Untuk Indonesia

Opini: Cek Sawah Sebelah

Awal tahun 2023 sejumlah wilayah di Indonesia mulai memasuki masa panen padi. Salah satu daerah yang mulai melakukannya adalah Provinsi Banten.
Panen padi di Desa Margagiri Kec. Pagelaran Kab. Pandeglang, Rabu (10/1). Foto: Ari S (Foto: Tagar/ Humas Kementan)


Zaki Nabiha*


Awal tahun 2023 sejumlah wilayah di Indonesia mulai memasuki masa panen padi. Salah satu daerah yang mulai melakukannya adalah Provinsi Banten. Panen padi perdana dilakukan Selasa, 10 Januari 2023 di Desa Margagiri, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pandeglang. 

Luas panen Kabupaten Pandeglang di bulan Januari ini mencapai 11.164 hektar atau 40 persen dari total di provinsi Banten yang mencapai 27.361 hektar, tersebar di 8 (delapan) Kabupaten/Kota.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid, pada triwulan pertama tahun 2023, produksi padi diperkirakan mencapai 554.609 ton gabah kering giling (GKG), meningkat sebanyak 857 ton jika dibandingkan tahun 2022 pada periode yang sama. 

Kenaikan produksi padi tersebut dihasilkan dari sekitar 153.192 hektar lahan sawah. Bertambahnya angka luas panen dan produktivitas lahan menurut Agus menjadi saah satu faktor kenaikan produksi.

Realisasi luas tanam padi di Banten pada 2021 mencapai 419.091 hektar dengan produksi gabah sebanyak 2.183.454 ton GKG, setara dengan 1.380.598 ton beras. 

Sementara itu, di tahun 2020, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen 325.333 hektar, menghasilkan 1.655.170 ton GKG atau setara 937.815 ton beras. 

Tren kenaikan produksi tersebut, mengantarkan Provinsi Banten naik kelas. Menempati peringkat sembilan sebagai provinsi produsen beras nasional.

Peningkatan produksi khususnya padi menjadi program strategis pemerintah. Kementerian Pertanian sebagai pemegang mandat dalam urusan pangan bersama berbagai pihak terus melakukan upaya dan akselerasi agar produksi pangan strategis dalam kondisi aman dan mencukupi.

Memang, berbagai lembaga internasional dan pakar pangan mewanti-wanti adanya ancaman krisis pangan global akibat perubahan iklim ekstrim dan imbas perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada kebijakan pengetatan ekspor produk pertanian, seperti gandum, minyak sawit, jagung, minyak bunga matahari dan minyak kedelai. Sehingga rantai pasok mengalami tekanan.

Untuk komoditas gandum, menurut laporan International Food Policy Research Institute (IFPRI), ada tujuh negara yang melakukan larangan ekspor, yaitu, India, Rusia, Serbia, Kazakhstan, Kosovo, Mesir, dan Aljazair. Bahkan Indonesia sendiri pernah menerapkan kebijakan larangan ekspor minyak sawit demi mengamankan kebutuhan domestik.

Menurut perkiraan Food and Agriculture Organization (FAO), produksi beras dunia di tahun 2022 menjadi 520,81 juta ton, naik 0,74 persen dari 2020-2021. Jika ditambah dengan cadangan beras dari tahun sebelumnya, maka ketersediaan beras mencapai 712,3 juta ton sepanjang 2021-2022.

Sementara itu, untuk produksi beras nasional di tahun 2022, BPS memperkirakan dari luas panen padi sebesar 10,61 juta hektar, akan menghasilkan 55,67 juta ton GKG, setara dengan 32,07 juta ton beras, mengalami peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.

Dari sisi produksi, Kementerian Pertanian bersama jajaran pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) dan tentu saja petani sebagi pelaku utama yang menjamin ketersediaan beras telah menjalankan perannya yaitu bagaimana beras, makanan pokok yang penting bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia tersedia.

Menjadi permasalahan ketika hasil jerih payah petani tersebut tidak diserap secara optimal oleh Perum Bulog, sebagai pengelola stok beras nasional dengan membeli GKP, GKG, dan beras giling petani. 

Penyebab yang kerap terjadi adalah para petani memilih untuk menjual beras kepada pembeli swasta yang mau membayar mahal dari harga yang sudah ditetapkan pemerintah. 

Hal inilah yang kemudian memicu menipisnya cadangan beras nasional (CBN) sehingga untuk langkah pengamanan maka diputuskan impor beras, tentu dengan harga yang lebih murah.

Menurut prognosa BPS, luas panen padi Februari mencapai 1,4 juta hektar yang akan menghasilkan beras sekitar 4,3 juta ton. 

Sebelumnya, Kementerian Pertanian bersama pemerintah kabupaten Karawang menggelar panen padi pada hari Senin (9/1) di Desa Ciptamarga, Kecamatan Jayakerta, karawang. Panen juga dilakukan di Desa Werdoyo, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis, 12 Januari 2023.

Panen padi pada awal Januari 2023 ini secara tidak langsung mengirimkan pesan kepada masyarakat luas bahwa produksi padi nasional melimpah. 

Oleh karena itu, puncak panen padi nasional yang akan terjadi pada bulan Maret-April nanti diharapkan mampu menstabilisasi harga sehingga Bulog bisa menyerap. Jadi, jangan sungkan-sungkan untuk cek sawah sebelah.

*ASN di Kementerian Pertanian

Berita terkait
Opini: Jokowi, Erick Thohir, dan Paradoks Eropa
Apa yang disampaikan Jokowi tegas dan apa adanya. Hubungan Indonesia dengan Eropa memang sedang tidak baik-baik saja.
Opini: Bintang Lapangan Dari Pekarangan
Bergerak selama 90 menit di lapangan seluas 7 sampai 8 ribu meter persegi tentu membutuhkan energi yang besar. Zaki Nabiha.
KP3I Sarankan KPK Tak Terjebak Opini di Polemik Formula E
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta agar tidak takut dan jangan terjebak dalam tekanan-tekanan politik
0
Opini: Cek Sawah Sebelah
Awal tahun 2023 sejumlah wilayah di Indonesia mulai memasuki masa panen padi. Salah satu daerah yang mulai melakukannya adalah Provinsi Banten.