubah Nasib

Deni Buah Aceh 2Deni perhatian penuh dengan kebun buahnya terutama di saat masa panen, agar terhindar dari tangan-tangan jahil pada Selasa 8 Oktober 2019.(Foto: Tagar/Khairuman).

Saat ditanya mengapa lebih memilih menanam buah-buahan, Deni hanya tersenyum semringah, kemudian ia tertawa terbahak-bahak. 

"Ha-ha-ha, entahlah saya merasa terhibur dan hal ini membuat semangat saya bertambah dikala timbul kejenuhan," tuturnya.

Saat disodori pertanyaan, apa yang melatarbelakangi pria lajang itu menjadi pengusaha muda, jawabnya sangat sederhana. Deni menceritakan, hidup menjadi petani buah dirintis sejak tahun 2014 lalu. 

Hatinya sempat risau, gamang bukan kepalang. Tinggal seatap bersama orang tua, namun masih menjadi pengangguran. Sebab, dia sempat menolak untuk melanjutkan kuliah setelah lulus sekolah. Seiring waktu berjalan, Deni dapat berkompromi dengan dirinya sendiri.

"Saya kala itu sudah lama menganggur, karena ketika lulus SMA tahun 2010, saya enggan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi," ujarnya sembari ketawa renyah.

Sangat bersyukur, tahun-tahun berlalu kebun saya banyak juga dikunjungi sejumlah warga yang ingin membuat usaha seperti saya.

Tahun 2014 semuanya mulai berbalik usai kakaknya pulang dari Malaysia membawa bibit buah naga dan jenis buah lainnya yang ditanam dalam pot. Diperkirakan tanaman itu dibeli seharga Rp 180.000 per batang.

Sejak saat itu, untuk mengubur kekosongan waktu luang, Deni mulai iseng hidup bercocok tanam sembari menjaga warung. Di kala waktu senggang, dia menyibukkan diri terus menanam bibit-bibit buah segar yang super.

Tahun demi tahun terus berjalan. Berbekal ilmu pertanian autodidak dan teori yang ia dapat, Deni akhirnya memilih fokus saja untuk berwirausaha menanam, untuk selanjutnya memanen buah-buahan dan menjualnya.

"Alhamdulillah berkat belajar secara autodidak dan berbagi pengalaman dengan sejumlah petani buah baik lokal maupun dari berbagai daerah, akhirnya sukses," ucapnya.

Menurut dia, ini menjadi perjalanan yang sangat melelahkan nan berharga. Terlebih, selama menjadi pengusaha, dia tak pernah bergantung dari bantuan pemerintah setempat. Justru kiprahnya dapat menginspirasi banyak orang.

"Saya sangat bersyukur, tahun-tahun berlalu kebun saya banyak juga dikunjungi sejumlah warga yang ingin membuat usaha seperti saya, sehingga tak jarang saya juga kadang dikontrak menjadi leader pemandu bagi petani-petani buah pemula," kata dia dengan wajah bangga.

Selama menjalani usaha ini, Deni hanya terkendala minimnya lahan. Sehingga untuk memperluas kebun, beberapa batang pohon sawit yang sudah tidak produktif mesti ia tumbangkan.

Untuk menjaga kualitas tumbuh kembangnya tanaman, pupuk organik yang dimanfaatkan Deni adalah pupuk kandang. Dia sengaja tak mau menggunakan jenis bahan kimia yang menurutnya dapat merusak unsur hara tanah.

Deni Buah Aceh 2Para pedagang buah, dan jus buah kerap menyambangi kebun buah milik Deni Ardiansyah pada Selasa, 8 Oktober 2019.(Foto: Tagar/Khairuman).

Selain menjual buah-buahan hasil panen, dia juga melego beberapa batang bibit jambu, jeruk lemon seharga Rp 50 ribu hingga 100 ribu per batang. Intinya, berwirausaha ia nilai harus mempunyai komitmen tinggi, bukan sekadar iseng-iseng saja.

"Intinya iseng-isenglah disertai hobi, hobi yang berbayar membuat rasa jenuh menjalani hidup tak sia-sia," ujarnya.

Pria yang kerap ditunjuk menjadi motivator sekaligus konsultan tani ini memandang, untuk memulai setiap usaha atau merintis suatu hal yang dicita-citakan, orang itu harus yakin betul dan semangat mesti terus berkobar. Sehingga, usaha terus berjalan maju, meskipun pelan tetapi pasti.

"Saya paling hobi berbagi pengalaman, apalagi sesama pekebun buah, ilmu tanam-tanaman semakin berkembang, sehingga mengimplementasikannya semakin maksimal," tuturnya.

Kesal Diusik Si Tangan Panjang

Tanaman Buah NagaTanaman Buah Naga di Aceh Singkil pada Selasa 8 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Khairuman).

Namun rasa kesal dan dongkol selama bercocok tanam tetap menghinggapinya. Alasan utama adalah saat buah yang siap dipanen malahan dicuri si tangan panjang. 

"Hal ini tak jarang terjadi kendati saya sudah bertahun-tahun menjadi pekebun buah," tuturnya.

Pada saat menjadi pemandu bagi sejumlah petani buah pemula di Aceh, Deni berulang kali menekankan, salah satu kendala yang teramat besar dihadapi petani bukan menyoal rugi, tetapi rasa semangat bercocok tanam bisa pupus seketika hanya karena masalah buahnya dicuri. Ini bukan soal berbicara pelit, karena berkaitan dengan jerih payah dan tenaga.

Menurut dia hal tersebut jangan dipikirkan, melainkan harus diperhatiankan agar kebun buah terjaga, sehingga dapat meminimalisir aksi pencurian.

"Perhatian penuh terhadap lahan perkebunan harus terus diusahakan, di waktu penanaman perdana dan di waktu masa akan panen," ujarnya.

Deni ingin menyampaikan kepada para anak muda dan petani buah, untuk terus berusaha, jangan terlalu bergantung dengan pekerjaan kantoran, harus memanfaatkan pekarangan halaman rumah dan mampu membuat perekonomian keluarga kokoh. 

"Bumi kita subur, manfaatkanlah," kata Deni. []

Berita terkait
Wisata Petik Sendiri Buah Naga di Aceh Singkil
Kebun buah naga di Desa Suka Makmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, dikunjungi banyak wisatawan untuk petik sendiri
Lima Biji Buah-Buahan yang Bermanfaat Buat Kesehatan
Biji buahan-buahan sering dianggap tidak memiliki manfaat,tapi ternyata punya khasiat yang baik untuk kesehatan.
Peach dan Empat Buah Cocok Dimakan Saat Musim Hujan
Musim hujan harus memperbanyak makan buah untuk menjaga kesehatan dan tidak rentan terserang penyakit.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.