Pemprov Jatim Dorong Akademisi Riset Telur Dioksin

Pemprov Jatim mendorong bagi akademisi untuk melakukan riset agar melihat apakah telur di Jatim mengandung telur dioksin.
Kepala Medik Veteriner Dinas Peternakan Jatim Iswahyudi. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang – Isu adanya kandungan racun dioksin pada tahu dan telur ayam di Jawa Timur (Jatim) membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim mengimbau dan meminta akademisi serta peternak di Malang ikut meluruskan isu dioksin. Salah satunya dengan melakukan riset.

Kepala Medik Veteriner Dinas Peternakan Jatim Iswahyudi berharap hasil riset akademisi dan peternak menjadi patokan untuk semua kalangan. Khususnya Pemerintah untuk meluruskan isu dioksin yang sudah kadung beredar di masyarakat. 

"Nah, yang kami minta sekarang ini adalah masing-masing stakeholder ambil peran. Harus ada langkah konkrit yang salah satunya bisa dengan cara melakukan riset,” ujarnya saat ditemui di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Senin 25 November 2019.

Iswahyudi menyarankan jangan melakukan di tempat sama seperti yang dilakukan oleh International Pollutants Elimination Network (IPEN), NEXUS3 Foundation, Ecoton, dan Arnika.

Harus ada langkah konkrit yang salah satunya bisa dengan cara melakukan riset.

”Percuma kita ambil sampel di daerah yang sama. Itu membuang energi. Hasilnya akan sama saja. Untuk itu, ambil (riset) di segmen lain,” ungkap alumnus Magister Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur itu kepada Tagar.

Secara pribadi ataupun instansi, dirinya memang tidak membantah satupun hasil riset yang dilakukan jaringan lingkungan tersebut. Hanya saja, dia mengkritik pemberitaan yang dilakukan media.

”Dari penelitian yang dirilis IPEN. Itu tidak ada yang aneh-aneh. Dia hanya menyertakan hasil riset dari pembakaran plastik yang berdampak bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu sampelnya kebetulan diambil dari ayam liar dan telur yang berada di sekitar lokasi,” ujarnya.

Dirinya pun juga tidak mempermasalahkan aktivis lingkungan tersebut mengambil sampel dari ayam di sekitar lokasi. Karena, tujuan mereka untuk mengetahui dampak pencemaran lingkungan di suatu tempat. Dan cara mudahnya memang bisa mengambil sampel dari ayam dan telurnya.

Dijelaskannya, secara teori jika misalnya ketika sebuah telur diketahui terpapar dampak pencemaran lingkungan. Sudah pasti induk ayamnya pun juga terpapar. Dari hasil itu, bisa diambil sedikit kesimpulan bahwa lingkungan tersebut sudah tercemar.

”Mereka itu, dalam hal ini menggunakan ayam lokal yang di sana hanya ingin memotret. Apakah lingkungan sudah tercemar atau tidak. Dan itu sudah dijelaskan dan kami tidak membantahnya,” tegas mantan Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Pemprov Jatim untuk Malang tahun 2009-2013 itu.

Disisi lain, Iswayudi juga tidak membantah bahwa telur di Indonesia bebas dari dioksin. Memang ada, hanya saja kadar levelnya tidak melebihi hitungan ambang batas seperti dalam laporan di jaringan lingkungan itu.

”Kami juga sadar. Tidak mungkin telur ayam itu 0 (bebas) dari dioksin. Pasti ada. Tetapi kan levelnya yang harus kita pertimbangkan,” kata pria kelahiran Lamongan, Jatim itu.

Dia mencontohkan ayam ras yang banyak dikembangkan peternak dengan sistem good farming practices di Jatim. Disebutkannya bahwa kadar levelnya jauh di bawah ambang maksimal tersebut.

Sementara itu, kontribusi ayam ras penghasil telur di Jawa Timur sendiri hampir 92 persennya untuk produksi Nasional. Artinya, telur-telur yang beredar di masyarakat dihasilkan dari peternakan yang menerapkan prinsip good farming practices.

”Ini juga yang tidak bisa dibantah (peternakan dengan prinsip good farming practices). Itu bisa kita pastikan keamanannya,” tuturnya.

Seperti data yang disampaikan Iswahyudi. Produksi telur di Jatim setiap tahunnya kurang lebih mencapai 542 ribu ton. Setara sebanyak 8,2 milyard butir telur.

Dari jumlah itu, sebanyak 96 persen telurnya bersumber dari ayam ras yang dilakukan dengan prinsip peternakan tadi. Sebanyak 3,7 persennya bersumber dari ayam kampung non ras. Sisanya lagi dari beberapa jenis ayam kampung yang dikandangkan untuk menghasilkan telur.

”Jadi, ayam kampung yang diliarkan untuk menghasilkan telur benar-benar sangat kecil dari total produksi telur di Jawa Timur selama satu tahun itu,” ungkap alumnus Doktor Sains Veteriner Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur itu.

Sekali lagi, dia mengimbau kepada semua pihak untuk berbagi peran dalam meluruskan isu tersebut. Dirinya, melalui Dinas Peternakan Jatim akan fokus melakukan gerakan-gerakan dibidang peternakan sesuai visi dan misinya.

Kemudian, dari akademisi dia meminta untuk bisa berperan dengan cara melakukan riset. Harapannya bisa memastikan bahwa dioksin yang ada di peternakan komersial ambangnya dibawah ambang maksimal.

”Sedangkan untuk peternak. Bisa berperan dengan memastikan sudah menerapkan peternakan berstandard good farming practices. Dan itu tinggal dilakukan agar tidak berbeda dengan yang dilapangan,” terangnya. 

Seperti diketahui, riset yang dalam laporannya berjudul Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain (limbah plastik meracuni rantai makanan Indonesia) itu dilakukan di dua desa di Jawa Timur yaitu Desa Bangun, Mojokerto dan Tropodo, Sidoarjo. []

(Moh Badar Risqullah)

Baca juga:

Berita terkait
Nama Sekda Surabaya Dicatut Penipuan CPNS
Nama Sekda Surabaya Hendro Gunawan yang dicatut oleh orang tak dikenal (OTK) untuk memuluskan kelulusan CPNS.
Polres Sampang Amankan 6 Orang Pembawa Senjata Tajam
Enam orang diamankan karena karena membawa senjata tajam pada pelaksanaan Pilkades serentak, Kamis 21 November 2019 lalu.
Hadapi WTO Tantangan Guru di Surabaya Semakin Berat
Risma mengatakan era industri 4.0 saat ini tantangan berat bagi guru untuk menyiapkan siswa agar bisa bersaingan WTO atau pasar bebas.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.