Mimpi Togu Simorangkir Mengurusi Orang dengan Gangguan Jiwa

Togu Simorangkir setiap hari menyempatkan waktu memberi nasi bungkus kepada orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ di Pematangsiantar.
Togu Simorangkir saat memberikan nasi bungkus kepada seorang ODGJ di Kota Pematangsiantar, Sumut. (Foto: Tagar/Facebook Togu)

Pematangsiantar - Seperti tak kehabisan energi, Togu Simorangkir setiap hari menyempatkan waktu untuk mencari orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ di seluruh pelosok Kota Pematangsiantar, Sumut.

Itu Togu lakukan seusai mengurusi jualan tuak takkasan dan gerakan Berikan Kami Makanan Secukupnya atau Beka Manise yang bermarkas di Parluasan, depan kantor Camat Siantar Utara, Kota Pematangsiantar.

Para ODGJ ini dicari, dan setelah ditemukan di sejumlah lokasi diberikan makanan atau nasi bungkus. Sesekali Togu alpa, tugas itu diambil alih relawan Beka Manise.

Togu sudah sejak lama bermimpi untuk membuat atau membuka rumah singgah bagi para ODGJ. Kaum telantar yang hidup dengan beratapkan langit, serta tidur di mana saja. Sehari-hari para ODGJ ini mengitari kota, mengais makanan di mana saja.

Menurut pria pendiri Yayasan Alusi Tao Toba ini, dia ingin mendirikan rumah singgah tujuannya jelas, agar para OGDJ terurus.

"Sejak 2014, aku memiliki mimpi membuka sebuah rumah singgah bagi ODGJ yang hidupnya telantar di jalanan. Agar mereka memiliki tempat tinggal yang nyaman dan makanan yang baik, bukan makanan dari bak sampah," kata Togu kepada Tagar, Rabu, 7 Oktober 2020.

Seiring waktu berjalan dengan ragam aksi sosial yang dia gerakkan terutama di masa pandemi dengan Beka Manise, mimpi itu tak pernah padam bahkan perlahan kian menyala kala membagi nasi kepada ODGJ.

Saat menemui para ODGJ, Togu mencoba membangun komunikasi dengan mereka. Semula para ODGJ itu sangat tertutup. Namun berkat kesabaran Togu dan relawan, komunikasi itu perlahan terbangun.

"Tiga bulan terakhir aktif berbagi nasi bagi ODGJ melalui gerakan Beka Manise. Setiap hari aku dan relawan berkeliling mencari ODGJ. Setelah itu, beberapa ODGJ mulai komunikatif," kata pria peraih sejumlah penghargaan atas aksi sosialnya itu.

ODGJ bukan orang gila. Hentikan stigma itu

Mereka ujar Togu, mulai membalas sapaan dan bahkan mulai mau menyebutkan nama.

"Bang Darius, Ibu Ani, Kak Nilawati, Bang Mandala, Jon, Kakak Cantik (Ati), Henry, Parlindungan, Binsar. Itulah sebagian ODGJ yang menyebutkan namanya. Terlepas itu benar atau tidak, itulah yang mereka katakan," tuturnya.

Melihat respons positif tersebut, hasrat Togu membuka rumah singgah bagi mereka makin menebal. 

Togu Simorangkir dan Rumah SinggahTogu Simorangkir (kiri) dan rumah singgah yang akan dibuka mulai sejak Sabtu, 10 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Facebook Togu)

Dia menemukan sebuah rumah kosong di Jalan Ragi Pane, Kecamatan Siantar, persisnya berada di belakang eks kantor Bupati Simalungun.

Dua pekan lalu, Togu di media sosial Facebook membuat status menggalang dana guna menyewa rumah dengan biaya Rp 45 juta itu.

"Aku meminta waktu seminggu kepada yang mau menyewakan rumah di belakang kantor Bupati Simalungun yang lama. Apa yang terjadi? Dalam waktu 34 jam, Rp 48 juta terkumpul dari 77 orang. Tuhan kerjanya aneh kan," kata dia.

Rumah itu terbilang luas dan saat ini dalam proses pembersihan sebelum nantinya dibuka secara resmi pada Sabtu, 10 Oktober 2020 bertepatan dengan momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

"Rumah Langit menjadi nama yang aku pilih untuk rumah singgah ODGJ dan homeless ini. Rumah Langit ini hanya diperuntukkan bagi ODGJ yang hidupnya telantar, yang tidurnya beratapkan langit," terang pria beristrikan boru Simanungkalit ini.

Mereka nanti, sambung Togu, akan diajak bertani organik, beternak ikan dan ayam, mengelola sampah menjadi bernilai dan tentunya akan minum obat setelah merasa nyaman tinggal di Rumah Langit.

"Mimpi yang ingin diharapkan adalah para ODGJ sembuh dan hidup berdampingan dengan masyarakat. Dan yang homeless memiliki kerja dan bisa ngontrak serta memiliki rumah. Di sini semua para ODGJ dan Homeless gratis," kata Togu, sembari menyebut tagline Rumah Langit adalah bergembira di jalan sunyi.

Di ujung ceritanya soal kerja sosial ini, Togu mengingatkan bahwa para ODGJ bukan orang gila. Togu meminta stigma negatif itu dibuang jauh-jauh.

"ODGJ bukan orang gila. Hentikan stigma itu. Yang gila aku, Lae. Ngurusi kerjaan pemerintah," katanya, terbahak seraya pamit untuk meneguk tuak takkasan miliknya, yang dia jual dalam bentuk kemasan seharga Rp 6 ribu per botolnya.[]

Berita terkait
Wanita Miskin Siantar, Togu: Namboru Itu Minta Demban
Rosmawati boru Tamba, wanita miskin di Pematangsiantar, mendapat perhatian dari pegiat sosial Togu Simorangkir.
Togu Simorangkir, Berbagi Makan Gratis di Era Pandemi
Aksi beri kami makanan secukupnya atau beka manise di masa pandemi Covid-19 digagasi Togu Simorangkir di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Togu Simorangkir Pamerkan Ulos Putri Sisingamangaraja
Togu Simorangkir memamerkan ulos milik opungnya, Purnama Rea Sinambela, yang merupakan putri dari Raja Sisingamangaraja XII.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi