Pakai Gerobak, Mahasiswa Siantar Jadi Penjual Sayur Milenial

Holong Situmorang adalah mahasiswa semester satu di Politeknik Gihon Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Holong Situmorang (kiri), mahasiswa di Pematangsiantar. (Foto: Tagar/Ist)

Pematangsiantar - Holong Situmorang adalah mahasiswa semester satu di Politeknik Gihon Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Anak muda asal Desa Parbaba, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, itu kini dapat job baru selain tentu kuliahnya tak ditinggalkan.

Holong menjadi tukang sayur milenial. Dia akan berjualan sayur mayur menggunakan satu unit gerobak yang disediakan bank sentral di Kota Pematangsiantar.

Holong tak merasa malu berjualan sayur mayur? Yang kabarnya akan dimulai sejak Senin, 2 November 2020 di Jalan Sutomo, Kota Pematangsiantar.

"Lha, ngapain malu. Selagi masih uang, ngapain malu. Tapi kalau tadi mencuri malulah," kata Holong, pria kelahiran 9 Juli 2002.

Selain itu, ujar dia, dengan menjadi penjual sayur, ingin menambah pengalaman untuk bekerja dan bermasyarakat.

"Karena apa, kalau kita dikenal banyak orang maka kita bisa hidup di mana saja," katanya.

Holong memang ingin menjadi seorang wirausaha kelak. Semula cita-citanya menjadi tentara, namun postur tubuh tak proporsional.

Itu sebabnya dia menerima tawaran jadi tukang jualan sayur, sebagai pengalaman baru buatnya.

Adalah Togu Simorangkir yang mengajaknya. Pegiat sosial dan literasi ini, sejak lama dia kenal. 

Togu pernah membuka Sopo Belajar Janji Maria di kampungnya Holong di Samosir.

Holong salah satu murid sopo belajar tersebut. Holong juga pernah dibawa oleh Togu ke Jakarta saat acara Gramedia.

Dalam pandangan Holong, saat ini masih banyak anak muda belum siap untuk mandiri atu mau terjun ke dunia usaha di saat masih kuliah.

Alasan beragam, mulai karena faktor gengsi, hingga merasa masih mahasiswa sehingga lebih fokus belajar.

"Kalau pandangan aku untuk anak muda sekarang, ya kayak agak gengsi gitu. Tapi sebagian lagi seperti kawan aku katanya waktu nggak ada karena alasan kuliah. Kalau minat sih ada untuk sebagian orang, tapi tidak ada kesempatan untuk melakukannya," katanya.

Perkiraanku, si penjual minimal bisa bawa pulang Rp 40 ribu, hanya dalam empat jam

Togu kepada Tagar mengatakan, aksi kali ini dia sebut dengan Tomato Farmart. 

Dia mengajak anak muda milenial memulai usaha dan juga memberdayakan petani secara langsung.

Togu SimorangkirTogu Simorangkir dengan gerobak sayurnya. (Foto: Tagar/Ist)

Dia fasilitasi anak muda atau mahasiswa berjualan produk pertanian menggunakan gerobak. Gerobak sebanyak tiga unit diberikan oleh bank sentral.

"Jadi aku akan beli sayur dari petani yang jadi mitra Tomato Farmart dengan harga yang lebih mahal dari tengkulak. Lalu dijual dengan harga, yang sama dengan pasar atau bahkan lebih murah. Jadi kami berhubungan dengan petani," katanya.

Aksi ini dia sebut dimulai sejak Senin, 2 November 2020. Dari tiga gerobak sayur yang sudah disiapkan, baru satu yang akan beroperasi.

Togu masih mencari dua lagi anak muda milenial yang mau bermitra dengannya. 

"Besok kami akan operasikan satu gerobak. Karena baru satu dapat pemuda milenialnya. Sekalian melatih mereka menjadi entrepreneur. Dua gerobak lagi menunggu ada tukang sayurnya," ujarnya.

Dia sebutkan, sejauh ini sudah ada Kelompok Tani Melati di Desa Silulu dan Pematang Gajing, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, yang akan menjadi mitra Tomato Farmart.

"Kami mulai dengan dua tiga petani dulu. Nantinya akan melibatkan banyak petani. Karena kami akan siapkan retail dan aplikasi," katanya.

Untuk produk pertanian yang akan dijajakan, di antaranya sayur mayur, ayam, buah-buahan, telur bebek, telur ayam kampung dll.

"Jadi dari nanti sore aku sudah ambil sayur ke petani. Besok jam 5.30 pagi berangkat dari rumah untuk menyiapkan sayur di gerobak. Gerobak sayur hanya sampai jam 10.30. Kalau ada yang mau beli setelah itu, sepanjang barang masih ada, bisa dibeli di toko Tomato Farmart di Patuan Anggi 186," katanya, Minggu, 1 November 2020.

Dia memberikan contoh, sayur kangkung yang sudah dipesan ke petani langsung disebut harga Rp 1.500 per ikatnya. Namun Togu berani membelinya Rp 3.000 per ikat.

"Jadi aku naikkan 100 persen seperti kangkung beli dari petani. Senang kali petaninya. Kami mulai sedikit dulu, melihat respons pasar," ungkapnya.

Lalu keuntungan buat si penjual sayur, Togu memastikan ada. Holong, mahasiswa yang menjadi penjual akan mendapatkan komisi per item yang terjual.

"Perkiraanku, si penjual minimal bisa bawa pulang Rp 40 ribu, hanya dalam empat jam. Biar si mahasiswa bisa bayar uang kuliah sendiri," katanya.

Togu pun menjelaskan maksud besar dari aksinya ini, yakni meningkatkan ekonomi petani, memberikan produk petani yang berkualitas, melatih mahasiswa atau pemuda berwirausaha, dan mencipatkan lapangan pekerjaan.

"Itulah tujuan Tomato Farmart dengan gerobak tukang sayur milenialnya," tukasnya.[]

Berita terkait
Mimpi Togu Simorangkir Mengurusi Orang dengan Gangguan Jiwa
Togu Simorangkir setiap hari menyempatkan waktu memberi nasi bungkus kepada orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ di Pematangsiantar.
Wanita Miskin Siantar, Togu: Namboru Itu Minta Demban
Rosmawati boru Tamba, wanita miskin di Pematangsiantar, mendapat perhatian dari pegiat sosial Togu Simorangkir.
Togu Simorangkir, Berbagi Makan Gratis di Era Pandemi
Aksi beri kami makanan secukupnya atau beka manise di masa pandemi Covid-19 digagasi Togu Simorangkir di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.