Untuk Indonesia

Bagas Pujilaksono: Evaluasi Debat Capres Kedua

'Untuk perbaikan debat capres berikutnya, ini hal-hal yang saya kritisi berdasar performa debat capres tadi malam.'
Jokowi dan Prabowo saat debat capres kedua di Hotel Sultan Jakarta pada Minggu (17/2) malam. (Foto: Tagar/Gemilang)

Oleh: Bagas Pujilaksono Widyakanigara*

Pertama, saya ucapkan selamat atas kesuksesan KPU menyelenggarakan Debat Capres Kedua tadi malam. Persiapan prasarana fisik sangat memuaskan. Sekali lagi selamat.

Kalau saya yang menilai hasil Debat Capres tadi malam, kemenangan telak ada di Pak Jokowi. Mungkin karena Beliau menguasai permasalahan riil bangsa ini dengan dukungan data akurat dan sudah berpengalaman. Selamat Pak Jokowi.

Untuk perbaikan Debat Capres berikutnya ada hal-hal yang saya kritisi berdasar performa Debat Capres tadi malam.  Yaitu sebagai berikut:

1. Pembacaan visi-misi di segmen pertama oleh kedua Capres mestinya dengan mudah diartikan,  bahwa debatnya untuk hal-hal ke depan. Pak Jokowi justru sibuk menceritakan capaiannya di periode 2014-2019 dan Pak Prabowo sibuk mengkritisi Pak Jokowi.  

Debat masa depannya mana?  Minim sekali. Mestinya kedua capres bisa berangkat dari capaian Pak Jokowi di periode 2014-2019 sebagai starting point untuk berdebat masa depan. Tadi malam sibuk berdebat masa lalu.

2. Pertanyaan para panelis spektrumnya terlalu lebar. Mohon diingat Debat Capres tadi malam untuk jabatan 2019-2024. Hanya lima tahun. Tidak mungkin seluruh permasalahan bangsa ini bisa tuntas. Sekali lagi hanya lima tahun. 

Kecerdasan seorang Capres justru bisa dilihat dari bagaimana dia melihat permasalahan bangsa ini secara utuh dan menentukan skala prioritasnya. Di situlah fokusnya jika dia nanti terpilih. 

Tadi malam debat energi hanya fokus di konversi BBM ke bahan bakar nabati.  Ada permasalahan di sektor energi yang jauh lebih heboh yaitu infrastruktur energi listrik nasional. Tidak tersentuh sama sekali tadi malam. 

Debat soal SDA hanya persoalan pasca penambangan kaitannya dengan reklamasi bekas area pertambangan. Padahal ada yang lebih heboh yaitu ketika Pak Jokowi menyampaikan keberhasilannya menguasai 51% saham PT  Freeport, luar biasa, mestinya ada debat menarik yang bisa muncul yaitu apa langkah Pemerintah selanjutnya?

Karena dengan menguasai 51% saham dan tanpa segera membangun Smelter dan tanpa memberlakukan larangan ekspor konsentrat secara konsisten, tidak akan memberikan spirit yang bagus bagi negara. Jika segera membangun smelter, energi listriknya dari mana? Modalnya dari mana? Ini sangat menarik.  

Soal isu lingkungan, mestinya sampah plastik ini harus dipaparkan oleh kedua capres secara detail, bukan hanya melarang pemakaian plastik, namun rakyat harus diberi alternatif material lain yang lebih ramah lingkungan atau tetap pakai plastik dengan membayar pajak lingkungan. Dan bagaimana strategi pemerintah mengelola sampah plastik yang ada saat ini dan ke depannya.

Sukses untuk debat Capres-Cawapres berikutnya. Terima kasih.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Teknik, Sekolah Pascasarjana UGM

Berita terkait
0
Sri Lanka Bangkrut hingga Kekurangan Pasokan BBM
Krisis ekonomi dan energi membuat pemerintah Sri Lanka melarang para pengguna mobil, motor pribadi membeli bahan bakar minyak (BBM).