Untuk Indonesia

Opini Bagas Pujilaksono: Hedonisme

Bung Karno dan keluarganya jauh dari gaya hidup hedonis. Rame ing gawe, sepi ing pamrih. Itulah Bung Karno.
Opini Bagas Pujilaksono: Hedonisme (Tagar.id/Freepik)

Oleh: Bagas Pujilaksono*

TAGAR.id, Jakarta – Bung Karno adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Pemimpin Besar Revolusi, Panglima Tertinggi Angkatan Perang, dan Presiden Seumur Hidup. Bung Karno tidak pernah bergaya hedonis.

Ketika Bung Karno digulingkan oleh Rezim Orba, keluar dari Istana Negara, hanya membawa satu koper, berlanjut menjadi tahanan kota, dikungkung di Wisma Yaso, tanpa ada perawatan dokter, padahal Bung Karno sakit gagal ginjal. Bung Karno sangat sederhana untuk hal-hal kebutuhan pribadi, hingga wafatnya.

Rezim Orba sangat jahat memperlakukan Bung Karno. Sejarah dibelokkan, seolah ada yang akan membunuh Bung Karno, sehingga harus ditahan di Wisma Yaso dan dijaga militer.

Argumen itu gugur, dengan dimakamkannya Bung Karno di Blitar. Mengapa tidak di Batutulis, Bogor?

Saya bukan orang bodoh yang bisa dikadali konstruksi sejarah yang dibuat Rezim Orba tentang Bung Karno. Saya tidak percaya dan itu bohong!

Sejarah itu ilmu pengetahuan, jadi harus memenuhi kaidah nalar dan ilmiah. Bukan hanya mengumpulkan bukti-bukti atas suatu kejadian, namun harus mengajukan sebuah teori dalam pembuatan skenario yang logis, dengan bukti-bukti yang ada, dalam perspektif ruang dan waktu.

Sebagai anak ideologis Bung Karno, saya protes dan sakit hati atas perlakuan Rezim Orba terhadap Bung Karno.

Bung Karno menghabiskan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negaranya, tidak ada harta negara yang dibawa Bung Karno ketika Bung Karno keluar dari Istana Negara.

Bung Karno dan keluarganya jauh dari gaya hidup hedonis. Rame ing gawe, sepi ing pamrih (ramai dalam bekerja, jauh dari pamrih berlebihan). Itulah Bung Karno.

Hedonisme bukan budaya Indonesia. Orang Indonesia itu sederhana, tangguh, ksatria, dan peduli sesama.

Orang yang suka pamer-pamer harta kekayaan, adalah orang bodoh otak kosong yang tidak punya hal lain yang membanggakan yang bisa dipamerkan, selain harta benda hasil colongannya. Mau pamer prestasi? Nggak punya prestasi.

Ada tikus curut bergaya hedonis, pamer-pamer kekayaan di media sosial dan hobi naik motor gede (moge). Nggak punya rasa malu dengan wajahnya yang innocent.

Dasar tikus curut, mereka hanya maling-maling yang menggerogoti keuangan negara.

Yang membuat saya heran, bagaimana bisa maling-maling negara, begitu bangganya pamer harta hasil colongannya?

Kalau masih waras, mestinya malu. Saya saja yang bukan maling negara, merasa malu.

Pesan saya kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) hedonis, malulah pada Bung Karno. Kalian bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa buat negeri ini. Hidup kalian hanya menjadi beban negara. []

*Bagas Pujilaksono adalah Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Berita terkait
Permohonan Maaf Bagas Pujilakono kepada Ni'matul Huda
Bagas Pujilaksono Widyakanigara dosen UGM menyatakan permohonan maaf atas tulisan yang menimbulkan kesalahpahaman pada Nimatul Huda dari UII.
Opini Tandingan Ni’matul Huda terhadap Opini Bagas Pujilaksono: Gerakan Makar
Ni’matul Huda Guru Besar Fakultas Hukum UII membuat opini tandingan terhadap tulisan Bagas Pujilaksono Dosen UGM berjudul Gerakan Makar.
Bagas Pujilaksono: Evaluasi Debat Capres Kedua
'Untuk perbaikan debat capres berikutnya, ini hal-hal yang saya kritisi berdasar performa debat capres tadi malam.'