Pengusaha Sarung Tegal: Kalau PHK, Mereka Makan Apa

Pemilik PT Asaputex, produsen sarung di Kota Tegal menyatakan tidak melakukan PHK ribuan pekerjanya di tengah pandemi corona.
Karyawan PT Asaputex, Kota Tegal, Jawa Tengah sedang mengemas sarung yang akan dikirim ke pasar domestik dan ekspor, Sabtu, 4 April 2020. Asaputex tidak mem-PHK ribuan karyawannya di masa pandemi virus corona. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

Tegal - ‎Komitmen kuat di tengah badai virus corona ditunjukkan seorang pengusaha asal Kota Tegal, Jawa Tengah. Pemilik PT Asaputex, salah satu produsen sarung di Kota Tegal, Jamaludin Al Katiri menyatakan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya. 

Jamaludin mengakui pandemi virus corona berdampak pada lesunya geliat ekonomi global, termasuk di Tanah Air. Bahkan sudah memukul sejumlah pelaku usaha dan industri tekstil di seputaran Kota Bahari. Sejumlah produsen sarung yang ada di wilayah eks Keresidenan Pekalongan sudah mulai menyetop produksi dan merumahkan karyawan.

Kalau karyawan di-PHK, mereka mau makan apa? Sebentar lagi juga mau lebaran, kalau PHK, mereka nanti tidak dapat THR.

Tak terkecuali dengan pabrik sarung yang dipimpinnya. Pandemi Covid-19 juga menghambat pengiriman sarung yang diproduksi PT Asaputex ke pasar domestik dan luar negeri. Meski demikian, Jamaludin tetap menjalankan produksi dan mempertahankan seluruh karyawan untuk bekerja.

"Kami tidak melakukan PHK. Kalau karyawan di-PHK, mereka mau makan apa? Sebentar lagi juga mau Lebaran, kalau PHK, mereka nanti tidak dapat THR," kata Jamaludin, Sabtu 4 April 2020.

Kebijakan itu diambil setelah ada sinyal positif dari pemintaan luar negeri. Pasar mancanegara tetap terjaga tinggi, malah ada peningkatan hingga 20 % imbas melonjaknya permintaan dari pasar internasional. Untuk itu, karyawan yang bekerja juga ditambah. 

"Produksi malah meningkat dan karyawan ditambah yang baru. Peningkatan sekitar 20 persen," katanya.

Jamaludin mengaku pandemi Covid-19 ‎hanya berdampak pada waktu pengiriman produk ke sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah. Waktu pengiriman dari normalnya satu bulan menjadi dua bulan.

"Ekspor masih kuat. Yang jadi kendala cuma waktu pengiriman. Dulunya kontainer ke Afrika bisa 30 hari sekarang 60 hari karena harus transit. Mungkin ada pemeriksaan atau apa yang kami tidak tahu," ujarnya.

Kendala serupa juga dihadapi dalam pengiriman produk ke pasar domestik. Hal ini karena jumlah kapal pengiriman yang minim dan banyak perusahaan ekspedisi yang menghentikan operasional imbas semakin masifnya penyebaran virus corona.

"Permintaan dalam negeri masih ada. Yang terhambat pengiriman antarpulau. Dulunya kapal pengiriman setiap hari ada, sekarang hanya satu minggu sekali. Kami berharap dengan datangnya Ramadan, permintaan sarung akan meningkat di Idul Fitri,"‎ ucap dia. 

Jamaludin optimis pandemi global Covid-19 akan segera berakhir dan industri tekstil akan kembali normal. Ia juga menyatakan dukungannya kepada kebijakan apapapun dari pemerintah dalam menangani virus corona.

‎"Harapan kami pemerintah bisa cepat menangani agar badai ini cepat berlalu dan kami dukung apapun kebijakan pemerintah. Seperti Kota Tegal melakukan isolasi wilayah, kami dukung. Karena pemerintah lebih tahu daripada kami yang orang awam. Kami menyesuaikan saja," ujarnya.

Terkait kebijakan yang sudah diambil pemerintah dalam memerangi Covid-19, Jamaludin mengatakan ‎pihaknya sejak awal Maret sudah melakukan langkah-langkah penyesuaian dalam operasional pabrik. Di antaranya dengan menerapkan physical distancing saat karyawan bekerja, mewajibkan cuci tangan dengan sabun dan pemeriksaan kesehatan.

"Karyawan juga bisa bekerja di rumah tanpa mengurangi hasil produksi. Dari 1.800 karyawan, kira-kira hanya 400 yang bekerja di tiga pabrik, sisanya bekerja di rumah. Untuk produksi sarung ATBM (alat tenun bukan mesin), alat tenunnya kami kirim ke rumah‎," ucap dia. []

Baca juga: 

Berita terkait
PHK Massal Buruh Catering BUMN
PT Aerofood ACS melakukan PHK sepihak terhadap buruh Catering tanpa alasan yang jelas. Padahal, kontrak berakhir pada Juni 2020.
PHK di Tengah Corona, Jokowi Anggarkan Rp 10 Triliun
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggarkan dana Rp 10 triliun untuk mengantisipasi lonjakan PHK di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Dampak Corona Ekonomi Lemah, Buruh Harap Bebas PHK
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Jawa Timur menginginkan Dinas Kerja dan Transmigrasi meminta kepastian pada perusahaan agar tidak ada PHK.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara