Pasutri yang Ditemukan Tewas di Pasangkayu Korban Pembunuhan

Pasutri yang ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamarnya di Pasangkayu Sulbar merupakan korban pembunuhan.
Mayat Pasutri yang bersimbah darah ditemukan di dalam kamarnya di Pasangkayu Sulbar merupakan korban pembunuhan. (Foto: Tagar/Eka Musriang)

Pasangkayu - Pasangan Suami Istri (Pasutri) asal Dusun Sipatuo, Desa Martasari, Kecamatan Pedongga, Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat (Sulbar), Rahman, 43 tahun, serta Hariani, 36 tahun, yang ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamarnya merupakan korban pembunuhan, mereka digorok dan dibacok oleh pelaku.

"Rahman lehernya digorok, sedangkan Hariani dibacok bagian dadanya," kata Kapolres Pasangkayu, AKBP Leo Siagian, Kamis 12 November 2020.

Leo Siagian mengungkapkan selain digorok dan dibacok, Pasutri tersebut mengalami luka pada beberapa bagian tubuh lainnya.

"Jari Hariani sampai terputus akibat bacokan," katanya.

Rahman lehernya digorok, sedangkan Hariani dibacok bagian dadanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa setelah melakukan olah TKP, pihaknya berhasil mengamankan beberapa barang bukti.

"Ada empat unit handphone, dua bilah parang, serta beberapa pakaian," kata Leo.

Rahman mengalami luka robek pada leher dan Hariani mengalami luka bacok pada bagian dada bawah dan ibu jari tangan kiri putus.

Sementara motif terbunuhnya Pasutri tersebut masih dalam penyelidikan, kedua mayat korban telah diserahkan ke keluarganya setelah dilakukan visum.

Diketahui, mayat Pasutri tersebut pertama kali ditemukan oleh anaknya sendiri di dalam kamarnya, Rabu 11 November 2020 kemarin, sekira pukul 06.30 WITA pagi. []

Berita terkait
120 Orang Terjaring Operasi Masker di Pasangkayu Sulbar
Polres Pasangkayu bersama pemerintah semakin gencar melakukan razia masker dan protokol kesehatan demi tegaknya Perbup.
Anggota DPRD Pasangkayu dari Partai Gerindra Terancam Dipecat
Anggota DPRD Kabupaten Pasangkayu Sulbar terancam dipecat. Ini penyebabnya
Politik Dinasti di Pasangkayu Sulbar Berpotensi KKN
Dinasti politik di Kabupaten Pasangkayu Sulawesi Barat berpotensi terjadinya tragedi politik