Lhokseumawe, Aceh – Sejumlah warga yang tinggal di salah satu desa di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, mengerebek rumah kosong dan ditemukan tiga pasangan non muhrim sedang diduga melakukan pesta seks.
Keenam orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan yang rata-rata usianya dibawah itu mengaku sudah menginap di rumah kosong selama 4 hari dan telah melakukan hubungan layaknya suami-istri berulang kali dengan waktu yang berbeda bahkan melakukan hubungan dengan gonta-ganti pasangan atau disebut swinger.
Direktur Yayasan Permata Aceh Peduli (YPAP), Khaidir mengatakan, pesta seks tersebut merupakan bukan hal yang baru di Aceh, karena sebelumnya memang sudah pernah ditemukan.
“Persoalan pesta seks ini bukan hal yang baru di daerah kita ini, bahkan bukan hanya pasangan yang berbeda jenis kelamin saja, untuk pasangan sesama jenis juga pernah ditemukan melakukan pesta seks,” ujar Khaidir, Senin, 5 Oktober 2020.
Khaidir menambahkan, berdasarkan hasil pengakuan pendampingan yang dilakukan oleh lembaga itu, dari kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan kalangan LGBT, bahwa mereka sering melakukan pesta seks, hanya saja tidak diketahui ke publik.
Persoalan pesta seks ini bukan hal yang baru di daerah kita ini, untuk pasangan sesama jenis juga pernah ditemukan melakukan pesta seks.
Hal tersebut merupakan lemahnya pengawasan, sehingga 65 persen remaja mencari informasi melalui internet, kemudian 35 persen para kalangan remaja mencari informasi secara sharing bersama dan hanya 10 persen orang tua yang membahas seks edukasi terhadap anak.
“Kondisi itu sebenarnya sudah lama terjadi, namun tidak pernah terungkap, karena seks dan narkoba memiliki kaitan erat. Pesta seks ini bukan hal baru di Aceh, sebelumnya pernah ditemukan di hotel-hotel dan tempat lainnya,” tutur Khaidir.
Tambahnya, pihaknya sudah menemukan pesta seks di Aceh sejak tahun 2011 yang lalu, namun untuk pelakunya anak yang masih di bawah umur baru ini yang ditemukan, kondisi realnya sebenanya, apa yang terjadi di metropolitan dan juga terjadi Aceh.
“Sebenarnya inilah bom waktu bagi kita semua, akibat pergeseran moral para kalangan remaja. Inilah sebuah indikator tingginya yang terjangkit HIV dan AIDS di Aceh,” kata Khaidir. [PEN]
Baca juga:
- Misteri PSK Barter Sabu-sabu Hingga Hamil di Aceh
- Kisah Waria di Aceh Saat Melayani Syahwat Tamunya
- Motif Penjualan PSK ABG di Padang Pariaman Terkuak